Matahari sudah terbit bersamaan dengan Dera yang terbangun karenanya. Jam menunjukkan pukul 7 pagi dan dia sama sekali tidak bisa tidur dari jam 5 pagi tadi.

Dokter menyuruhnya untuk beristirahat banyak, namun benaknya dipenuhi oleh berbagai macam pikiran sampai Dera tidak bisa tertidur karenanya.

Dia berpikir tentang Rian yang membantu membayar semua biaya pengobatannya, termasuk operasi dan sebuah kamar rawat VIP. Apakah lelaki itu menggunakan uang orang tuanya? Bagimana kalau dia sampai mencuri untukku?

Banyak pertanyaan satu per satu mulai mengunjungi benaknya dan Dera tidak bisa habis pikir tentangnya, namun dalam setiap pertanyaan di dalam otaknya, semua pikirannya selalu berakhir pada nama seorang laki laki yang terus menerus disebutnya.

Gerald.

Dera ingin bertemu dan bertanya kepada lelaki itu sekarang juga. Mengapa dia tidak datang menjemputnya? Apa yang terjadi semalam? dan Apa sebenarnya dirinya bagi Gerald? Dera membenci dirinya sendiri yang tidak berdaya terkulai lemas di atas ranjang rumah sakit tanpa bisa melakukan apa apa.

Astaga!

Ditengah pikirannya, dia mendengar sebuah ketukan pelan di pintunya dan disana muncul suster yang tadi pagi datang kepadanya.

"Nona Dera, ada tamu." Bersamaan dengan kedatangan suster itu, sesosok laki laki tinggi berbahu bidang masuk ke dalam kamarnya, mengenakan hoodie berwarna abu dan celana jeans panjang.

Rian.

"Bagaimana keadaanmu? Dokter berkata kalau operasimu berjalan dengan lancar," katanya seperti biasa terdengar ramah. Rian datang mendekat dan duduk di salah satu kursi di sebelah ranjang Dera.

"Iya, Puji Tuhan, namun tubuhku tidak terasa karena tadi aku diber obat pereda sakit," kata Dera. "Rian, benar kau yang membayarkan seluruh biaya rumah sakitku?"

"Iya, aku yang membayarnya," kata Rian tersenyum. Masih ada sakit di dalam senyum palsunya, namun dia terlihat lebih ceria daripada kemarin. "Dan aku tidak ingin berdebat tentang masalah pembayaran ini. Aku telah membayarnya dan sekian. Tidak ada penolakan."

Dera mendengus pelan mendengarnya. "Kau tidak sekolah?"

"Bolos," kekehnya. "Jangan suruh aku kembali ke sekolah, karena bel akan berdering 15 menit lagi dan positif aku akan kesiangan. Lagi pula, bagaimana mungkin aku bisa ke sekolah dengan tenang saat aku mendapatkan telepon bahwa temanku terkena kecelakaan?"

"Kau mendapat telepon? Dari siapa?"

"Seorang suster yang tadi mengantarku kesini, suster itu ada di tempat kejadian saat dirimu tertabrak sebuah mobil. Sepertinya di mobil itu ada seorang ibu ibu yang mengendarai mobil membawa anaknya. Namun ditengah perjalanan anaknya menangis keras dan saat dia sedang menenangkan anaknya, dia tidak sadar lampu sudah berubah merah sehingga dia tidak sengaja menabrakmu.

"Sekarang orang yang menabrakmu itu sedang mengantar anaknya satu lagi ke sekolahnya, jadi mungkin nanti siang dia akan datang menjengukmu.

"Suster itu yang membawamu ke sini dengan mobil ibu itu. Dia langsung mengecas hpmu di mobil dan meneleponku malam malam karena nomorku yang di paling atas di kolom recent call."

Dera mengangguk paham. "Tapi, darimana kau mendapatkan uang untuk membayar semua perawatanku? Aku belum memiliki uang sekarang untuk mengembalikannya kepadamu."

"Tidak perlu, aku membayar menggunakan tabunganku. Diam diam aku bekerja," balasnya.

"Malah semakin parah! Aku tidak mau uang yang kau tabung selama ini habis semua hanya karenaku."

"Tenang, aku masih memiliki banyak yang tersisa di tabunganku, kau tidak perlu membayarnya," katanya. Dera masih sepertinya ingin protes namun seperti biasa, dihentikan oleh Rian. "Jangan ngomel apapun lagi, seperti yang kukatakan aku tidak akan mendengarkan."

Dera mendengus pasrah.

Laki laki ini tidak ada harapan.

---

Pintu ruang inap tertutup rapat, begitu juga dengan mata Dera yang sudah tertutup rapat karena obat yang baru diminumnya 30 menit yang lalu.

Di ruangan itu tinggal tersisa Rian dengan Dera yang sedang terlelap pulas.

Laki laki itu membuka salah satu laci di kamar itu dan di sana dia menemukan ponsel Dera yang sudah diisi ulang penuh.

Rian membuka layar yang tidak dikunci lalu melihat isi kotak pesan. Di sana tertera paling atas sebuah nama.

Gerald Heston.

Dibukanya nomor kontak itu. Rian terpana terkejut saat melihat ratusan history pesan pesan Dera yang tidak ada satupun dijawab oleh Gerald.

Semuanya berisi permintaannya untuk dijemput saat itu juga. Menanyakan kabar suaminya itu dan pertanyaan soal kapan dia akan datang untuk menjemput Dera.

Rian terdiam kaku.

Tidak butuh kepintaran detektif handal, tidak butuh clue sebanyak gundukan tanah gunung, tidak butuh pula otak terjernih sepanjang sejarah untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Hanya dalam sekali lihat, Rian langsung tahu,

Seluruh akibat kecelakaan Dera.

Semua hal hal kosong yang masih menjadi misteri.

Dan alasan dibalik kecelakaan Dera.

.

Follow me on instagram

Nnareina

Maaafkan semuanya ngga update 4 hari. Alasannya karena acara imlek dan sepanjang hari aku bantuin mamah masak untuk hari h karena mamahku kerja dari jualan makanan dan menjelang imlek ini ada beberapa pesanan pesta yang harus dikerjain.

Awalnya aku sangka hari sabtu dan minggu aku akan ada waktu buat update, tapi ternyata ngga.. maafkan aku yaa. Sekarang udah mulai lagi update kaya biasa, dan tentu terus stay tune

Jangan lupa vote dan komen. Thank youuuu

Love you all

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Where stories live. Discover now