12 - Jauh Di Lubuk Hatiku

4.6K 732 251
                                    

Sinbi mengerjap-ngerjapkan mata sebelum akhirnya membuka kedua kelopak mata. Yang pertama kali dia lihat adalah wajah Jehop yang masih tertidur di hadapannya.

Sinbi mengangkat kepalanya sedikit, melihat tangan mereka berdua saling melingkar satu sama lain. Dia jadi ingat kejadian semalam, di mana Sinbi mengalami mimpi buruk dan akhirnya dia tertidur di pelukan Jehop.

Perlahan, Sinbi menjauhkan tangan Jehop yang terasa hangat dari pinggangnya. Dia baru menyadari jika Jehop sedang sakit. Mengapa laki-laki itu tidak mengatakan jika dia sakit kemarin? Setidaknya kan Sinbi dapat mengerti dan tidak marah-marah.

Punggung tangannya sempat dia taruh di kening, pipi, dan leher Jehop. Suhunya sama dengan lengan Jehop yang tadi dipegang Sinbi.

Setelah berhasil menjauhkan diri dari Jehop, Sinbi duduk di pinggir ranjang dan mengambil ikat rambut untuk mengikat rambut panjangnya. Lalu, Sinbi melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Pandangannya kembali terarah pada sosok laki-laki yang tengah tertidur di ranjang. Dia kembali menghampiri Jehop dan menyelimuti tubuh sang suami, selepas itu, Sinbi mengambil selembar uang lima puluh ribu dan ponsel kemudian pergi mencari sarapan.

Gadis itu memutuskan untuk membeli dua bungkus bubur sebagai sarapan, juga obat penurun panas di apotek dekat rumah. Selesai dengan urusannya dia melangkahkan kaki menuju rumah. Sinbi yang kini berada di dapur menaruh kotak bubur dari sterofoam, segelas air putih, dan obat penurun panas di atas nampan. Dia membawa nampan itu ke kamar dan menaruhnya ke atas nakas.

"Jehop, bangun. Makan dulu," kata Sinbi sembari menggoyangkan lengan suaminya beberapa kali. Jehop sempat bergumam sebentar sebelum akhirnya membuka mata dan mendapati Sinbi sudah lebih dulu bangun darinya.

"Apa aku kesiangan?" Jehop langsung mengubah posisi menjadi duduk, menatap jam dinding yang menempel di depan sana. Menunjukkan pukul 09.00. "Astaga! Mengapa hari ini aku ceroboh? Bisa-bisanya telat ...."

"Aku sudah menghubungi Namjoon dan mengatakan kau tidak masuk kantor hari ini."

"Apa?" Mendengar ucapan Sinbi, Jehop langsung menoleh ke arah istrinya dengan wajah yang menunjukkan ekspresi kaget.

"Lebih baik kau sarapan. Aku sudah membeli bubur." Sinbi menunjuk sekilas ke arah nakas. "Jangan lupa diminum obatnya juga."

Jehop melebarkan mulut, tak berkata apa-apa selain mengikuti gerakkan Sinbi melalui manik mata yang perlahan berdiri dan meninggalkan Jehop sendirian di kamar.

Sepeninggal Sinbi, lelaki itu menampar pipi sendiri disusul dengan ringisan yang keluar dari mulutnya. "Tuhan, ternyata ini bukan mimpi."

***

Dulu, menyisir rambut adalah hal yang biasa saja, tetapi sekarang tidak. Jujur, Eunha takut. Masalahnya setiap dia menyisir rambut banyak helaian rambut yang ikut bersama di sisir yang ia pakai meski sudah melakukannya pelan-pelan. Eunha semakin takut, kalau seperti ini caranya bisa-bisa dia kehilangan semua rambutnya. Apa yang akan dia katakan pada Jungkook seandainya berubah menjadi botak?

Dia mengelus perutnya. Usia janin itu sebentar lagi menginjak tiga bulan. Tidak terasa begitu cepat. Pandangan gadis itu teralihkan pada kalung yang terpasang di leher. Dirabanya kalung pemberian Jungkook yang ia dapatkan saat mendengar kabar bahwa dirinya hamil.

Pantulan gadis yang tengah tersenyum itu adalah dirinya. Bukan lagi senyuman penuh bangga, melainkan ada sorot sedih di dalamnya karena mendapati fakta jika Jungkook masih memiliki perasaan pada wanita lain selain dirinya.

Eunha tidak ingin bersedih terus-menerus, tetapi jika dia mengingat segala sesuatu yang berkaitan dengan Jungkook, selalu saja terbesit di pikirannya jika lelaki itu tidak mencintainya. Dia tidak lagi mempercayakan kata-kata manis yang keluar dari mulut Jungkook, berbeda saat dia baru menjadi istri dari pengusaha muda itu. Perlahan, rasa percayanya mulai menguap. Tergantikan oleh rasa curiga dan perkataan untuk menyerah mencintai Jungkook semakin lama semakin besar.

Kesempatan Kedua [Jehop-Sinbi]✔Where stories live. Discover now