Chapter 25 : Those Dudes Who Can Be Moved

6.1K 347 48
                                    

Malam ini aku menemani Andre di rumahnya, dia sedang menikmati bir kalengan dan rokok di beranda lantai dua rumah, memandang kerlap-kerlip lampu kota dari kejauhan. Dia hanya butuh waktu sendiri.

Rasanya semakin terikat diriku dengan Andre, semakin banyak masalah yang mengikuti dan selalu saja kami mampu menghadapinya berdua, mungkin inilah intinya yang sebenarnya, menuntut kami harus lebih kuat seiring berjalannya waktu.

Kuambil notesku didalam tas, kemudian mulai menulis lagi didalamnya, tidak kapok-kapoknya menulis di tempat yang tidak privat itu.

Kurasa aku telah melakukan hal yang benar, membiarkan Annisa bebas memilih lelaki yang lebih pantas dan lebih jelas untuknya, setidaknya untuk kedepannya dia akan berhati-hati jika mendekati pria. Jujur, rasanya lega, sebuah beban terasa diangakat dari pundakku.

Andre juga telah melakukan perubahan yang besar dalam hidupnya, move on dari Milo dan hubungan tidak sehat mereka. we have made it.

Aku menutup notes itu, kemudian melihat Andre yang sudah selesai dengan galaunya, memanggilku untuk bergabung dengannya di beranda. 

"How do you feel?" tanyaku mendekatinya.

"Terimakasih, telah menyelamatkan gue" 

Lalu kami berciuman, dibawah bintang-bintang, rasanya sedikit pahit karena Andre sedang merokok tapi tetap membuat candu.

"Shall we celebrate?"

"Yup"

Andre berencana membawaku ke pantai, aneh memang malam-malam pergi ke pantai. Aku tidak tahu apa yang sedang direncanakannya malam ini.

Kami duduk diatas pasir berdua, menatap kearah laut sepi yang tidak berujung, dengan sebuah selimut yang melindungi kami dari dinginnya pantai, ditambah dua cup kopi panas yang membuat pantai semakin terasa romantis. 

"Apakah gue pernah bilang bahwa gue suka pantai?" tanyanya.

"Seingat gue elo hanya bilang kalau elo suka pantai disaat mendung" aku menelusri memoriku saat dulu berdua di pantai dengan Andre ketika Funday.

"Ingatan lo hebat juga" pujinya. Kembali aku mengingat masa-masa itu.

Saat itu siang hari, sekarang malam hari.

Saat itu aku masih denial, sekarang bahkan sudah came out walaupun tidak disengaja.

Saat itu dia bukanlah milikku, sekarang dia sepenuhnya berada disampingku.

Pantai yang sama, keadaan yang berbeda.

"Entah waktu yang cepat berlalu atau kenapa, gue merasa banyak hal yang telah berubah dari terakhir gue berada disini" ujarku sambil memandang ke laut.

"Maksud gue bukan pantainya, tapi diri gue sendiri"  tambahku.

Andre tersenyum "Yeah, gue nggak nyangka juga, kita berakhir bersama seperti ini" seolah mengerti dengan apa yang kumaksudkan.

"Gue juga Ndre, cinta itu hal yang mengerikan ya" balasku "Bisa membuat kita melakukan hal-hal yang kita tidak pernah bayangkan sebelumnya"

Dia tergelak "Lo bilang cinta? itu hal yang sudah lama gue tunggu, jujur gue senang mendengarnya"

"Basi lo Ndre" jawabku yang sedikit tersipu, memanglah selama ini aku belum pernah mengatakan kata-kata i love you atau semacamnya kepada Andre, tetapi menurutku biarlah dia menyadarinya dengan tindakanku daripada sebuah kata-kata yang bisa saja menguap.

"Walaupun begitu, gue merasakannya Zik, i feel it"

"Me too" Balasku. Kemudian kucoba untuk mendekatinya, memberikan ciuman, dia terlihat sedikit kaget awalnya, namun kemudian dia mulai membalas. Kami berciuman dihadapan laut dan dibawah bintang-bintang, rasanya fantastis, ada kedamaian yang asing terselip disana.

Engineer HomoWhere stories live. Discover now