30 - Quality Time

2.1K 86 1
                                    

Kini aku merasakan sejenak perasaan kalbu yang damai tanpa beban karena kau hadir di sini untuk mengukir senyuman di bibirku.

Author Pov

Pekan ini Lardo dan Alisha berencana mengunjungi rumah lama Alisha di Medan kediaman kakek dan nenek Alisha. Tempat yang selama ini menjadi saksi kebahagiaan dan juga tangisan seorang Alisha. Masa kanak-kanak yang sedikit pilu tanpa kehadiran kedua orangtuanya di samping Alisha. Dapat Alisha rasakan jiwanya kembali terusik dengan kisah hidupnya yang penuh dengan tangisan. Tangisan akan kerinduannya pada papi dan maminya juga saudara kembarnya. Alisha memang terlihat sosok gadis yang tegar, periang, tidak pendiam tapi di balik itu jiwanya sangah rapuh seperti lilin yang meleleh jika menyala. Tapi bukan Alisha jika tidak bisa menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya. Dia selalu punya cara untuk menghibur dirinya sendiri dan siapa sangka sifatnya demikian membuat Lardo semakin jatuh cinta setiap harinya hingga hubungan mereka berjalan mulus walaupun tampak kerikil di depan mata tapi mereka dengan mudahnya kembali bersama.

"Ini Lish rumah kakek nenek lo?" Lardo menghentikan laju mobilnya sembari melepaskan sealbealt dirinya juga Alisha.

"Iya, makasih ya lo udah mau anterin gue ke sini. Gue kangen banget sama mereka." Ucap Alisha lirih dengan menggenggam erat tangan Lardo.

Dua sudut bibir Lardo terangkat dengan sendirinya dan menular pula ke Alisha. "Iya Alisha gue juga pengen tahu kan rumah calon kakek nenek gue." Lardo terkekeh.

Alisha mencubit gemas kedua pipi Lardo. "Unch Lardo Mi Amor, pokoknya gue sayang lo." Alisha memeluk Lardo agresif.

"Waw sekarang cewek gue agresif banget ya. Tumben bat lo peluk gue begini Lish, sesak nih dada gue. Ketahuan lo gak mau pisah kan sama gue. Ahhh, luv you." Lardo mengeratkan pelukan mereka.

"Lardo lepasin sesak banget ini. Ihhh..."

"Gak mau siapa suruh bikin gue nyaman gini. Makanya jan suka peluk gue kena kan lo." Lardo tertawa renyah.

"LARDO!" Alisha berteriak tepat di telinga Lardo.

Lardo mengurai pelukan mereka sembari menutup telinganya. " Buset mulut lo kayak toa Lish. Pengang nih kuping gue."

"Bodo siapa suruh peluk guenya begitu." Alisha menjulurkan lidah.

"Sekarang gue tanya lo, siapa yang peluk gue duluan? Lo kan, dasar ya Alisha Ma Petit." Lardo tersenyum sembari mengacak rambut Alisha.

"Ihhh, berantakan rambut gue Do. Aneh lo Do. Lo yang nanya malah di jawab sendiri. Serah Do serah."

"Sini sayang aku rapihin ya rambutnya biar makin cantik."

Bukannya merapikan tatanan rambut Alisha tapi Lardo kembali mengacaknya. "LAR-"

Cup. Cup.

"Diem jangan teriak atau mau bibir lo juga gue cium." Lardo tersenyum miring lalu turun dari mobil.

"Kebiasaan lo dasar main cium kening sama pipi gue. Gue aduin lo sama papi." Alisha menggerutu dengan mimik wajah kesal tapi tetap saja tampak lucu nan imut di mata Lardo.

"Untung bukan bibir gue yang seksi ini. Awas aja tuh anak kalau berani. Gue tonjok biar mental ke Jeddah." Alisha turun dari mobil.

---

"Assalamualaikum." Alisha mengucap salam dan menekan tombol bel rumah itu.

"Kek, nenek aku Qory." Alisha kembali menekan bel itu.

Alisha memeluk mereka erat. "Kakek, nenek aku kangen kalian. Alisha kangen."

"Qory kamu tidak memberi kabar mau ke sini. Kek lihat cucu kita makin cantik saja." Widia membelai lembut rambut Alisha yang terurai.

Trust MeWhere stories live. Discover now