Chapter 7 : Homo Dude, Prince Charming and The Sea

12.3K 538 45
                                    

Hari ini adalah hari Fun day company, perusahaan memberikan dana jalan-jalan selama satu hari untuk seluruh karyawan beserta keluarga, tidak terkecuali divisi kami, divisi facility. seperti namanya, Fun Day akan berisi kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kekeluargaan antara karyawan, seperti barbecue, mandi-mandi di pantai, bermain bola, menari dan menyanyi. kedengarannya sama sekali bukan fun bagiku yang lebih memilih untuk tidur di kamar kos dan melupakan kehidupanku yang menyedihkan, tetapi semua orang tentunya sangat menanti-nantikan hari ini.

Pagi ini aku dijemput oleh bus yang kami sewa, didalam bus semua orang terlihat heboh, para kuli, maksudku para operator seperti Hendri dan kawan-kawannya berdandan habis-habisan, yang jatuhnya terlalu norak menurutku. kami semua menggunakan kaos yang sama, dengan tulisan Facility Family Forever (3F) dengan gambar gedung industrial bewarna mencolok.

Aku duduk didekat Steven didalam bus "Fun day hah?" tanyaku sarkas kepadanya yang terlihat galau.

"Semuanya bawa istri dan pacar masing-masing, kecuali kita" Jawabnya sinis. 

"Makanya nyari jugak yang disini, sok-sokan setia lo" Sindir Doni yang duduk dibelakang kami dengan pacarnya yang anak Finance. "Lo gak bawa Annisa Zik?" lanjutnya bertanya. "Gue menghargai Steven coy, kasian kalau dia jones sendiri" aku ngeles, sebenarnya aku memang tidak tertarik untuk mengajaknya.

"Enak aje lu, ntar gue diteror lagi sama cewek gue" balasnya. Steven memang punya hubungan yang sedikit rumit dengan tunangannya yang di kampung, selain overprotektif, calon mertuanya merupakan TNI yang sangat sayang dengan anak gadis satu-satunya, mempermainkan tunangannya sama dengan bunuh diri. Dia takut nanti tempat pipisnya dipotong pakai samurai oleh si calon bapak mertua.

Setelah seminggu yang melelahkan, aku berharap akan bisa bersenang-senang disini, melupakan semua masalah sejenak. 

Hape Steven kemudian berbunyi, "Halo beb" sahutnya, kemudian menatapku dengan tatapan minta tolong, aku hanya mengangkat bahu karena tidak tahu apa yang terjadi atau apa yang harus aku lakukan.

"Iya beb.. iya..." Steven terlihat ketakutan, sepertinya dia sedang dimarahi oleh pacarnya tersebut. turut prihatin Steve.

"ya beb.. i love yuu" akhirnya dia menutup telefon, kemudian menarik nafas lega.

"Hampir aja gue diaduin sama camer coy" sahutnya.

"Lu selingkuh?" tanyaku curiga.

"Gue telat dua menit share location dan selfie gue ke Asti" ekspresinya horror.

"What.. gak salah denger gue??" Aku memandangnya dengan tatapan tidak percaya, bagaimana mungkin ada cewek yang terlalu posesif seperti Asti, kuperhatikan Steven cakep sih, duit juga ada, tapi ya hanya itu. Kenapa ya Asti sebegitunya, atau jangan-jangan.

"Ceweklu hamil?" tanyaku cuek. Steven menggeleng "Dia orangnya memang kayak begitu, kadang capek juga gue sama cewek" 

"Sama cowok aja, siapa tahu lu lebih bahagia" Aku mengangkat alis, memberikannya sebuah pilihan. Siapa tahu dia mempertimbangkan ide brilianku itu.

"Emang elo, elgebete" balasnya. aku hanya memutar bola mata.

Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya kami sampai di pantai, cuaca terlihat mendung namun belum hujan, sempurna.

"Zik.. tolong bantuin kakak bawain ini dong" Kak Linda memberikanku sekardus air mineral untuk dibawa kepantai. kemudian kami berjalan beriringan.

"Eh.. orang safety gabung lo ama kita" si kakak mulai bicara.

"Beneran kak?" tanyaku tertarik.

"Sebegitu bernafsu amat, ada yang diincer ya disana" tanya kakak itu curiga. "lubang idungmu membesar"

Engineer HomoOnde as histórias ganham vida. Descobre agora