Khawatir. Marco sangat khawatir karena kejiwaan Cindy semakin memburuk. Marco takut kalau Cindy sampai benar-benar gila. Cindy terus mengamuk dan menangis tanpa ia tahu apa penyebabnya. Ini sudah berlangsung selama tiga bulan. Cindy sama sekali tidak keluar dari apartemennya. Wanita itu sama sekali tidak bisa di ajak komunikasi. Cindy akan terus memeluk Marco dan menangis jika Marco mendatanginya.

Dan parahnya, Cindy mencoba bunuh diri dengan cara memutus urat nadinya. Beruntung saat itu Marco datang tepat waktu, dan Cindy bisa di selamatkan.

"Marco,"

Marco langsung mengangkat kepalanya ketika mendengar namanya di sebut. Lantas ia bergegas dari kursinya, memilih duduk di tepi ranjang.  Senyumnya mengembang, tangannya terulur mengusap pucuk rambut Cindy. "Akhirnya kamu bangun juga,"

Air mata Cindy kembali mengalir. Buru-buru Marco menghapus air matanya.

"Aku jahat ya?" pertanyaan itu tiba-tiba meluncur dari mulut Cindy.

Kali ini Marco tidak bisa menjawab. Ia memilih diam dan mendengarkan saja. Karena ia tahu, Cindy lebih dari kata jahat.

"Aku keterlaluan,"

"Aku, emang kaya iblis."

"Aku.... Tak termaafkan."

"Dosaku terlalu banyak."

"Aku nyerah, aku ngaku. Kalau aku-- aku..... takut kehilangan Zia."

"Ko, katakan sesuatu. Aku harus bagaimana!" jeritnya frustasi. Kedua tangannya menjambak rambutnya. Ia kembali menangis histeris.

"Cindy!" Marco menahan tangan Cindy yang mulai bergerak brutal.

"PERGII KO!! PERGI!!! AKU GAK PANTAS PUNYA TEMAN! HARUSNYA KAMU BIARIN AKU MATI! BIARIN AKU MEMBUSUK! AKU GAK PANTAS HIDUP! TANGANKU AKAN TERUS BERBUAT DOSA!!!"

"Cindy, tenang please!" Marco memeluk Cindy yang masih terus berontak.

"PERGI!! PERGII!!!"

"CINDY TENANG!" kali ini Marco membentak, dan tubuh Cindy seketika meluruh. Tangisan Cindy melirih, berganti dengan isakan yang terdengar menyayat hati.

Marco bisa merasakan bagaimana sakitnya Cindy. "Katakan Cind, kamu kenapa? Apa yang buat kamu seperti ini?"

"Hiks... Aku--- aku... Na-na-brak Zi-Zia."

🌸🌸🌸


"Kak, aku boleh pergi?"

"Selamanya kamu nggak akan aku biarin pergi!"

Kedua bibirnya cemberut. "Yah, aku capek kak. Masa tiduran terus sih,"

"Ya gak papa, kan aku temenin." Aldo menarik pinggang Zia agar merapat pada tubuhnya.

"Mau makan masa gak boleh sih?" masih protes.

"Kalo kamu laper, kamu bisa makan aku sepuasnya." ujarnya menggoda. Satu matanya mengedip genit.

Zia sontak terbahak, tangannya memukul bahu telanjang Aldo. "Sejak kapan sih kak Aldo jadi genit,"

"Sejak kamu di hatiku," sahutnya ngegombal.

"Kok gemeshin ya?" Zia mencubit pipi Aldo sambil menggerakan kekanan dan kekiri.

Aldo tersenyum menikmati. Satu tangannya yang berada di punggung Zia mulai merambat masuk ke dalam punggung Zia yang hanya terlapisi tangtop.

Perlahan mulai naik, hingga menimbulkan sensasi aneh pada tubuh Zia.

Naughty Kiss (A & Z) [COMPLETED]Where stories live. Discover now