32 : Masha

5.4K 590 123
                                    


Begitu dalamnya aku terjatuh
Dalam kesalahan rasa ini

Jujur aku tak sanggup, aku tak bisa
Aku tak mampu dan aku tertatih
Semua yang pernah kita lewati
Tak mungkin dapat ku dustai
Meskipun harus tertatih
(Krispatih : Tertatih)
Putar mulmed👆

|
|
|
|
|


Genap satu minggu Aldo menjelajahi ibu kota. Selama itu juga Aldo tidak pulang kerumahnya. Jangan tanyakan penampilannya yang sangat buruk. Kantung matanya yang menyaingi panda dan rambutnya yang sudah tak berbentuk. Kacau, semuanya sangat kacau.

Gadis itu bagai di telan bumi walaupun ia sudah meminta bantuan Farel dan teman-temannya. Aldo bahkan sampai melupakan sekolahnya. Ia tidak bisa peduli pada apapun selama gadisnya belum ia temukan.

Mommy?

Sejujurnya Aldo juga rindu, namun, mengingat gadisnya yang entah dimana membuat Aldo tak bisa memikirkan apapun. Pesan-pesan Delio yang mengabarkan kalau mommy nya menangis setiap hari pun, berusaha Aldo abaikan.

Zia lebih membutuhkannya.

Aldo melirik ponselnya yang berdering di atas dashboard. Tanpa ingin tahu siapa yang memanggilnya, ia terus saja menyerir, berusaha mengabaikan.

Hingga pada menit kesepuluh Aldo tak tahan lagi karena ponselnya tidak mau berhenti, dan itu sangat menganggunya.

"Apa!" semburnya ketus.

"Daddy udah sampe bandara. Lo buru balik, kita bicara sama daddy."

Aldo mendengus, kasar. "Hmm," jawabnya dengan gumaman. Lantas ia mematikan sambungannya dan memutar arah menuju rumahnya.

o0o


Zia baru tahu kalau ternyata mencari uang itu susah. Bakatnya yang hanya bisa berantakin tempat membuat ia kesulitan mendapatkan sedikit rupiah untuk sekedar mendapat sesuap nasi.

Zia harus rela di sembur sana sini karena kerjaannya yang tidak becus. Padahal ia hanya mencuci piring di warung bakso. Itupun ia bekerja di warung bakso berbeda selama enam hari ini. Ironisnya, Zia selalu mendapatkan semburan dari setiap pemilik warungnya.

Bagaimana tidak, selalu saja ada mangkuk dan gelas yang pecah setiap kali ia mencuci. Bukannya mendapat bayaran, Zia malah terkena usiran karena penjualnya tidak mau rugi.

Zia mendesah lelah. Ia sandarkan punggungnya di bangku taman. Oh, bahkan badannya terasa pegal dan suhu tubuhnya terasa naik. Begitupun dengan nyeri kepalanya yang kembali hadir.

Ugh, rasanya seperti ini ya menjadi gelandangan? Pikirnya seraya tersenyum miris.

Semua tempat bisa ia jadikan tempat tidur. Tidak perduli dimana itu yang penting matanya bisa istirahat sejenak. Suatu keberuntungan baginya karena tidak bertemu dengan orang jahat.

Keadaan ini menyadarkan dirinya yang beruntung karena dulu Cindy tidak membuangnya, meski ia harus merasakan sakitnya sampai ketulang-tulang, tetapi ibunya tidak membiarkan ia kelaparan.

Ibu?

Satu tetes air matanya terjatuh mengingat satu kata itu.

Mah, aku nggak benci mamah kok.

Air matanya mulai datang keroyokan.

Tapi aku sakit mah,

Nafasnya tersendat.

Naughty Kiss (A & Z) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang