Chapter 29 : Homo Dude Who Wants To Quit

6K 362 45
                                    

Aku menatap wajah Andre yang tertidur pulas disebelahku, setelah menghabiskan energi kami dengan bercinta beberapa kali. Wajah tegas khas sumatera utara-nya yang dipenuhi bulu-bulu halus-kalau dilihat-dari-dekat itu semakin menggemaskan saja. Kalau bisa aku makan, aku makan juga nih orang karena saking menggiurkannya.

Berpisah dengan Andre bukanlah bagian dari keinginanku, tetapi sepertinya hubungan kami telah sampai dimana aku sudah tidak bisa lagi menanggung bebannya. Walaupun begitu aku akan mencari cara untuk tetap berhubungan dengannya jika kesempatanku pergi akan datang. Pada akhirnya aku akan mendapati kenyataan bahwa hubungan kami memang tidak bisa dibawa kemana-mana lagi, hanya stagnan dalam waktu tertentu. Sebelum hal itu terjadi, aku diam-diam telah menjalankan rencana B itu.

Bagaimana cara memberitahukannya tentang keputusanku itu ya.

Penolakan orang-orang di kantor lebih mudah ku atasi daripada yang ku kira, ternyata orang-orang hanya membully-ku secara verbal dan tidak berani atau mungkin belum berani untuk melakukan tindakan yang melibatkan fisik, yah mereka tidak akan berani karena aku dilindungi aturan kantor jika mereka bermain hakim sendiri. Memang, pihak HRD kantor tidak ada yang menghubungiku langsung tentang skandal ini, bisa disimpulkan mungkin mereka menutup mata, tetapi sampai kapan? Kelihatannya skandal itu tidak akan mereda dalam waktu dekat. Dan aku sudah tidak kuat lagi, untuk berpura-pura semua ini baik-baik saja.

Aku mendekati Andre, kemudian mencium bibirnya sekilas, karena tidak bisa lagi menahan godaannya.

"Kok belum tidur" beberapa saat kemudian Andre terbangun, mungkin karena sedikit terkejut dengan kecupanku tadi. Dia melihatku dengan khawatir karena masih terbangun sambil menatap langit-langit kamar.

"Iya nih, gue juga gak tau, kebanyakan minum susu kental asin elo bikin gue susah tidur" kilahku "lo abis minum kopi? Berasa banget" candaku.

Dia tergelak "Dasar gila" lalu beringsut lagi.

"Yeah, I've crazy because of you" Aku menatapnya dan tersenyum, menunjukkan bahwa aku baik-baik saja.

"Dan gue lebih gila lagi karena bisa-bisanya suka sama orang gila" balasnya, yang tidak mau kalah. Aku tergelak

Aku mendekatinya, membenamkan kepalaku di dadanya "yaudah, ayo kembali tidur" aku menutup mataku, berusaha untuk tidur, yang kuyakin akan meninggalkan pertanyaan untuknya.

I am sorry Ndre, gue masih belum bisa ngasih tau.

Paginya aku berusaha menceritakan rencanaku kepada Steven, aku akan berusaha lebih terbuka lagi dengannya.

"maaf ya kemarin elo juga dibawa-bawa sama ibu itu" ujarku kepada Steven, kami sedang berada di kantin kantor, menikmati sarapan di meja yang sepi. Sementara para anggota Facility lainnya duduk menjauh, masih menjaga jarak denganku. Sudah lama sekali rasanya tidak nongkrong bersamanya.

"Gak masalah coy, ibu-ibu disana kan emang gitu, suka fitnah. lagian gue kan bukan homo" kalimatnya terhenti saat menyadari dia kelepasan yang menurutnya akan membuatku tersinggung. "Gue gak bermaksud menghina loh coy" lanjutnya.

"Santai ajalah, gue gak masalah kok, elo kan emang bukan homo" balasku. Dia mengangguk lalu meneruskan sarapannya.

"Jadi apa rencana lo ama Annisa? Jadi nuntut pake UU ITE" tanyanya. Aku menggeleng dan tersenyum.

"Gak ada rencana, Steve. Justru gara-gara hal ini membuat pandangan gue lebih jernih" aku ku.

"Maksudnya coy?"

"Sepertinya gue udah punya rencana lain, Steve" Aku memandangnya.

"Lo ingat gak, kita pernah membicarakan kelangsungan karir kita disini, saat funday lalu?" Tambahku.

Engineer HomoWhere stories live. Discover now