Chapter 22 : The Darkest Part of Falling in Love

6.5K 368 9
                                    

Aku berharap ini akan menjadi hari yang baik karena aku akan menghabiskan sisa hariku bersama Andre, tetapi semua sirna ketika negara api menyerang, i mean Milo si raja api Ozai datang mendekati kami yang sedang melakukan peregangan sehabis berlari.

"Weh kebetulan liat lovebird disini" ujar Milo sedikit sinis. Aku menatapnya dengan pandangan tidak suka.

"Hai anak muda" dia menunjuk kearahku "Untung saja kepala gue gak kenapa-kenapa, wuih kalau sempat cidera atau geger otak" dia menakut-nakutiku "abis lo"

"Emang dia siapanya kak Milo?" tanya seorang cowok yang ngondek.

"Itu kak Andre ya" Sorak seorang lainnya. Setelah memastikan, beberapa penggemar Milo menggerubuti Andre seperti sekawanan semut yang menggerogoti makanan, meminta wefie. Aku tidak bisa untuk tidak tertawa melihat Andre yang tidak nyaman kemudian pasrah dikelilingi orang-orang itu.

Setelah kerumunan anak-anak remaja tanggung itu bubar, meninggalkan aku, Andre dan Milo bertiga disudut lapangan yang cukup jauh dari kerumunan, keadaan mulai memanas. Kali ini aku telah mempersiapkan kuda-kuda silat yang sebenarnya, bukan tarian lagi. 

"Yang, tiket ama reservasi hotel di Hongkong udah dipesan" Milo mengatakannya tanpa rasa bersalah. Sepertinya dia belum mengetahui hubungan kami.

"Gue gak yakin bisa pergi" lanjut Andre, dia terlihat ragu. Ekspresi Milo langsung berubah.

"Kenapa? gue benci penolakan Andre, lo tau itu" Milo menjadi marah.

"Gara-gara dia!" Milo menunjukku dengan murka "eh, sudah gue bilang jangan dekati pacar gue, he's mine" dia mendekatiku, aku bersiap untuk kemungkinan apapun. Kalo mau bertengkar lagi, ayok.

"Stop, Milo!" Andre berdiri didepanku, membatasiku dengan si pria congkak itu. "Dia tidak ada hubungannya"

"Apa?" Milo seolah-olah tidak mengerti "Dialah penyebab semua ini, dia orang ketiga yang menyusup"

"Dengar, kita udah bahas ini berkali-kali" balas Andre, dia masih tenang.

"Cih" Milo meludah "Kenapa elo baru membahas cinta, prinsip dan semua bullshit itu, Andre. Pasti dipengaruhi dia kan?" aku tahu yang dimaksud dengan 'dia' adalah diriku. 

"Ya, jadi lo mau apa sekarang?" tanya Andre sambil memajukan langkahnya, aku merasa aneh sendiri berdiri dibelakangnya. i can fight too, you know.

"Gue menginginkan elo, gue kangen" lanjutnya.

"Yang elo pedulikan hanyalah nafsu, Milo" Andre berkata, itu bukanlah pertanyaan.

"Diluar sana masih banyak lelaki yang mau sama lo, jangan berharap ama gue lagi" lanjutnya.

"Jadi ini semua hanya omong kosong, Andre?" Milo mengacungkan jarinya, dimana jari manisnya memuat sebuah cincin keperakan. Aku tertegun melihatnya, semuanya menjadi begitu jelas sekarang. Potongan-potongan puzzle dalam kepalaku serasa lengkap. 

Kulihat Andre mengepalkan tangannya, menarik nafas dan menutup matanya, menahan emosi.

"Ayo pergi!" dia memerintahkanku untuk mengikutinya pergi meninggalkan orang yang menyebalkan itu.

"Kemanapun lo akan pergi, lo gak bisa bohong dengan diri lo sendiri" teriak Milo dari jauh.

Kami beriringan dalam diam, aku tidak tahu harus membicarakan apa, terlalu takut untuk memulai dan mendengar apapun yang tidak kuinginkan. Andre mulai berlari cepat, lebih cepat dari yang bisa kukejar, meninggalkanku yang sedang kewalahan. Apa sebenarnya yang ada dalam benakmu wahai prince charming. Relationship is very confusing sometimes.

Engineer HomoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang