Bab XXXIX

37K 1.8K 82
                                    

Astaga Alva tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya tadi. Entahlah rasanya Alva hampir beku karena keringat dingin, padahal saat sidang S1-nya Alva begitu santai menjawab segala pertanyaan dari penguji, tapi tadi Alva begitu gugup sampai-sampai pengujinya menyuruh Alva untuk minum dahulu agar rileks, sungguh sangat memalukan, padahal Alva menguasai semua pertanyaan dari dosen pengujinya. Tapi karena begitu gugup Alva menjawab dengan terpatah-patah bahkan hampir blank. Untung saja pengujinya begitu baik sehingga menyuruh Alva untuk minum dan tarik nafas dalam-dalam secara berulang-ulang, sesekali dosen pengujinya mengajak becanda agar Alva tak begitu tegang. Dan karena itu akhirnya Alva lancar menjawab segala pertanyaan pengujinya mengenai tesis yang Alva buat.

Sudahlah yang terpenting Alva sudah melewatinya dan ya Alva sangat puas mendapat nilai A walaupun sempat terkendala. Ahh sungguh Alva sangat beruntung mendapat penguji yang mau memberinya kesempatan agar Alva rileks terlebih dahulu, jika tidak tamatlah riwayat Alva yang akan dipastikan mendapat nilai C/B bahkan mungkin C dan itu sangat memalukan sekali.

Begitu Alva selesai menjalani sidang, Alva langsung mengurus berkas pendaftaran wisudanya setelah menghampiri teman-temannya yang memberikan Alva ucapan selamat. Jorsh juga turut andil disana, bahkan jorsh orang pertama yang menghampirinya setelah keluar dari ruang sidang dengan membawa minuman penyegar dingin yang sangat dibutuhkan sekali oleh Alva. Jorsh bahkan sempat tertawa tatkala melihat wajah Alva begitu pucat seperti dijatuhi hukuman mati dan Alva hanya menatap jorsh dengan tampang lesunya tak bisa membalas ejekan jorsh karena Alva begitu tak berdaya.

Dan sekarang disinilah Alva membereskan bajunya kedalam kopernya. Sesuai kesepakatan dengan daddy-nya bahwa Alva akan pulang setelah menjalani sidang tesisnya.

Usai membereskan keperluannya Alva merebahkan tubuhnya di kasur, Alva sangat lelah hari ini, benar-benar lelah. Sidang tesisnya begitu banyak menyerap tenaganya sehingga Alva begitu lelah. Sayup-sayup mata Alva mulai tertutup dan kesadarannya mulai hilang terbawa rasa lelapnya.

Keesokan paginya Alva bangun pagi-pagi sekali, dia begitu semangat untuk bersiap-siap karena keberangkatannya jam 10 pagi ini dan Alva harus tiba di bandara setengah jam lebih cepat dari jadwal keberangkatannya. Alva tidak ingin terlambat, untuk itu dia harus lebih cepat.

Setelah semua usai Alva kini duduk di kursi pantry untuk sarapan, jorsh telah membelikan sarapan untuknya tadi. Sebenarnya sepi sekali tidak ada sosok jorsh lagi di apartemennya karena sudah dua bulan ini jorsh tinggal bersama kekasihnya. Dan ya jorsh akan menemuinya nanti di bandara yang tentunya bersama Evelyn pacarnya.

Alva melihat jam ditangannya telah menunjukkan jam 08.15 dan itu tandanya Alva harus segera berangkat karena perjalanan ke bandara menempuh waktu 1 jam lamanya.

Alva segera bangkit dan membereskan bekas sarapannya lalu memastikan lampu apartemennya padam hingga ruangannya menjadi gelap gulita hanya lampu menuju pintu keluar yang masih menyala. Alva segera keluar dan tak lupa memadamkan lampu terakhir.

Di lobby Alva disapa oleh penjaga apartemen yang juga dibalas Alva dengan sapaan ceria. Pasalnya ini hari yang ditunggu-tunggu nya, Alva sudah merindukan tanah kelahirannya namun tidak dengan panas terik dan segala kemacetannya, itu sangat menyebalkan menurut Alva.

Alva menoleh ke kanan ke kiri belum melihat taxi pesanannya berada di depan lobby lalu mencoba untuk menelfon taxi pesanannya terhenti saat taxi berhenti tepat didepannya

"Mr Alva...?"tanya sopir taxi memastikan dan Alva mengangguk lalu masuk kedalam taxi setelah sang sopir membukakan pintu belakang penumpang dan memasukkan kopernya ke dalam bagasi

Sopir taxi pun mengemudikan taxi-nya menuju bandara hingga menempuh 1 jam perjalanan. Kini tibalah Alva di bandara, Alva mengeluarkan uangnya membayar sesuai tarif setelah sopir taxi itu mengeluarkan koper Alva.

My Baby BoyWhere stories live. Discover now