67. Bertemu Kembali

242 20 2
                                    

Pekerjaan yang semakin menumpuk, project yang semakin bertambah karena kepindahan Dila, membuat beberapa perusahaan semakin mendekat. Mengetahui integritas perusahaan yang tinggi. Tak dapat dipungkiri bahwa ini semua berkat kerja sama setiap pemimpin yang solid dan loyal. Jemarinya bergerak cepat di atas keyboard dengan mata yang selalu awas untuk memperkecil kemungkinan adanya salah penulisan.

Dua hari lagi, tepat dua hari lagi, Dila akan datang ke perusahaan ini dan melakukan serah jabatan secara formal. Mengingat ia pergi dari perusahaan tanpa adanya ucapan perpisahan dan tanpa banyak pemberitahuan, ia sudah berada di Amerika dan berkeliling dunia untuk mengunjungi setiap cabang berusahaan dari berbagai negara. Mengevaluasi anak perusahaan, alasan yang diajukan oleh juru bicara Pak Tsunemori.

Memang Dila adalah asset perusahaan yang sangat penting. Terlalu penting untuk dibuang dan mereka harus mempertimbangkan setiap perkataan yang keluar dari mulut Dila. Walaupun terkadang wanita itu diam dan tidak memberikan komentar apapun saat sedang rapat, tapi jika ia benar-benar menemukan titik kesalahan, ia akan menunjukkan eksistensi dirinya yang luar biasa kuat dan mengintimidasi.

Bahkan bagi dirinya yang secara gender merupakan seorang laki-laki.

Bukan berarti ia takut pada Dila, namun lebih condong pada menyegani wanita itu karena pengetahuannya yang luar biasa luas. Setiap ia berbincang dengan siapapun, ia bisa masuk dalam topik pembicaraan lawan bicaranya. Seakan tak ada batasan dari ilmu yang ia miliki.
Bukankah itu mengerikan?

Mungkin jika ditelaah kembali, itu adalah efek dari salah satu hobi Dila.

Membaca.

Ia mengusap dagunya dan berpikir keras mengenai project yang harus pikirkan matang-matang. Bukanlah hal yang mudah untuk menyetujui proposal dari perusahaan lain. Selalu dibutuhkan sudut pandang lain yang kiranya bisa menemukan titik kehampaan dari ajuan proposal tersebut.

"Pak Rivan."

Ia mengangkat pandangan dari balik kacamatanya, menemukan sekretarisnya yang sedang berdiri sembari memeluk dokumen.

"Ya?"

"Ini data yang harus diperiksa ulang oleh Anda." 

Rivan tak menjawab apapun selain senyuman dan anggukan. Secara tak langsung mengharapkan sekretarisnya segera menyimpan dokumen tersebut dan meninggalkan ruangan. Yang membuatnya merasa senang adalah sekretarisnya itu melakukan apapun tanpa ia perintahkan. Dengan derapan yang terkesan tenang, sekretarisnya segera meninggalkan Rivan sendirian di ruangan itu. Ruangan yang selama ini menjadi pelariannya dari rasa penyesalan yang mendalam.

Ia kembali menatap pada salah satu ujung meja. Tempat di mana ia menyimpan sebuah figura dengan foto dirinya bersama Dila sedang tersenyum bahagia. Salah satu foto yang waktu itu mereka cetak karena wajah keduanya tampak seperti orang bodoh yang selalu tersenyum pada apapun yang terjadi di dunia. Foto yang sangat berharga baginya.

Ia mendesah dan bersandar di kursi kerjanya yang nyaman dan empuk itu. Melonggarkan dasi dan membuka kancing kerah yang menyesakkan. Hal yang kemudian ia lakukan adalah mengeluarkan kalung yang ia kenakan untuk melepaskan rasa rindu pada Dila. Yang mana, cincin pertunangan palsunya bersama Dila, tersemat di kalung yang kini sedang ia sentuh.

Bisakah aku memiliki kesempatan lain?

***

Perjalanan yang lembut dan halus tak membuat Dila gusar. Hari ini ia akan berakting seakan-akan ia baru saja datang bersama rombongan dari Jepang untuk menilai perkembangan perusahaan. Rombongan dari Jepang itu memang akan menilai perkembangan perusahaan, di bantu oleh Dila tentunya. Namun sedikit kebohongan tetap ada di sana, karena selama ini Dila berada di Rumah Sakit. Tidak ikut bersama penilai perkembangan perusahaan ke negara manapun.

Love? Trust? Work? or Hobbies? [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang