Punggungnya Aldo sandarkan di kursi. Kepalanya mendongak menatap langit-langit ruangan. Menghalau air matanya agar tidak tumpah lagi. Ia sudah berjanji untuk tidak menangis. Walau kenyataannya itu sangat berat.

"Sepuluh hari lagi." gumamnya pelan. "Tapi kamu belum ada perubahan," kedua matanya tertutup sesaat. Lalu kembali memusatkan perhatian pada gadisnya. "Oke, aku tetap setia menunggu. Kalau kamu bangun, kamu harus bayar semua waktuku. Kamu harus tanggung jawab. Enak saja sudah buat aku buang-buang waktu!" Aldo mendengus, "dasar cewek nakal. Suka bikin onar, tukang rusuh, pecicilan. Huh, daftar hitammu sudah penuh nona!"

Untuk kesekian kalinya, Aldo merasa seperti orang gila.

Tapi ia tak peduli. Aldo harus memanfaatkan waktunya sebelum kesempatan mereka habis. Masih ada sepuluh hari lagi untuk menunggu gadisnya.

***

"Lima hari lagi, " Aldo tercenung. Betapa cepat sekali waktu berlalu. Perasaan baru kemarin ia berdebat dengan Mark, sekarang sudah hampir habis saja batas waktu yang Dokter berikan.

"Oke, aku akan manfaatkan waktu kita sebaik mungkin." Aldo memaksakan senyumnya.

"Aku mau nyanyikan lagu buatmu. Dengerin ya?"

Seperti biasa, hanya suara mesin EKG yang menjawab semua ocehannya. Tapi Aldo tak menyerah. Karena Aldo yakin, pasti gadisnya mendengar semua kecerewetannya.

Jreng......

Pandangannya hanya tertuju pada gadisnya yang tergolek lemah tak berdaya. Ingatannya kembali melayang pada memori bersamanya yang melekat kuat di ingatan nya.

Bibirnya bersenandung pelan.

"Betapa bahagianya hatiku saat
Ku duduk berdua denganmu
Berjalan bersamamu
Menarilah denganku."

Aldo menahan sesaknya yang kini mulai menguasainya.

"Namun bila hari ini adalah yang terakhir
Namun ku tetap bahagia
Selalu kusyukuri
Begitulah adanya"

Rasanya Aldo ingin membanting gitar putihnya yang dulu pernah menjadi ajang sambar saat awal-awal Aldo dan Zia mengenal. Gitar putihnya yang memiliki memori tersendiri didalamnya.

Dengan perasaan campur aduk layaknya semen dan kawan-kawan yang masuk ke dalam truk molen, Aldo melanjutkan lagunya. "Namun bila kau ingin sendiri

Cepat cepatlah sampaikan kepadaku....

Agar ku tak berharap
dan buat kau bersedih...."

Bila nanti saatnya t'lah tiba...

Kuingin kau menjadi istriku.....

Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan.....

Berlarian kesana-kemari dan tertawa....."

Namun bila saat berpisah t'lah tiba

Izinkanku menjaga dirimu

Berdua menikmati pelukan diujung waktu...

Sudilah kau temani diriku..

Sudilah kau menjadi temanku

Sudilah kau menjadi
istriku.....

Lagu selesai.

Aldo mengosongkan udara di paru-parunya, berharap sesak itu sedikit berkurang. "Suatu saat nanti,,," nafas Aldo serasa mencekik. "Tenang, aku akan bersabar dan terus berdo'a. Semoga kita bisa bersama walau jarak sempat memisahkan kita. Aku akan terus berusaha. Kamu jangan khawatir,"

Naughty Kiss (A & Z) [COMPLETED]Where stories live. Discover now