28 - Pintu

46.5K 2.4K 81
                                    

Masih di hari yang sama dan juga di tempat yang sama. Vella masih berada di rumah Alan malam itu. Tentu saja juga ada Alvaro dan Lucas di sana. Kini mereka sedang makan malam bersama di meja makan. Lucas yang sedang bersembunyi di kolong meja makan juga sedang menikmati makanannya.

Alvaro memakan makanan di piringnya dengan lahap. Menu kali ini adalah mi goreng seafood. Jika kalian menduga bahwa mereka yang memasak mi gorengnya, kalian salah. Karena nyatanya, mereka memesan mi goreng jumbo itu lewat ojek online.

"Ampun, enak banget." Alvaro menambah lagi, untuk yang kesekian kalinya. Sedangkan Alan baru mengambil sedikit dan Vella belum sama sekali. Bukannya marah, Vella malah tertawa kecil melihat Alvaro yang sama sekali gak jaim.

Pada saat Alvaro ingin menambah lagi, Alan menepis tangannya sambil mendengus pelan. Ia menatap Alvaro lumayan tajam. "Udahan, bege. Cewek gue belum makan sama sekali."

"Hah?" Alvaro cengo, lalu melirik piring Vella yang memang masih bersih dan hanya terdapat sendok dan garpu di atasnya. Ia nyengir. "Hehe, maaf. Ayo, Kak, ambil aja."

"Iya, Al. Tapi kalo kamu mau lagi juga gak apa-apa." Vella berucap lembut. Karena ia sendiri juga tidak merasa lapar.

Alan menggeleng. "Gak, Vel, dia udah kebanyakan makan. Soalnya kalo dia gendutan, aku juga yang susah."

Vella mengerutkan dahinya. "Emang kenapa?"

"Masa tiap jam 3 pagi aku dibangunin, disuruh bantuin dia sit up." Alan memutar bola matanya, merasa jengkel pada adiknya yang manis itu.

Alvaro menunduk, kemudian menyentuh perutnya sendiri. Karena ucapan Alan barusan, ia jadi sadar kalau ia memang gendutan. Tapi tenang saja, kegantengannya tidak berkurang sama sekali. Alvaro berjanji, subuh nanti pasti ia akan membangunkan Alan untuk membantunya sit up.

Vella tertawa geli sambil membayangkan bagaimana penampilan Alvaro saat cowok itu gendut. "Alvaro kalo gendut gimana, ya?"

Alan ikutan tertawa. "Jelek, Vel. Kayak anak babi."

Mendengar cibiran kakaknya, Alvaro membelalakkan katanya. Ia tentu saja tidak terima dicibir begitu. "Bacot lu, Bang!"

"Yee, emang bener."

Setelah itu, suasana ruang makan berubah jadi hening. Alvaro sibuk mengelus-elus perutnya, Alan sibuk memeriksa makanannya apakah ada sayuran atau tidak, sedangkan Vella tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya memandangi kedua cowok yang sedang sibuk sendiri.

"Lan," panggil Vella sambil mengerutkan keningnya.

"Hm?" Alan menyahut tanpa menoleh.

"Kamu ngapain?" tanya Vella. Karena sedari tadi, ia memperhatikan Alan yang sibuk mencari sesuatu di makanannya.

"Itu ... di mi gorengnya ada sayuran, gak?"

Vella tambah bingung, namun ia menggeleng. "Enggak, kayaknya."

"Oh, gak ada?"

"Emang kenapa?"

Alvaro terkekeh. "Kak Vel gak tau, ya? Bang Alan kan takut banget ama sayur."

Mata Vella membulat mendengar penuturan Alvaro. "Hah? Iya?"

Alan tertawa sendiri. Ia memang sangat membenci sayur. Ketika ia melihat sedikit saja sayuran di makanannya, ia tak akan mau memakan makanan itu. Bahkan sayur terenak seperti kangkung sekalipun.

🐶🐶🐶

Jam menunjukkan tepat pukul 8 malam. Bukannya pulang, Vella masih berada di rumah Alan, bersama Alvaro dan Lucas tentunya. Mereka sedang menonton televisi di ruang tengah.

She's MINE!! (✔)Where stories live. Discover now