Bab XXI

48.9K 2.1K 47
                                    

Varell dan papanya bergegas menaiki taksi menuju bandara internasional london. Mereka memesan tiket menuju amsterdam dimana sahabat papanya kembali menyembunyikan kakaknya beserta anak sahabat papanya.

Kali ini grandma-nya benar-benar kelewatan, menyuruh seseorang untuk membunuh kakaknya.

"Rell kali ini bukan Tanzania yang memburu kakakmu, tapi kali ini Malawi, Benin beserta Zimbabwe, kita harus bergerak cepat, kalau tidak kakakmu akan terbunuh"sangat terlihat jelas dari nada papanya ada ketakutan yang sangat besar, varell menenangkan papanya dengan mengusap bahu papanya

Varell tau Albino diburu, dibunuh dan dimutilasi untuk diambil bagian tubuhnya. Menurut kepercayaan mereka bagian tubuh Albino dapat membawa keuntungan dan kekuatan serta untuk sihir.

Varell juga pernah membaca artikel bahwa bagian tubuh Albino dibayar mahal, berkisar 3 sampai 4 ribu U$ atau sekitar 30 sampai 40 juta rupiah. Sementara kalau bagian tubuh lengkap 75 ribu U$ atau setara dengan 900 juta rupiah.

Varell jadi ingat Film yang berjudul In the Shadow of The Sun yang dirilis pada tahun 2012. Film itu menceritakan dua orang anggota Tanzania Albino Society di Pulau Ukerewe. Mereka adalah Vedastus Chinese Zangule, pemuda yang berusaha mencari tempat aman, dan Josephat Torner, seorang advokat yang berkeinginan kuat membantu orang-orang dengan Albinisme dan berjuang menyatukan di negaranya. Ketika pembantaian semakin meningkat, Vedastus melarikan diri dari Pulau Ukerewe, sedangkan Josephat tetap Teguh menghadapi para pembantai di depan matanya.

Yah papanya benar, hanya di Indonesia kakaknya bebas dari buruan. Tapi seperti yang di ketahui Albino sensitif dengan cahaya kuat. Apalagi Indonesia Negara tropis sangat bahaya untuk kulit kakaknya. Varell juga ingat tadi saat papanya menceritakan, saat ini papanya sedang membayar dokter kulit untuk meracik cream agar tahan dengan paparan cahaya matahari.

Lamunan varell tersadar ketika papanya menyenggol bahunya "Ayo sudah ada panggilan pesawat akan berangkat"varell mengangguk dan berjalan mengikuti papanya

"Pa bolehkah varell bertanya..?"varell membuka suaranya saat keduanya telah duduk di bangku pesawat

"Apa yang ingin kamu tanyakan..?"

Varell berdehem pelan, menetralkan suaranya "Bukankah hanya Albino miskin saja dibunuh..?"tanya varell dengan hati-hati

Papanya menghelakan nafas "Kamu benar, tapi kakak kamu di buru atas provokasi dari grandma hingga kakakmu menjadi incaran"

"Maksudnya pa, varell masih tidak mengerti"

"Grandma memprovokasi bahwa kakak kamu mempunyai ilmu sihir jika bagian tubuh kakakmu di dapatkan oleh para pemburu maka mereka mendapatkan keuntungan berlipat-lipat dan kekuatan mereka menjadi dasyat"jelas papanya, varell jadi paham sekarang

Pantas saja kakaknya di Buru, padahal di london banyak juga Albino bahkan ada yang menjadi artis ternama dan model terkenal. Varell juga masih tidak habis pikir, zaman sekarang masih saja mempercayai hal takhayul seperti itu.

"Tidurlah beberapa jam lagi kita akan sampai dan akan sangat menguras tenaga"ucap papanya dengan mata terpejam, varell membenarkan duduknya senyaman mungkin, setelah memasang sabuk pengamannya lalu ikut memejamkan matanya.

Beberapa jam lamanya perjalanan, akhirnya mereka sampai di Bandara Internasional Schiphol. Varell terus mengikuti papanya berjalan keluar bandara, lalu mereka memasuki taksi, supir taksi itu pun menjalankan taksinya saat papanya menyebutkan tempat tujuan mereka yang begitu asing di dengar oleh varell. Pada dasarnya ini adalah pertama kalinya varell datang ke Amsterdam jadi varell tak begitu tau seluk beluk mengenai jalan disini.

Taksi berhenti didepan gerbang menjulang berwarna hitam. Papanya menyodorkan uang pada supir taksi lalu keluar, berdiri di depan gerbang hitam. Varell hanya mengikuti papanya yang tampak tak sabar menunggu gerbang di buka setelah memencet bel beberapa kali.

My Baby BoyOù les histoires vivent. Découvrez maintenant