05 - Mall

89.8K 4.9K 56
                                    

Vella menatap punggung Alan di depannya dengan tatapan datar. Di perjalanan, mereka hanya diam saja seperti tukang ojek dan penumpangnya. Tetapi, bedanya kali ini tukang ojeknya ganteng.

Kalau boleh, ingin sekali rasanya Vella memaki-maki Alan. Memberi tahunya bahwa Vella benar-benar tidak nyaman dan tidak suka dengan sikap Alan, apalagi ketika tiba-tiba Alan menembaknya dan tidak menerima penolakan.

"Kamu kenapa? Kok mukanya judes banget?"

Ah, akhirnya Alan berbicara.

"Gapapa." Vella menjawab dengan datar.

Tanpa sepengetahuan Vella, di depan, Alan tersenyum sendiri melihat ekspresi Vella saat ini. Wajahnya terlihat sangat jutek, tetapi bagi Alan, Vella tetap terlihat sempurna di matanya.

Tak lama, Alan memarkirkan motornya di parkiran sebuah mall. Setelah mematikan mesin, mereka turun dari motor. Alan pun membuka helm fullface-nya dan meletakkannya di motor.

Vella yang jarang naik motor itu berusaha melepas helmnya. Ia memang sering naik ojek online, namun tak pernah memakai helm. Beginilah jadinya.

Melihat Vella kesulitan membuka helmnya, Alan tertawa kecil. Ekspresi Vella sangat lucu ketika tangannya berusaha melepaskan helm itu dari kepalanya, namun tak bisa.

"Bisa nggak?" tanya Alan.

"Bisa kok, bisa." Vella mencoba melepaskan helm itu lagi. Tetapi, tetap saja tidak bisa.

"Bisa gak sih?" Alan mendekati Vella, lalu melepaskan helm itu dengan mudah. Tawa keluar dari bibirnya, mengingat betapa susahnya Vella membuka helm itu.

"Kamu ketawain aku?" kesal Vella.

Alan terkekeh. "Enggak kok, enggak. Yuk, masuk." Alan menggenggam tangan Vella, membawanya masuk ke dalam mall.

Di dalam mall, mereka langsung disambut oleh dinginnya AC. Sebenarnya, Vella malas berjalan-jalan di mall. Padahal, Vella lebih memilih untuk lanjut menonton drama Koreanya bersama Okta dan juga Jean. Namun apa daya, dirinya tak mampu untuk membantah Alan.

"Mau ke mana?" tanya Alan seraya menoleh ke arah kekasihnya.

"Gak tau. Orang kamu yang ngajak ke sini."

Sejujurnya, Vella belum terbiasa berbicara menggunakan aku-kamu dengan Alan. Lagipula, mereka berpacaran tanpa persetujuan Vella sendiri.

"Ke toko buku, mau gak?" Alan menawarkan.

Vella terdiam. Seorang penulis wattpad sepertinya, siapa yang tidak senang jika di ajak ke toko buku? Akhirnya, Vella mengangguk sebagai jawaban.

Tetapi, Alan tahu darimana kalau Vella suka membaca?

Di dalam toko buku, Alan langsung mengajak Vella untuk menuju ke rak-rak buku tempat novel ditata sedemikian rupa. Mata Vella berbinar ketika melihat deretan novel yang ia inginkan.

"Ayo, pilih novel yang kamu suka," ucap Alan.

Vella mengangguk senang, lalu mengambil beberapa novel karya penulis muda yang disukainya. Tetapi, kemudian Vella terdiam. Ia baru ingat, ternyata isi dompetnya hanya cukup untuk membeli 2 novel. Vella pun meletakkan kembali beberapa novel yang diambilnya.

Alan mengernyit. "Lah, kok ditaro lagi?"

"Aku baru inget, uang aku gak cukup buat beli novel sebanyak itu."

Alan tertawa geli. "Emang siapa yang nyuruh kamu beli pake uang kamu?"

"Maksud?"

"Udah, pilih aja novel yang kamu mau. Nanti aku yang bayar."

She's MINE!! (✔)Where stories live. Discover now