Chapter 21 : Homo dude and Prince Charming doing what couple do

6.6K 379 20
                                    

Malam ini aku sedang berada di kamar Andre, yang terletak di lantai dua rumahnya. Kamarnya bertema gelap, cat dinding dan kasurnya bewarna tricorn black, dengan beberapa frame bewarna putih sebagai penyeimbang. Kata-kata yang cocok untuk menggambarkan kamar Andre adalah, elegan, manly namun tidak suram.

Televisi LED 43 inci yang digantung didinding berseberangan dengan kasur sedang menampilkan acara membosankan seperti biasa. Kupindah-pindah saluran dengan malas hingga salah satu saluran menampilkan film Disney favoritku, The lion king.

Andre datang, dia memakai kaos dan celana pendek biasa yang masih saja membuatnya tampan, apapun yang dipakainya selalu cocok dan bagus. Dia datang membawa dua gelas berkaki ditangannya yang berisi minuman bewarna yang bisa kutebak itu merupakan minuman beralkohol. Walaupun terkesan kuno, aku masih belum memiliki alasan untuk mengonsumsinya dan mungkin tidak akan pernah punya.

"Gue gak minum ndre, not today" tolakku, ketika dia menyerahkan gelasnya kepadaku.

"Ayolah, sedikit saja" dia sedikit memohon.

"Nggak" Aku tidak mau Andre menjadi pengaruh buruk buatku dan Aku sudah 23 tahun, sudah bisa menentukan mana yang baik dan yang tidak untuk diriku sendiri.

"Zikraaaaa" Dia memanggilku seperti orang idiot yang mencari perhatian. Gue gak bakalan tergoda, Ndre seberapa tampan-pun elo.

"Duh Ndre sorry ya gue gak bisa kayak mantan-mantan lo yang terlalu western itu" aku memandangnya, "Dan gue gak mau seperti itu, setidaknya sekarang" tambahku. Ekspresinya langsung berubah.

"ini soda aja kalik" lanjutnya sambil menyolek dadaku "gue bercanda doang Zik" aku memandang minuman yang ada ditanganku dengan ragu, lalu membauinya yang menurut indra penciumanku tidak menyengat kemudian menyesapnya, lalu terdiam dan memastikan rasanya di lidahku, Andre melihatku dengan antusias, senyum terkulum dibibirnya.

Setelah merasakan sesuatu yang tidak enak, aku terpaksa menelan minuman itu, sungguh pahit dan sangat pedas. Andre tertawa terbahak-bahak melihat ekspresiku.

"Ini apaan sih?" tanyaku heran, dia masih saja tertawa terkekeh tanpa henti. Kemudian aku merasakan tidak enak dalam mulut dan segera langsung berlari kedalam toilet.

"Sumpah gak lucu, ndre ini apa?" aku kembali dengan menggerutu setelah mencuci mulutku yang kepedasan.

"Lemon tea dan jahe" jawabnya tanpa merasa bersalah "dengan ekstra wasabi" lanjutnya yang tidak dapat menahan tawanya lagi.

"lo mau bunuh gue" lanjutku sambil melompat keatas kasur, menerjangnya, mendudukinya lalu menggelitikinya. Dia menggeliat kegelian dan teriak-teriak meminta ampun yang tidak aku perdulikan. Orangnya gelian juga ternyata.

"Minta maaf, dulu" lanjutku menyerangnya.

"Iy..a i..yaaa so.rrii hahahah" sahutnya dengan susah. Seketika kuhentikan gelitikanku karena wajahnya menjadi sangat merah.

Dia mengatur nafasnya, lalu menyandarkan badannya di dinding. Kami sama-sama menoleh terdiam selama tiga detik, kemudian tertawa lepas, menertawakan kebodohan yang telah kami lakukan.

"Lo konyol, ndre" lanjutku menatap televisi yang sedang menayangkan Simba di padang rumput.

"Gue gak akan maksa elo untuk melakukan sesuatu yang elo gak mau Zik" ujarnya.

"Gue juga gak maksa elo Ndre buat berhenti merokok atau minum, walaupun gue gak suka" balasku. Toleransi dan tenggang rasa dibutuhkan dalam suatu hubungan. Dia mengangguk lalu menyolek dadaku lagi.

"lo abis nyolek toket gue?" tanyaku polos "Sexual harrasment ini mah" dia tersenyum.

"Sorry yah, gue belum bisa menyesuaikan diri dengan lifestyle lo"

Engineer HomoWhere stories live. Discover now