Chapter 17 : Homo Dude and Prince Charming who has flaw too

8.6K 457 47
                                    

Orang bilang cinta itu tidak disengaja. Penelitian tentang otak mengatakan itu adalah dorongan seperti rasa haus yang mendambakan kepada individu tertentu. Penelitian itu menyebutkan adalah sesuatu yang normal jika 'kehilangan kendali' pada tahap awal percintaan. Cinta, seperti rasa haus mampu membuatmu melakukan hal-hal aneh.

Pertanyaannya, apakah aku jatuh cinta? Kalau memang gejalanya seperti itu, sudah dipastikan dan 100% yakin. Aku bahkan mampu melampaui imajinasi terliarku sendiri bahwa aku sudah mencapai titik ini, sudah sangat jauh dibandingkan dengan beberapa minggu yang lalu.

Bunyi alarm ayam berkokok tiruan membangunkanku. Aku bangkit, kejadian tadi malam masih terngiang dikepalaku. Sepertinya itu hanya mimpi, mimpi bahwa aku telah melakukan tindakan heroic, yang hanya bisa terjadi dalam khayalanku.

Mungkin tidak, karena ada seseorang yang terbaring disebelahku, tertidur seperti bayi, tetap manis walaupun dengan perawakan jantannya. Laki-laki yang membuatku gila, yang membuatku haus.

***

"Pagi" Sapaku.

"How do you feel" lalu memberikan segelas teh kepada Andre.

"Sedikit pusing" kemudian dia menyesap teh itu. Dia telah kembali kepada sosok dinginnya, sudah sadar dari mabuknya.

"Ndre.." ujarku hati-hati.

"..."

"Dengar, apapun perkataan gue kemarin, gue mabuk" dia tidak menoleh kepadaku.

"Gue tau" Jawabku.

"lo sekarang jijik sama gue?" tanyanya lagi tanpa merubah posisinya.

"Gue jijik ama diri gue sendiri" jawabku "i am the most hypocrite person in this universe"

"yeah you're" Dia mengejek.

"Sebaiknya gue pulang, gue mau ke kantor" lanjutnya.

"Gue udah minta ijin cuti untuk kita berdua, tadi gue nelfon Bu bulan" Aku menahannya.

Akhirnya dia melihat kearahku, keningnya berkerut "Apa maksud lo? gue gak mau cuti"

"Lo sakit ndre"

"Peduli apa lo?"

"Gue peduli sama lo" jawabku

"Gue gak minta"

"I can't believe how hard I've fallen for you" 

"Terus apa yang lo harapkan dari gue, semuanya udah telat" Balasnya dingin.

"Gue gak ngarapin apa-apa ndre, gua cuma pengen lo tahu itu"

"Gue udah tau" Jawabnya "Kalau gak ada lagi, sebaiknya gue pulang" Dia memasang celananya.

Dia beranjak, berjalan kearah pintu. Aku mematung membiarkannya pergi walaupun tidak rela, rasanya semua yang kulakukan tadi malam tidak berarti apa-apa baginya, bahkan tidak sedikitpun melelehkan hatinya yang seperti gunung es.

"Berhenti" Kuraih tangannya saat dia mencapai pintu, langkahnya langsung terhenti.

"Ndre, gue mohon, jangan kayak anak-anak, please"

Aku menarik nafas "Dengerin gue ngomong, setelah itu lo bebas pergi" dia tetap diam tak bergerak. Tanpa kusadari mataku berkaca-kaca sebagai akibat rasa sakit di dada yang kualami sekarang. Sepertinya aku sudah tidak punya kesempatan lagi. ini sudah limit kesabaranku.

"Liat gue!" teriakku, demi tuhan aku sudah capek.

Akhirnya dia menoleh, mata kami bertemu. Aku menelan ludah "you've made me crazy"

Engineer HomoΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα