Chapter 9 : Separate Ways

10.6K 514 30
                                    

Akhirnya hujan turun membasahi pantai dan laut, setelah beberapa jam tetap bertahan dengan mendungnya. Angin yang cukup kuat mengarahkan hujan yang kemudian menghantam wajah dan tubuhku walaupun telah berteduh dibawah tenda bersama dengan yang lain. Aku suka sensasinya, dingin.

"Ujaaaan wooyyy" Hendri berteriak seperti biasa, mencari perhatian. Kemudian menari-nari di bawah air hujan sambil bermain bola sendirian.

"Sekalian aja lu nyebur ke-laut, biar dimakan ama paus" teriakku.

"Dasar payah, dasar lemah, ama air turun aja takut" balasnya.

"Awas kamu kalo cuti sakit besok ndri, tak tempeleng kamu" pak Wardi yang berdiri disampingku tak kalah murka.

"Besok kan minggu pak, dia masuk emang?" tanyaku. Kemudian bapak itu mengangguk "Mau lembur selesaikan monthly check"

"Ini hujan sampe kapan berentinya" Lanjutnya. Kami tidak mengacuhkan hendri lagi.

"Iya nih pak, pak Wardi gak mandi tadi pagi ya" tuduhku.

"Mas Zikra kalik, yang sering ceel (CL = coming late), pasti lupa mandi kan"

Hanya ada beberapa orang lagi dibawah tenda termasuk aku, keluarga pak Wardi, Steven dan beberapa bujangan lainnya. Sementara yang lain sudah menunggu didalam bus untuk pulang.

"Seru kan Fun-Day nya, taon depan mudah-mudahan masih ketemu ya, kalo ajal belum menjemput" ujar pak Wardi. Aku tersenyum kemudian mengangguk "Lebih seru lagi kalo kita ikat hendri di batang kelapa, terus kita lempar ke laut" candaku. Bapak-bapak berkumis itu tergelak.

Jemputan payung akhirnya datang, perempuan dan anak-anak didahulukan hingga menyisakan setengahnya orang yang berteduh dibawah. Aku menutup mata, membiarkan air itu membasahi wajahku, kalau bisa dosaku juga dibilas.

"Ayok" Sebuah suara membuyarkan lamunanku, aku menoleh kesamping, siapa ini? apakah Matt bomer? Andre berdiri disebelahku dengan payung ditangannya dan senyum dibibirnya.

Kami berjalan dibawah payung dengan pelan dan diam, aku masih merasa tidak enak kepada Andre setelah aku menolaknya dengan halus di pantai tadi siang. You deserve better, ndre. Pasti kamu akan bahagia jika berhubungan dengan lelaki lain yang tidak plin-plan dan galau seperti diriku, tetapi memikirkan hal itu saja hatiku sakit. Aku seperti tidak rela jika itu terjadi.

"lo nggak papa?" Dia bertanya.

"iya, cuma gue agak ngantuk bang" lagi-lagi aku bohong.

"Oh yaudah"

Akhirnya kami sampai kedalam bis, dimana semua orang telah tertidur pulas karena kelelahan. Deni tidur sambil merangkul pacarnya, kak Linda tidur di pangkuan suaminya, sedangkan pak Jek memeluk anaknya.

Aku duduk di kursi belakang berdua dengan Andre. Setelah semua orang telah memasuki bus, mobil itupun pergi meninggalkan pantai dan kenangan yang ada disana dalam derasnya hujan.

"Tadi kesini naik apa bang?"

"Gue sama anak-anak safety yang lain nebeng ama mobil Buk Bulan"

"Terus, kok gak bareng mereka lagi"

"ibu Bulan tadi duluan pulang, ada urusan katanya"

"oh gitu" Kami sama-sama diam. Dia mengambil sesuatu dalam tasnya, kemudian menyodorkannya kepadaku "Barang-barang lo" handphone, dompet dan notesku yang sebelumnya dia selamatkan ketika aku akan diceburkan tadi.

"Thanks" aku menerimanya, kemudian menaruh barang-barang itu dalam ransel. Saat aku menaruh notes, aku teringat akan sesuatu. 

Curhatan gue! mudah-mudahan Andre gak kepo, terus baca-baca tulisan didalamnya. Aku menatap Andre dengan horor, ternyata dia sudah tertidur, atau pura-pura tidur? aku tidak tahu. Dia bersandar dikursi sambil melipat tangannya. Matanya tertutup.

Engineer HomoWhere stories live. Discover now