Chapter 20 : Homo dude and his Dilemma

7.4K 414 17
                                    

"Thanks ya guys, udah mati-matian dalam auditnya, especially buat Zikra si kawaii dan Andre yang udah bisa ditinggal audit sendiri sepertinya" Pak Andi berkata.

"Status auditnya pass dengan minor finding" tambahnya. Semua orang di dalam meeting room bertepuk tangan. Aku merasa senang, kurasakan hidungku kembang-kempis melihat pak Andi memberikan dua jempolnya kepadaku. Syukurlah auditnya berjalan lancar.

"Makan-makannya kapan nih mas?" Ibu bulan menagih.

"Nanti siang di kantin" lanjut pak Andi, semua orang langsung ber-yee ria.

"Tapi bayar sendiri-sendiri" lanjutnya kemudian yang langsung di berikan wuuuu oleh orang-orang dalam meeting room. Ini orang tua pasti lawakannya selalu garing, tapi kalau marah mengerikan seperti monster.

"Yaelah, pelit amat mas" lanjut bu Bulan.

"Tenang, ada hadiah yang lebih bagus untuk kalian" lanjut pak Andi. Semua orang langsung tenang dan antusias, berharap sesuatu seperti jalan-jalan atau kenaikan gaji.

"Besok boleh libur!" ujar si bapak sok heboh. Semua orang langsung terdiam. Nggak lucu pak, sumpah nggak lucu.

"Yaiyalaah, besok mah tanggal merah kalik" protes bu Bulan yang langsung dilanjutkan oleh wuuu semua orang.

Setelah meeting audit selesai, kamipun langsung break siang. Kantin masih sepi karena kami diberikan istirahat lebih awal. Meja kantin tempat divisi kami selalu duduk berisi kotak-kotak makanan, yang langsung disambar semua orang.

"Hey jangan rebutan" sahut kak Linda sang tukang koordinasi makanan "Bilang apa dulu sama pak Andi" tambahnya.

Kita semua menoleh serempak kepada pak Andi "Makasih paaak" doi hanya nyengir. Ternyata dia tidak terlalu pelit.

Semua orang langsung makan batagor traktiran pak Andi dengan lahap. Aku curi-curi pandang kearah Andre yang duduknya agak jauh dariku bersama teman-teman safety-nya. Dia juga melihat kearahku, lalu memberikan senyuman sekilas.

Mungkin bisa dibilang ini adalah the best day ever di facility. Aku menang banyak soalnya.

"Keren lo ya coy" ujar Steven yang duduk disebelahku.

"Yoi, kan bareng-bareng ngerjainnya. Gue cuma presentasi aja, kan elo yang assessment" balasku. Dia mengangguk.

"Eh, ini apaan yak?" Steven menoleh kearahku.

"hah?"

"itu cupang coy?" bisik Steven tidak percaya "siapa yang nyupangin elo?" lanjutnya.

Badanku serasa mau meledak karena terlalu shock. Ternyata Steven melihatnya, Ya tuhan, aku mau jawab apa? kenapa ini bekas masih belum hilang. i am totally busted. Panikku, aku tak menyangka sama sekali dia memperhatikan.

Ini cupang kapan hilangnya ya, haduh.

"Mana?" aku pura-pura kaget dan menyentuh leherku, mencari-carinya.

"itu dileher lo, merah-merah" bisiknya.

"Ah, digigit nyamuk kali" elakku "lo kan tau sendiri, dibelakang kos gue ada kebun"

Dia mengangkat bahu, "main rahasia-rahasia lu ye coy" sambil terus menyuapi batagornya.

"Zikra.." sebuah suara memanggil namaku, otomatis aku menoleh.

Annisa, dengan senyum manis dibibirnya dan sesuatu di tangannya datang ketempat kami. Beraninya dia masuk ke kandang harimau.

Engineer HomoWhere stories live. Discover now