28. Jual Mahal 1

10K 910 34
                                    

Dava dan Rico masih asyik di kantin sekolah. Jam pelajaran pun belum berakhir. Mereka sedang makan dengan tenang, tanpa ada yang membuka pembicaraan. Takut tersedak, jika kata Dava.

Beberapa menit kemudian Dava sudah menyelesaikan makannya. Dia mengambil beberapa lembar tisu untuk mengelap mulutnya. Disusul Rico yang melakukan hal yang sama.

"Dav," panggil Rico kepada Dava yang sedang serius mengoperasikan ponselnya.

"Hm," jawab Dava dengan gumaman tidak jelas.

Rico terdiam sejenak. "Kamu udah selangkah lebih maju daripada Bian," ungkapnya.

Dava tertarik dengan ucapan Rico, terbukti dengan dia yang sudah mematikan ponselnya dan fokus menatap Rico. "Maksud kamu?"

Rico menghela napas. "Dari kemarin, Tasya liat Bian yang selalu marah dan suka seenaknya sama orang. Dan kamu datang dengan sisi sebaliknya, kamu bela orang itulah, sampai kamu nyindir-nyindir gini supaya Tasya tidak membolos lagi. Harusnya dia sadar sama perhatian kamu ini," jelas Rico dengan santainya.

Dava terdiam lama, lalu tiba-tiba terkekeh sumbang. Harusnya ya?

"Nggak usah dipikirin, Ric, masalahku. Fokus aja sama belajarmu. Jangan sampai kamu ngalamin hal yang sama kayak aku."

Mendengar ucapan Dava, Rico jadi mendengkus sebal. Iyalah sebal, Dava yang punya masalah nilainya lempeng-lempeng aja, bagus-bagus aja, naik malahan. Sedangkan dia yang hidupnya santai kayak di pantai, selow kayak di pulau, jangan ditanya lagi! Anjlok, anjlok deh nilainya! Ulangan harian Matematika saja kemarin hanya mendapat nilai empat, sedangkan Dava yang duduk persis di sebelahnya mendapatkan nilai sempurna!

Astaga ... apakah hidup seadil ini? ratap Rico yang hampir mewek.

"Ya ampun, adil banget yah! Kamu itu, ganteng? Iya. Pinter? Apalagi! Kaya? Jangan ditanya! Aku? Remahan rempeyek yang tersia-sia, hiks...."

Dava mengernyit jijik menatap Rico.

Drama dimulai!

"Please, fans, aku lagi nggak open tanda tangan. Jadi nggak usah sok melas gitu," ujar Dava sambil mengibaskan tangannya.

Rico mengubah raut wajahnya menjadi cemberut. Dia melempar sedotan bekas minumnya hingga mengenai wajah Dava saat laki-laki itu sedang lengah.

"Kotor, Ric!" pekik Dava melempar balik sedotan itu.

Rico berdecak. "Udah tahu kotor, ngapain masih dipegang-pegang, masih dilempar-lempar, pinteran dikit dong!" kesal Rico yang ikut mengelap wajahnya dengan tisu.

"Kamu sendiri ya tadi yang bilang aku pinter!"

Rico menatap Dava dengan sinis. "Aku tarik ucapanku!" kesalnya.

"Jangan kebanyakan ngeluh, nggak baik!" Dava menatapnya dengan serius.

"Udahlah, aku mau semedi dulu," kata Dava yang tiba-tiba sudah berdiri, "jangan ganggu!" peringatnya sambil mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Rico dengan mata menyipit.

Rico yang baru saja akan menimpali pun mendengkus kesal. Mukutnya komat-kamit seiring Dava yang yang sudah mulai menjauh dari tempat duduknya.

    
    
  
*** 

  
  
Jam pulang pun akhirnya tiba. Ini yang sering ditunggu-tunggu oleh sebagian besar siswa-siswi SMA Teladan. Termasuk cowok yang satu ini.

Rico sedari tadi sudah merapikan peralatan belajarnya hingga mejanya bersih tanpa menyisakan secuil barang pun saat jarum jam masih menunjukkan pukul tiga tepat, sedangkan jam pelajaran berakhir pada pukul setengah empat. Hebat sekali Rico yang mampu bertahan dari mata setajam elang milik Bu Ani selama setengah jam. Biasanya Bu Ani akan mengomel panjang lebar jika ada muridnya yang tidak serius dengan pelajarannya.

Iyalah Rico bisa selamat! Dirinya dengan tidak sopannya langsung menyambar sembarang buku dari laci Dava dan meletakkan di hadapannya. Tak lupa bolpoin satu-satunya milik Dava yang juga direbutnya saat Dava sedang serius mendengarkan penjelasan Bu Ani.

Dava sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah absurd temannya itu.

Kok bisa sih aku temenan sama yang kurang se-ons gini? batin Dava tidak percaya.

"Abang Dava, yang cakep banget, tapi masih cakepan aku, pulang yuk! Dedek Rico bonceng ya" kata Rico yang terdengar dimanis-maniskan hingga membuat Dava hampir muntah mendengarnya.

"Males!" tukasnya sambil lalu.

Dava sudah sampai di parkiran, diikuti Rico yang berjalan di belakangnya. Langkahnya terhenti padahal motornya masih terparkir cukup jauh di dalam sana. Dava merasa ada yang menahan kakinya saat matanya tak sengaja menatap Tasya yang sedang tersenyum manis kepada Bian.

Dunianya seolah berputar menyaksikan Tasya yang diam saja saat tangan Bian mengelus kepalanya yang tertutupi kerudung, bahkan mengelus pipinya. Tidak seperti saat bersamanya. Disenggol sedikit saja ngamuknya seharian.

Dava tertawa miris, dia tetap diam memperhatikan. Samar-samar dia dapat mendengar perkataan Bian yang akan pulang terlebih dahulu karena ada sebuah urusan. Sampai Tasya yang kembali masuk ke dalam sekolah, dan Bian yang sudah pergi dengan motornya, Dava tetap berdiri mematung di sana. Nyawanya seakan melayang dan belum mau kembali ke raganya.

"Woy, Dav, kenapa sih bengong aja! Pulang yuk, udah mau ujan nih," tegur Rico yang membuat Dava tersentak kaget.

Cowok itu mendongak; menatap langit yang terlihat gelap. Sebentar lagi akan turun hujan. Dan Tasya masih ada di dalam. Sendirian.

Dava menghela napas gusar. Apa yang harus dilakukannya? Menghampiri Tasya dengan tiba-tiba lalu menawarkan tumpangan saat Tasya masih mendiamkannya seperti ini? Oh, itu bukan ide yang bagus! Yang ada Tasya menjadi risih nantinya.

Tetapi meninggalkan Tasya sendirian di saat akan turun hujan juga bukan hal yang bagus. Astaga, Dava sungguh bingung ingin bagaimana. Lagi pula, masa dia harus menyuruh Rico memakai ojek online untuk pulang. Tadi pagi 'kan dia sudah berjanji akan mengantarkan Rico.

"Heh! Diajak ngomong kok malah tambah bengong! Ayo ah, keburu ujan nih!" gerutu Rico tidak sabar. Dia sampai mengusap lengannya karena udara yang mulai terasa dingin.

Dava juga merasakannya. Dan dia tambah khawatir!

Oke, harus sesegera mungkin mengambil keputusan, sebelum hujan benar-benar turun. Dava menoleh sebentar ke arah Rico, menatap Rico yang sedang mengusap lengannya dan mendongakkan kepalanya.

Dava tidak bisa mengingkari janjinya begitu saja. Dia laki-laki, dan laki-laki itu yang dipegang adalah ucapannya. Lagi pula, Tasya pasti tidak akan suka dengan kehadirannya.

Maka dari itu Dava sekarang sudah menyeret Rico menuju motornya.

Ini keputusan yang tepat.

Dava akan mengantar Rico pulang.
     
       
      
      
     
****
TBC.

Double update! 😂
Duhh Dava baik banget deh sama Rico wkwk.

Jangan lupa vote di bab sebelumnya yak 😘

Sampai jumpa di bab selanjutnya....  😘

LUKA (COMPLETE)Where stories live. Discover now