Epilog

2.8K 114 31
                                    

Tangan Alisha masih setia merengkuh tubuh Lardo yang kini tidak bernapas. Air matapun dirasa tak sanggup menetes merasakan sedih yang teramat dalam. Suara isakan tangis seakan bersembunyi untuk menahan pedih yang kini menyerangnya kuat.

Alisha memandang wajah Lardo sendu, membelai dan mencium keningnya cukup lama. Setitik bulir bening menetes tepat di wajah Lardo.
"Sayang, aku mohon bangun. Kamu harus bangun Lardo... Hiks." Bisiknya tepat di daun telinga Lardo dan kembali memeluk erat tubuhnya.

Mereka yang sedari tadi melihat Alisha terpuruk di ruangan itu segera menghampirinya.

"Alisha kamu harus mengikhlaskan Lardo sayang. Dia telah pergi." Arvin mengusap bahu Alisha sembari menitikan air mata.

Alisha menoleh dan menatap Arvin sendu.
"Om salah. Lardo nggak pergi, dia lagi tidur om." Jawabnya lirih.

"Lish kamu yang tenang ya. Lardo udah gak ada." Mark menjelaskan.

Alisha menggelengkan kepalanya lemah.
"Kalian salah. Lardo itu kuat dan dia janji selalu lindungi aku. Nggak mungkin dia ninggalin aku. Iya kan?" Alisha tersenyum lalu menggenggam erat tangan Lardo dan menciumnya.

Mereka yang melihat Alisha demikian merasa sedih pasalnya ia belum bisa menerima kepergian Lardo.

"Maaf pak. Saya harus membawa Lardo ke ruang-"

"Nggak. Kamu nggak boleh bawa Lardo kemana pun. Dia lagi tidur." Alisha berteriak histeris sembari mendorong tubuh perawat itu.

"Lardo aku di sini. Kamu jangan khawatir ya."

"Lakukan sekarang! Mark." Arvin menyuruh perawat itu untuk menutup wajah Lardo dengan kain putih dan memberi kode kepada Mark untuk menahan Alisha.

The Cogans dan Dania Cs tak bisa berbuat apapun. Kini mereka menyesal tidak memberitahukan Alisha perihal keadaan Lardo saat itu. Mungkin jika Alisha berada di sampingnya maka Lardo akan lebih kuat dan bertahan.

Tangan perawat itu perlahan menutupi wajah Lardo namun Alisha mencegahnya.

"Kamu nggak boleh nutup wajahnya. Nanti dia nggak bisa napas." Kini tatapan Alisha tajam.

Mark memeluk tubuh Alisha dari belakang untuk menahannya melakukan sesuatu pada perawat itu.

"Pergi kalian semua. Pergi... Jangan ganggu Lardo tidur. Mark lepasin aku. Lepasin." Alisha terus meronta namun tangan Mark begitu kuat bagi dirinya hingga tak dapat melepaskan diri.

"Aku bilang jangan sentuh Lardo. Pergi... Hiks. Lardo maafin aku."

"Alisha kamu tenang ya. Lardo udah pergi Lish."

"Nggak, aku bilang Lardo cuma tidur Mark bukan pergi. Hiks..."

Bukan hanya Alisha yang begitu merasa kehilangan sehingga tak mampu merelakan kepergian Lardo tapi semua yang ada di ruangan ini pun merasakan hal sama terutama Arvin begitu pun Mark meskipun dia merupakan rival bagi Lardo.

Alisha menangis di pelukan Mark. Tangisnya pecah karena dia kini kembali sadar bahwa Lardo telah pergi.
"Mark aku nggak mau kehilangan dia. Cukup sekali aku kehilangan Axel. Aku sayang Lardo. Hiks..."

"Aku mohon lepasin aku Mark. Aku cuma mau bisikin Lardo sebentar untuk yang terakhir kalinya." Pintanya lirih.

Alisha membuka kembali kain putih yang menutupi wajah Lardo.
"Sayang. Kamu beneran mau tinggalin aku? Kamu lupa pernah bilang apa sama aku? Kamu itu Radmi dan aku Qory. Aku udah ingat semuanya Do. Aku mohon kembalilah ke kita. Aku tahu kamu sosok lelaki yang kuat. Tapi..."

"Kalau kamu beneran pergi selamanya. Aku belum sanggup Do, dan nggak akan pernah sanggup. Tapi aku nggak mau jadi beban dalam kepergian kamu. Hiks..."

Trust MeWhere stories live. Discover now