36 : Akhir

7.2K 638 238
                                    

Ya hamsyooong..... Lama bet gewlaaa.... Sampe pake acara bkin cerita baru lagi 😴😴😴😂😂😂
Eh, yg ini malah di angkrakin kaya doi nemu gebetan balu. Sempak bolong aja masih di cari, masa doi nemu yg baru kita di lupakan kek cem"an teh yg udah tiga hari. Bau sih... *Gak nyambung peak!! 😂😂😂

Ini buat yang masih setia ama qaqa mami nunaaa manjaaaa 😘😘😘
Special for you, you and you beibehhhh 😉😉😉

Ini............. Akhir yes 😆

Mulmed lagu yang di nyanyikan Zia. 😢


*

*

*

*

*

"Pagi sayang," Aldo meletakkan sebuket mawar berbeda warna di atas nakas setelah melakukan rutinitas paginya, ---mencium kening kekasihnya. Lalu ia duduk di kursi dekat ranjang Zia yang masih betah menutup matanya.

Sudah terhitung hari ke sepuluh setelah perdebatannya dengan Mark. Yang akhirnya, setelah mendapat masukan dari orang tua dan orang-orang terdekatnya, Aldo harus menyerahkan semua urusan Zia kepada Mark. Anggaplah ini sebagai tebusan untuk Mark. Dia harus membayar waktu yang sudah terbuang sia-sia selama ini. Walau bagaimanapun, Mark tetap ayah biologisnya. Mark tetap memiliki hak, meski hak terbesar ada pada ibunya.

Ibu?

Ah, wanita itu benar-benar bagai di telan bumi. Apakah tidak ada setetes kasih pun untuk putrinya? Tidakkah ingin meminta maaf sebelum putrinya meninggalkan Negara ini?

Seharusnya dia berterimakasih karena masih bebas bernapas di dunia ini. Ulah tangan berdosanya dapat mereka bungkam karena demi gadisnya yang sangat mencintai ibunya.

Aldo mengusap pelan tangan Zia. Rasa sesak di dada semakin menyiksanya. Dua puluh hari lagi, ia harus merelakan gadisnya di bawa ke Negara ayahnya jika keadaan Zia tidak ada kemajuan. Seberat apapun, sesulit apapun, sesusah apapun, untuk membuat Zia tetap berada di sampingnya, Aldo tetap tidak memiliki kekuatan atas itu. Pada akhirnya ia harus merelakan ayah gadisnya mengambil alih. Siapalah dirinya yang hanya berstatus sebagai pacar. Masih sekolah pula. Tentu saja ia kalah dengan status Mark, yang sudah meninggalkan spermanya hingga menjelma menjadi gadis se-cantik kekasihnya. Dan berhasil mencuri hatinya sampai tak tersisa.

"Tau nggak, kamu itu udah buat aku gila." ibu jarinya mengusap punggung tangan Zia. "Kamu tega," menarik nafas, "udah biarin aku menunggu selama ini."

"Ku mohon, bangunlah. Biar kita nggak perlu berpisah. Aku nggak sanggup jauh darimu."

"Berjuanglah sayang. Kamu nggak perlu khawatir lagi. Nggak ada yang halangi hubungan kita lagi. Kita tetap bisa bersama. Bahkan kamu punya daddy seperti yang kamu impikan."

"Temen-temenmu, ingin kamu cepat bangun. Ayolah. Mereka, Delio, Beby, dan kelima teman badungmu itu menantimu kembali. Terutama aku dan Daddymu yang sok tampan." Aldo terkekeh perih. "Jangan lama-lama tidurnya.... Biar aku nggak tersiksa harus jauh darimu."

Aldo bangkit dari kursinya, lalu setengah membungkuk. "Cepet bangun gadis nakal, aku mencintaimu. Sangat." bibirnya mendarat di kening, hidung, dan berakhir di bibir. "Aku merindukan ini," bisiknya dan kembali mengecup benda kenyal itu.

***

"Pagi sayang," seperti biasa, Aldo meninggalkan kecupan di kening gadisnya.

"Ini ada titipan bunga dari Mommy. Mawar warna-warni lagi. Katanya cocok buat kamu yang ceria dan cantik tentunya." Aldo duduk di tempat biasa. Memandang gadisnya penuh cinta dan senyum hangat mengembang dibibirnya. Namun senyuman itu tidak berlangsung lama saat ia sadar batas waktu yang ia miliki. Sorot matanya meredup, sebisa mungkin ia menahan cairannya yang siap tumpah.

Naughty Kiss (A & Z) [COMPLETED]Where stories live. Discover now