06 - Posesif

89.4K 4.8K 110
                                    

"Duduk disitu yuk." Alan menarik tangan Vella, membawanya menuju tempat duduk yang nyaman dengan lampu yang tidak terlalu terang.

Vella memandangi cowok yang duduk di hadapannya. Alan terlihat sangat senang sekali hari ini. Apalagi senyum lebarnya yang membuat cewek-cewek meleleh.

Seorang pelayan laki-laki mendekati meja mereka berdua. Sebuah notes dan pensil digenggamannya. Senyuman ramah diukir di wajahnya.

"Permisi, Mas, Mbak, mau pesan apa?" tanya si pelayan yang di sisi kanan seragamnya terdapat name tag Tio Haryono.

Sambil menunggu Vella dan Alan melihat-lihat menu, diam-diam Tio mencuri-curi pandang ke Vella. Alan yang menyadari itu mengerutkan dahinya.

Tetapi semakin lama, tatapan Tio semakin tidak wajar. Matanya mulai memperhatikan Vella dari kepala sampai ke kaki, membuat rahang Alan mengeras.

"NGAPAIN LO NGELIATIN PACAR GUE KAYAK GITU?" Alan yang sudah emosi itu langsung menggebrak meja dan berdiri. Tio sendiri terlonjak kaget dengan perlakuan Alan. Semua pengunjung restoran lantas menoleh ke arah mereka.

"S-saya, Mas?" Tio menunjuk dirinya sendiri.

"Maksud lo apa ngeliatin cewek gue sampe segitunya?" bentak Alan sambil memajukan dagunya, menantang Tio.

Tio gelagapan. "Eng-enggak, Mas, saya tadi cuma--"

"CUMA APA?" Emosi Alan sudah mencapai puncak. "Gue bisa aja bikin lo di pecat gara-gara lo genit sama cewek gue!"

Mendengar itu, mata Tio membulat sempurna. "Hah? M-maksud Mas?"

Vella menggeleng-gelengkan kepalanya. Tangannya menarik-narik ujung hoodie Alan. "Udah, Lan, udah."

"Vel, kita pergi aja dari sini. Makan di tempat lain aja, nggak papa kan?"

Vella akhirnya mengangguk. Daripada Alan semakin membuat keributan, mending pergi kan? Mereka akhirnya pergi dari restoran itu, membuat Tio menghela napas lega.

"Kamu kenapa sih, bisa semarah itu?" tanya Vella sambil mengerutkan dahinya.

"Ya jelas lah aku marah! Aku gak suka kamu diliatin cowok lain!"

Vella terdiam. Segitu sukanya kah Alan terhadapnya, sampai bisa semarah itu?

Tetapi, satu pertanyaan muncul di benak Vella. Apakah Alan benar-benar menyukainya? Atau Alan menembak Vella karena sebuah permainan yang bernama truth or dare?

"Jadinya, kamu mau makan di mana? Asalkan jangan di restoran yang tadi lagi," ucap Alan sambil melihat lurus ke depan.

"Terserah."

🐶🐶🐶

"Makasih ya, Lan." Vella turun dari motor Alan sembari melempar senyumnya.

Alan terkekeh. "Iya. Besok pagi aku yang anter ke sekolah ya."

Vella menggeleng. "Gak, gak usah. Aku bareng Mama."

"Mama kamu kerja jam 8, kan? Jadi kamu bareng aku aja."

Vella membelalak. Apa? Bahkan, Alan tahu jam berapa ibunya ke kantor?

"Kamu tau dari mana?"

"Tau lah. Aku tau semuanya tentang kamu."

Vella mengernyit. "Seriously?"

"Iyalah. Tanggal kamu datang bulan aja aku tau," kekeh Alan.

She's MINE!! (✔)Where stories live. Discover now