"Wa'alaikumsalam, Sayang. Hati-hati, Nak!"

"Iya, Bunda!" teriak Tasya yang sudah agak jauh dari bundanya. "Ayo, Dav, cepetan!"

"Sabar, Neng! Sini masuk."

Dava membukakan pintu mobil untuk Tasya. Hal itu membuat Tasya tertegun sejenak, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam mobil.

Dava sengaja membawa mobil kali ini. Dia sampai memelas kepada ayahnya untuk meminjam mobil. Dava takut nanti mereka akan kehujanan mengingat ini adalah awal musim penghujan.

Dava melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumah Tasya. Keadaan di mobil cukup hening. Hanya terdengar suara radio yang mengalun samar.

Tasya masih tetap dengan kecanggungannya. Apalagi ketika melihat Dava yang tadi dengan santainya bercanda bersama bunda, belum lagi saat Dava dengan gentle-nya membukakan pintu mobil untuknya. Argh! Tasya semakin tidak paham dengan tingkah laku Dava!

Daru sudut matanya, Dava melihat jika Tasya sedang meremas kedua tangannya seolah sedang gugup. Dava membiarkan saja Tasya dengan segala pikirannya. Entah pikiran negatif apa yang sedang gadis itu renungkan.

"Tumben kamu enggak tanya kita mau ke mana?" ujar Dava memecah keheningan. Dia melirik sekilas ke arah Tasya yang tersentak mendengar pertanyaan Dava.

"Emh? Enggak apa. Lagi enggak mood aja berantem sama kamu," jawab Tasya dengan jujur. Dia memang sedang malas berdebat dengan Dava. Toh ujung-ujungnya dia juga yang menang, atau Dava yang mengalah? Entahlah.

"Kok berantem sih? 'Kan aku tanyanya kenapa kamu enggak tanya kita mau ke mana?" Dava memutar bola matanya malas menyadari jawaban Tasya berbeda dengan pertanyaannya.

Gantian Tasya yang memutar bola matanya. "Kalau aku tanya kamu belum tentu jawab 'kan? Dan akhirnya kita berantem juga 'kan?" jelas Tasya yang membuat Dava terkekeh. Dava mengiakan dalam hati.

Lalu keadaan kembali hening. Tidak ada yang membuka suara sampai mereka tiba di tempat tujuan.

Mereka keluar dari mobil. Dava mengajak Tasya untuk berjalan ke arah bangunan bercat putih yang menjulang tinggi jauh di depan sana.

"Dav, kita mau naik?" tanya Tasya agak ragu.

"Iya." Dava mengernyit saat melihat wajah pucat Tasya.

"Kamu sakit?" tanya Dava. Raut khawatir tercetak jelas di wajahnya.

"A-aku ...," Tasya mengerjap pelan, "takut ketinggian," lirihnya.

Dava menghela napas lega. Dia kira Tasya sakit, untung saja bukan. "Tenang. Ada aku, Sya. Aku yakin kamu pasti suka setelah sampai di atas sana," kata Dava seolah menenangkan Tasya.

Tasya menetralkan napasnya, lalu mengangguk pelan dan mulai melangkah memasuki bangunan itu. Mereka berjalan menuju lantai teratas bangunan ini.

Jika Tasya tidak takut dengan ketinggian, pasti dia sudah bersorak senang saat diajak ke tempat ini. Ini adalah salah satu tempat shooting film "Ada Apa Dengan Cinta"; salah satu film kesukaannya.

Saat mereka sampai di lantai teratas dari bangunan ini, Dava menarik pelan tangan Tasya menuju pinggiran. Dengan takut-takut Tasya melihat ke bawah dan menjerit setelahnya.

Tinggi banget ini! Tasya takut! batin Tasya denagn panik.

"Tenang, Sya. Enggak akan terjadi apa-apa. Lihat deh ke sana!"

Tasya mengikuti arah tangan Dava yang menunjuk lurus ke depan. Terlihat pemandangan pohon-pohon hijau dan rumah-rumah penduduk yang nampak bagus. Tasya sampai melupakan rasa takutnya dan tersenyum menatap ke depan.

"Bagus, Dav," ujarnya tanpa sadar.

Dava tersenyum melihat gadis yang dicintainya sedang tersenyum lebar dengan apa yang dia tunjukkan. Tasya terlihat semakin cantik dengan baju yang berkibar karena terpaan angin.

"Jadi gini perasaan Cinta waktu diajak Rangga ke sini?" gumam Tasya seolah takjub.

Dava mengernyit mendengar itu. "Cinta? Rangga? Siapa mereka?"

Tasya berdecak, "Itu loh film AADC!"

Dava memutar bola matanya malas. Dia menggerutu sedikit kesal, "Padahal duluan aku yang tahu tempat ini. Kenapa dikait-kaitin sih sama si Rangga, Rangga itu."

Untung saja Tasya tidak mendengar. Jika iya, maka habislah riwayat Dava! Bermain-main dengan fans fanatik dunia keartisan ataupun perfilman sama saja sudah tidak sayang dengan nyawanya!

Dava berdeham untuk menarik perhatian Tasya yang sudah sibuk berfoto-foto ria. Hal itu berhasil karena Tasya langsung menatap Dava.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

Melihat tatapan Dava yang serius, membuat Tasya langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas dan fokus kepada Dava.

"Ngomong aja, Dav."

Dava tampak gelisah. Berulang kali dia menarik napas panjang yang membuat Tasya keheranan. "Kenapa sih, Dav?"

"Emh ... Sya, kamu ..., gimana ya ngomongnya?"

Dava terkekeh kikuk dan mengusap tengkuknya.

"Apa sih?" tanya Tasya yang mulai penasaran.

"Kamu ... mau enggak jadi ... pacarku?" Dava bertanya dengan hati-hati, menunggu reaksi Tasya yang kini hanya diam mematung.




****
TBC.

Hai!

Jumpa lagi denganku! 😘

Waduh gimana tuh sama si Tasya. Diterima enggak ya? 😂

Eh, di dareahku lagi hujan deras banget dari kemarin. Di daerah kalian gimana?

Oh ya, jangan lupa vote dan komen yak teman-teman. 😘😘
Share juga ke teman kalian yang lain, biar semakin banyak yang dukung usaha Dava buat nyatain cintanya. 😆

Sampai jumpa di bab selanjutnya....

LUKA (COMPLETE)Where stories live. Discover now