3 - Sinbi Muak dengan Jungkook

4.7K 807 87
                                    

Jehop tersenyum saat Sinbi menaruh sepiring omelet dan nasi ke atas meja makan. "Makasih, Cantik," ucap laki-laki yang kini menatap Sinbi yang memilih duduk di kursi yang biasa dia tempati tanpa membalas apa-apa.

Meski menu makan malam mereka sederhana, Jehop sangat senang karena Sinbi mau memasak makan malam. Biasanya, mereka makan di luar atau beli makanan cepat saji, tetapi hari ini Sinbi memilih langsung pulang dan bilang akan memasak di rumah.

Sinbi hanya bisa masak mie instan, telur dadar, dan omelet. Selain memasak tiga makanan itu, dia payah sekali. Lebih payah dari Jehop yang merupakan seorang laki-laki. Setidaknya, Jehop bisa memasak lebih banyak menu daripada Sinbi.

Ruang makan terasa sunyi, hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan piring terdengar nyaring di telinga. Begitulah kehidupan Sinbi dan Jehop sehari-hari.

Sambil makan, Sinbi memikirkan mengenai postingan Eunha di instagram sore tadi. Dia memfoto sebuah kalung yang ditulis di caption adalah pemberian Jungkook atas kehamilan pertamanya. Kalung itu kelihatan mahal, dan jujur saja itu membuat Sinbi kesal. Meski tidak bermaksud pamer, Sinbi tetap saja muak dengan wanita itu.

"Aduh." Mendengar rintihan Sinbi, Jehop yang awalnya sibuk dengan makanan kini mendongakkan wajah dan melihat sang istri tengah memegangi perutnya dengan tangan lain mencengkram ujung meja. "Ssh, sakit."

"Sinbi." Jehop langsung menaruh sendok yang dia pegang ke atas piring dan menghampiri gadis yang duduk bersebrangan dengannya. "Kenapa?" tanya Jehop saat dia berjongkok agar tubuhnya sejajar dengan Sinbi.

"Tidak tahu, perutku sakit," balas Sinbi dengan mata terpejam.

Tidak peduli Sinbi akan marah padanya atau tidak, dengan cepat Jehop menggendong gadis itu dan membawa Sinbi ke kamar. Beruntung sekali, Sinbi tidak menolak karena fokus pada rasa sakitnya sendiri.

Jehop membaringkan tubuh sang istri di atas tempat tidur, lalu mengambil minyak untuk menghangatkan tubuh dan bisa meredakan rasa sakit.

"Sinbi, maaf jika aku lancang," ucap laki-laki yang kini menyibak sedikit pakaian yang dikenakan Sinbi, menuangkan minyak itu dan mengoleskannya di bagian perut. "Bagian mana lagi yang sakit?"

"Sebelah sini," unjuk Sinbi, menunjuk bagian kiri perutnya. "Sepertinya aku menstruasi, tapi tidak biasanya sakit begini."

"Mau cek ke kamar mandi, Bi?"

"Kau tidak lihat apa? Aku sakit! Mana bisa jalan ke kamar mandi?" Meski sedang sakit, tetap saja dia galak. "Bernapas saja susah, pakai tanya!"

"Aku akan menggendongmu, tenang saja."

Masih menampakkan wajah dengan ekspresi jutek andalannya, Sinbi mengalungkan tangan di leher Jehop. Membiarkan laki-laki itu membawanya ke kamar mandi.

"Bisa jalan, Bi? Tidak mau aku antar sampai ke dalam?" tanya Jehop saat Sinbi minta diturunkan depan kamar mandi.

"Bisalah. Aku kan punya kaki."

"Tadi kau bilang bernapas saja sulit."

"Tutup mulutmu!"

Sinbi membanting pintu kamar mandi agak keras, menyisakan Jehop yang menahan tawa saat melihat reaksi Sinbi yang tampak salah tingkah.

Ketika dia keluar dari kamar mandi, laki-laki yang menunggu sembari menyandar di tembok depan kamar mandi menghampiri Sinbi. "Bagaimana? Sudah tidak sakit perut lagi?"

"Aku menstruasi," jawab Sinbi sembari berjalan meninggalkan Jehop menuju lemari untuk mengambil pembalutnya. "Ah, sial!"

"Kenapa?"

Kesempatan Kedua [Jehop-Sinbi]✔Место, где живут истории. Откройте их для себя