Chapter 3 : Homo dude and his Pathetic Trait

18.3K 681 69
                                    

Pagi ini aku berlari-lari kecil dari bukit shafa ke bukit marwah, eh bukan. Maksudnya aku berlari dari loker menuju fingerprint scanner untuk mengabsen karyawan, seperti biasa waktunya mepet, aku hampir telat.

"Jeng Zikraaaaa.." Hendri menyorakiku dari ujung koridor, ketika aku menarik nafas lega karena tidak terlambat. merupakan suatu kepuasan tersendiri bagiku jika datang ke kantor saat detik-detik terakhir dan tidak terlambat.

"Ngapain lo pagi-pagi disini" tanyaku kepada hendri yang sedang mengisi centang pada sebuah kertas yang diselipkan didepan pintu APAR.

"Biasa, keliling liat-liat cewek cantik" jawabnya dengan penuh percaya diri.

"WOW, kayak menejer aja lu" reaksiku, kemudian melengang pergi meninggalkan manusia menyebalkan satu itu.

Diujung koridor aku melihat pak Jek yang sedang mendorong troli, kemudian aku menyapanya "Assalamualaikum ya ahli kuburrrr" 

Orang tua itu langsung berubah ekpresinya sepertinya marah, namun dia menarik nafas. "Bang Zikra, itu ucapan saat melewati kuburan" ujarnya.

"Eh.. maaf pak, saya lupa" aku berpura-pura sambil menggaruk-garuk kepala. 

"Ya makanya, segera menikah biar ada yang ngingetin" Skakmat. pak Jek menyinggung bagian yang paling tidak kusuka, aku langsung menjawab malas "Ya..Ya.. aku duluan pak"

"Eh..." sahutnya, aku langsung menghentikan langkahku, dia menjulurkan tangannya. "Apa pak?" 

"Salam dulu bang" aku memutar bola mata kemudian menyalami pak Jek "Assalamualaikum" sahutnya sambil berlalu.

Di office tidak ada yang spesial, semuanya berjalan seperti biasa, kecuali beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang membuat pak Andi marah-marah, tetapi memang beliau seperti itu sih, jadi ya memang tidak ada something to tell about my boring job.

Saat istirahat sarapan pagi, aku melihat Steven dan kak Linda sedang bercengkrama di meja kantin, kelihatannya mereka membicarakan sesuatu yang serius, mungkin Steven segera menikah.

"iya.. kak, gue sama Zikra liat si staff baru bu Bulan itu di tempat minum-minum, dikelilingi cewek-cewek" Aku mendekat dan mencengar Steven mengoceh.

"Ih.. nggak bener juga ternyata, cakep-cakep tapi kelakuannya begitu" kak Linda terlihat jengkel dengan sesuatu yang dikatakan Steven.

Yah, aku terlalu berfikir positif tentang mereka, ternyata mereka sedang bergosip soal Andre yang tidak sengaja bertemu tadi malam. "Ya kan coy?" Steven bertanya kepadaku untuk lebih meyakinkan kak Linda bahwa ini tidak hanya hoax. aku hanya mengangkat bahu.

Sebenarnya Steven bukanlah seorang penggosip, namun setelah bergabung di Facility, mau tak mau kita terpengaruh oleh salah satu kebiasaan disana, salah satunya bergosip, berghibah yang dipelopori oleh kak Linda. Pada awalnya aku sedikit merasa bahwa 'itu bukan urusan kita' saat mengetahui aib orang lain, tetapi karena diberikan terus-menerus dan jadi budaya, sedikit demi sedikit aku enjoy ketika bergunjing dengan mak-mak beranak satu itu. Kuakui salah satu guilty pleasure juga selain baca novel homo bokep.

Tetapi kenapa aku jengkel saat yang digunjingkan adalah Andre, apakah aku menyukainya, of course, dia menarik, charming, ganteng, wangi dan semua tipikal cowok ganteng idola semua homo di dunia. tetapi aku tidak menaruh hati padanya, terlalu awal menurutku untuk menentukan aku mempunyai rasa lebih kepadanya, apalagi faktanya pertemuan tadi malam dengannya hanya bentuk formalitas saja, seperti tidak sengaja bertemu dengan kenalan di tempat yang acak lalu kemudian menyapa dan kembali ke urusan masing-masing. 

"Biarin aja, siapa tahu dia kerja sambilan disana" jawabku asal kemudian menggigit gorengan.

"Jadi gigolo, bisa jadi, bisa jadi" kak Linda menyimpulkan. sebenarnya maksudku bukanlah seperti itu.

Engineer HomoOù les histoires vivent. Découvrez maintenant