19 - Kesabaran Ada Batasnya

4.9K 806 232
                                    

"Ah, lain kali aku akan menelponmu lagi. Aku tutup, dah."

Jehop pura-pura tak mendengar apapun dan masuk ke dalam kamar. Sinbi yang awalnya tengah mengobrol dengan Yerin dan membicarakan mengenai rumah tangga Eunha dan Jungkook, kini berusaha menampakkan raut wajahnya seolah tak terjadi apa-apa. Gadis itu berdeham, menaruh ponsel di atas nakas dan berbasa-basi pada suaminya.

"Kau baru pulang?"

"Ya," jawab Jehop seadanya. Lelaki itu membuka kancing kemeja yang dia kenakan dan menaruhnya di keranjang berisi pakaian kotor.

"Hm, apa kau sempat mendengar pembicaraanku ...."

"Tidak," kata Jehop sembari menaruh jam tangannya ke laci. "Tidak semuanya, maksudku."

"Kau menguping pembicaraanku?" tanya Sinbi, kaget.

"Tidak sengaja. Salah sendiri karena terlalu senang, kau jadi berbicara terlalu keras, ya?" Jehop menarik satu sudut bibirnya ke atas.

"Apa kau menyindirku?"

"Tidak juga." Jehop mengedikkan bahu. "Sudahlah, jangan diteruskan. Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu."

Baru saja Jehop berjalan beberapa langkah, Sinbi menghujamnya dengan sebuah pertanyaan, "Apa kau akan memberitahukan masalah ini pada adik kesayanganmu itu dan mengatakan omong kosong tentangku dan Jungkook?"

Jehop menghentikan langkah, "Menurutmu?" tanyanya balik tanpa repot-repot menoleh ke arah Sinbi. "Tentu saja tidak. Aku tidak tega mengatakan hal yang tidak pantas Eunha dengar. Dia terlalu baik, aku tidak tega melihatnya sakit."

"Apa yang kau katakan?" Sinbi tersulut emosi. "Eunha pantas mendapatkannya!" Nada bicaranya meninggi. "Jika saja dia tidak datang dan merusak hubunganku dan Jungkook, sudah pasti ...." Gadis itu menggantungkan kalimatnya saat tersadar jika dia kelepasan bicara.

"Sudah pasti apa?"

"Sudah pasti ...." Sinbi gugup, dia takut perkataannya menyakiti perasaan Jehop juga. Meski Sinbi tidak mencintai lelaki itu, tapi dia masih cukup tahu diri jika Jehop adalah suaminya sekarang. "Seperti yang kau katakan. Aku juga tidak ingin berdebat denganmu sekarang."

"Padahal aku menunggu kejujuranmu mengenai hubunganmu dan adikku, Bi. Meski itu menyakitkan untukku, tetapi setidaknya itu menjadi alasan untukku agar tidak lagi berharap akan cinta palsumu."

***

Saat Jungkook bangun pagi hari, dia tidak melihat Eunha di kamarnya. Jika biasanya wanita itu selalu membuka jendela kamar dan membangunkan Jungkook bila dia terlambat bangun, maka hari ini tidak.

Jungkook melenguh saat merasakan kepalanya berat dan masih terasa pusing. Sepertinya ini karena dia minum terlalu banyak. Dia berjalan keluar kamar, memanggil nama Eunha berulang kali dan menyusuri setiap ruangan yang ada di rumahnya.

Mata lelaki itu melebar saat melihat sesuatu yang hendak terjadi di dapur. Jungkook reflek berlari dan melempar pisau yang akan digunakan Eunha untuk memotong pergelangan tangannya sendiri.

"APA YANG KAU LAKUKAN?" bentak Jungkook, marah. Jika saja lelaki itu telat satu menit menemukan istrinya, sudah pasti Eunha melakukan hal konyol yang tidak sanggup Jungkook bayangkan. "KAU GILA, HA?"

"YA, JIKA AKU MEMANG GILA KAU MAU APA?"

Saat manik mata mereka bertemu, Jungkook melihat Eunha begitu berantakan. Wajahnya kusut dan pucat seperti banyak pikiran, matanya bengkak seperti habis menangis dan Jungkook yakin wanita itu tidak baik-baik saja.

"K-Kau? Ada apa sebenarnya denganmu, Eunha?"

"Jangan sentuh aku!" bentak Eunha, histeris saat Jungkook hendak menggapai tangannya. Dia mundur satu langkah saat Jungkook hendak menghampiri. "Jangan mendekat!"

Kesempatan Kedua [Jehop-Sinbi]✔Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα