1. Ruang BK

90.5K 4.3K 301
                                    

"Tasya!"

Gadis cantik bermata coklat terang itu menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Tasya mengedarkan pandangannya ke seluruh koridor sekolah dan menemukan seorang gadis yang sedang melambaikan tangannya. Tasya tersenyum lebar dan ikut melambaikan tangan.

"Sya, kamu tahu nggak, kemarin Dava juara pertama Lomba Cerdas Cermat, loh! Uh, kalau kamu nonton, pasti kamu terkesima sama kecerdasan dia! Dia tuh paket komplit tahu. Tampan, cerdas, baik lagi. Coba aja dia mau jadi pacarku," cerocos Lisa saat dia sudah sampai di dekat Tasya. Mereka terus berjalan sambil bercerita tentang Dava.

Tasya menghela napas lelah setiap hari harus mendengar celotehan Lisa tentang laki-laki, baik yang satu sekolah, sampai om-om tetangga dia pun tak pernah absen diceritakan. "Dava yang mana dulu? Yang anaknya Om Giga? Apa yang udah nganterin kamu ke sekolah kemarin lusa? Atau yang mana? Yang jelas dong ceritanya!" protes Tasya. Lisa terkekeh geli menyadari nada sebal pada suara Tasya.

"Bukan, bukan yang itu! Dava yang satu kelas sama aku. Dava Abiyoga," jelas Lisa, "kamu kenal 'kan?"

"Oh, Dava yang itu. Kenal sih. Tapi nggak usah bicara tentang 'cerdas' bisa nggak?" tanya Tasya dengan membuat gerakan tanda kutip pada kata cerdas menggunakan jari-jari tangannya. Wajahnya sudah cemberut sejak Lisa membicarakan tentang Dava yang cerdas. Bukan karena dia iri dengan Dava, tetapi lebih karena dia miris dengan dirinya sendiri yang selalu bingung dengan penjelasan guru.

Lisa tersenyum kaku dan salah tingkah. "Sya, aku duluan ya? Ada tugas yang belum aku kerjain. Oh iya, jangan lupa nanti pulang sekolah kita ke perpustakaan dulu. Daah...." Cepat-cepat Lisa pergi menghindari tatapan Tasya yang sudah berubah tambah sebal.

Tasya menghela napas panjang, dia meneruskan langkahnya yang sempat tertunda tadi. Beberapa meter dari tempat Tasya berdiri, dia melihat seorang siswa yang sedang berjalan menenteng jaket di tangan kanannya. Tidak ada yang istimewa memang, tapi entah kenapa tiba-tiba Tasya menatap orang itu. Dia adalah Dava, orang yang diceritakan oleh Lisa tadi.

"Setelah aku amati, rasanya nggak ada muka-muka orang pinter tuh di wajah dia. Biasa aja. Kenapa bisa ya dia menang LCC?" ujar Tasya. Tangannya sudah berpindah mengusap dagunya, memincingkan mata sambil menatap intens pada Dava.

"Atau jangan-jangan dia pakai guna-guna lagi?! Astaga, aku nggak nyangka...." Tasya menutup mulutnya dengan kedua tangan dan menampilkan ekspresi wajah seolah terkejut dengan mata melotot lebar.

Sedetik kemudian, dia menormalkan kembali wajahnya. "Ngayal kamu, Sya. Mana ada jaman sekarang pakai guna-guna?! Yang ada ya belajar! Makanya kamu tuh belajar yang rajin, biar bisa pinter kayak dia! Jangan cuma suudzon mulu!" gerutu Tasya sambil menepuk keningnya.

Saat Dava melintas di samping Tasya, dia sempat melirik Tasya sebentar sebelum akhirnya menatap lurus ke depan. Tasya mencebikkan bibirnya kesal, "Biasa aja tuh orangnya."
 
 
 
***
 
Dava langsung melampirkan jaketnya pada kursi serta menaruh tasnya ke dalam laci saat dia sudah sampai di kelas. Baru dua minggu dia masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas, tetapi jadwal Dava sudah padat. Di kelas duabelas ini, Dava harus pintar-pintar membagi waktu agar tetap bisa mengikuti pelajaran. Selagi belum ada jam tambahan untuk menghadapi Ujian Nasional—biasanya semester dua, Dava harus memanfaatkan waktunya ini untuk bermain dengan temannya setelah waktu dua tahun di SMA dia gunakan untuk mengikuti lomba-lomba.

Dava bahkan tidak hafal seluruhnya jika disuruh menyebutkan nama teman satu kelasnya satu per satu. Bukannya Dava antisosial, dia orangnya ramah tetapi kesibukannya mengikuti lomba-lomba yang membuat Dava jarang berinteraksi dengan teman-temannya.

"Dav, jam istirahat pertama nanti disuruh ke ruang BK sama Bu Ana," ujar Rico yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya. Rico ini salah satu teman dekatnya di kelas, teman sebangku juga.

Dava mengangguk pelan sambil berkata, "Oke." Dia sudah biasa masuk ke ruang BK, maka dia sudah tidak asing lagi jika Bu Ana memanggilnya seperti ini.

Mungkin urusan lomba, batin Dava.

"Oh ya, Dav, udah ngerjain tugas Matematika belum?" tanya Rico sambil cengengesan.

Dava meliriknya dengan mata memincing. "Kok ada bau-bau nggak enak ya?" ujarnya.

"Dav, bantuin aku dong. Aku semalem ada acara keluarga, kamu juga tahu itu. Boleh ya nyontek tugas kamu?" rayu Rico.

Dava memutar bola matanya malas. "Jangan sering-sering!" peringatnya.

"Siap, Bos! Mana sini bukunya." Rico menyodorkan tangannya ke depan meminta buku tugas Dava.

"Nih, cepetan, keburu gurunya datang!"

"Emang udah bel?"

"Dari tadi kali—" ucapan Dava terpotong dengan sapaan ramah dari depan kelas.

"Selamat pagi!"

"Bu Anita!" pekik Dava dan Rico bersamaan.

***  
 
Setelah tiga jam pelajaran berlalu, akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Ini yang sedari tadi ditunggu oleh Dava. Bukan karena dia malas mengikuti pelajaran, tetapi karena dia malas mendengar celotehan Rico yang sedari tadi tidak diam membuat Dava tidak bisa konsentrasi saat pelajaran.

Setelah memasukkan buku dan alat tulis ke laci, Dava segera bangkit untuk pergi ke ruang BK. Dia berjalan menyusuri kelas demi kelas, menuruni tangga dan berjalan sedikit, barulah dia sampai di ruang BK. Dava mengetuk pintu di depannya dan menunggu sahutan dari dalam.

"Masuk!"

Dava membuka pintu tersebut  masuk ke dalam. Di sana sudah ada Bu Ana yang menyambutnya dengan senyuman ramahnya. Dava membalas terseyum dan mendudukkan dirinya pada kursi di depan meja Bu Ana.

"Pagi, Bu," sapa Dava sambil mencium tangan Bu Ana. "Ada apa ya Ibu memanggil saya?" tanya Dava to the point.

"Pagi, Dava. Sebentar ya, kita tunggu seseorang dulu," kata Bu Ana.

Dava mengernyit bingung. Tumben, apa bukan masalah lomba kali ya? ujar Dava dalam hati.

Selang beberapa menit terdengar ketukan di pintu dan Bu Ana mempersilakan masuk. Dava menoleh ke belakang untuk melihat siapa orang tersebut. Pintu terbuka seiring dengan sapaan seseorang di balik pintu tersebut. "Permisi, Bu."

Dava membulatkan matanya saat pintu terbuka sempurna. Begitupun orang yang ada di ambang pintu.

Tasya?  

**** 
 
TBC. 

Halo semuanya! Ini adalah awal dari cerita Dava dan Tasya. Semoga kalian suka ya! :3
Jangan lupa tekan bintang di pojok kiri bawah dan komen teman. :3
Siapa tau kalian salah satu dari sekian orang yang akan dapat hadiah menarik dari penerbit Bentang. 😘

Sampai ketemu di bab selanjutnya.... 😍

LUKA (COMPLETE)Where stories live. Discover now