31 - Terpukau

1.8K 88 3
                                    

Bibir ini selalu saja tersenyum layaknya sengatan listrik jika bersamamu, menghabiskan waktu dengan tingkah konyol darimu tapi mampu membuatku terpukau karenanya.

Author Pov

Di kelas hanya ada Alisha seorang yang sedang terduduk di kursinya. Jarinya dengan lihai menekan tombol kamera untuk memotret dirinya yang tengah bergaya sesuka hati.

Cekrek. Cekrek. Cekrek.
"Ihhh gak ada yang bagus foto gue." Alisha mencebikan bibir mungilnya setelah melihat hasil gambar rupa wajahnya. "Ahhh, hapus aja deh. Males dah gue. Sepi banget nih kelas. Lardo belum dateng juga." Alisha mengedarkan pandangan keluar kelas. "Tapi selfie lagi ah, gabut sumpah gue."

Alisha kembali berpose dan kali ini dengan wajah yang sengaja di buat aneh atau lebih tepatnya foto aib.

Alisha tertawa geli melihat hasil fotonya yang terbilang unik. Rambut di kuncir konde setinggi mungkin, kacamata ukuran besar, bibir yang merah merona sembari monyong, dan satu lagi kancing atas pakaian seragamnya di copot. Sungguh ini bukanlah Alisha yang biasanya.

Alisha terus saja menatap layar ponselnya dan berpose ala dia. Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang menangkap tingkah lakunya yang konyol.

Orang itu berdeham membuat Alisha sontak kaget dan menoleh ke arahnya, Alisha hanya terdiam melongo tanpa berkedip melihat kehadirannya.

Mampus gue. Reputasi gue bisa ancur, anjirrr. Lo kenapa dateng di saat gue lagi gesrek sih.

Alisha menelan ludahnya kasar.

"Ternyata pacar gue gila ya. Fakta yang mengejutkan." Ucap Lardo santai lalu duduk di sebelah Alisha. "Hai cantik. Tuh bibir abis makan orok apa mau goda gue. Jan di sini ah Lish. Apart aja ya ntar sore. Gak sabar bat ya." Lardo kini duduk di atas meja menghadap Alisha.

Alisha mencoba memalingkan wajahnya dari Lardo.
"Satu fakta lagi tentang lo. Alisha itu kalau malu diem aja ya kek bocah naber. Pipinya merah, cie malu. Sama pacar aja malu. Payoyeh lo ah." Lardo menoyor pelan kepala Alisha.

"Waw, uhh. Lish mendingan tuh kancing jangan di buka. Menggoda iman gue aja lo. Kecolongan kan bahaya. Lagipula ada aja tingkah lo. Gabut sih gabut tapi gak gitu juga kali." Lardo terkekeh.

"Ihhh Lardo. Mesum banget jadi orang. Udah gue bilang berkali-kali juga jangan gitu sama gue Do." Alisha menampar pipi Lardo.

Alisha segera mengancingkan kembali seragamnya. Malu, itulah yang kini tengah ia rasakan. Bertindak bodoh di depan pacarnya.

Alisha lo kenapa gegabah gini coba. Malu gue, tapi untung Lardo. Kalau anak kelasan kan, aduh gak kebayang gue. Sumsum.

Tak hentinya Alisha merutuki dirinya sendiri karena tindakan konyol yang membuat Lardo terus mengusiknya.

"Woyyy! Bengong aja neng." Lardo melambaikan tangan tepat di wajah Alisha.

"Lo ngapain ke sini? Dan sejak kapan Do?" Tanya Alisha dengan tatapan menyelidik.

"Buka kek kaca mata lo. Gak like gue liat lo begitu." Lardo melepaskan kaca mata itu.

"Lardo jawab!"

"Sejak pertama kali lo selfie, gue udah berdiri di depan kelas."

"Hah? Jadi lo. Kenapa gak bilang Do, gue kan gak mungkin kayak gini. Malu tahu."

"Gak usah malu lah ngapain juga malu." Lardo mencium kening Alisha.

"Selalu lo ya cium gue sembarangan." Alisha mencubit pinggang Lardo.

"Sa, sakit Lish. Ampun, pokoknya sekarang kita selfie."

"Gak mau."

"Harus mau atau-"

"Atau apa? Mau ancam cium bibir gue lagi. Gak takut gue paling gertakan lo doang. Tahu gue pikiran lo." Alisha menjulurkan lidahnya.

"Yakin Lish. Kalau gue cium lo sekarang. Lo mau apa?"

"Gue putusin lah, ribet amat."

"Yakin mau putus sama cowok setampan gue. Gak nyesel putusin gue yang secara mirip Daniel Padilla gini." Lardo tersenyum miring sembari mendekatkan bibirnya ke bibir mungil Alisha.

"Okeee. Gue mau foto bareng lo Do."

"Nah gitu dong. Itu baru namanya Alisha Ma Petit."

"Jangan panggil aku petit. Jangan, jangan sayang." Alisha meledek Lardo dengan nada seperti anak kecil.

"Dan lo harus ikutin gue gayanya oke."

"Ih ogah. Ngapain banget coba. Foto tinggal foto Do."

Lardo menarik tangan Alisha dan menempelkannya di dada bidang miliknya.
"Lo harus tanggungjawab karena selalu bikin detak jantung gue gak beraturan kalau lagi sama lo."

"Alay lo kek domba."

"Apa hubungannya domba?"
"Apa aja boleh. Suka-suka gue lah. Kayak Mail kedombaan lo, najis. Ayo buruan katanya mau foto, ntar keburu ada anak kelasan Do."

Alisha dan Lardo berpose sangat lucu. Mereka terus mengambil gambar bersama tanpa peduli waktu dan tempat. Sekarang bagi mereka dimana pun berpijak maka dunia serasa milik berdua. Tak boleh ada yang mengganggu ataupun sekadar mengintip kebahagiaan mereka hanya saja menyaksikan betapa bahagia itu sangat sederhana yaitu di saat kalian melakukan hal konyol tapi canda tawa itu terus mengalir tanpa henti.

"Woyyy pagi-pagi udah pacaran lo." Adlan menghampiri mereka.

The Cogans ber-tos ala mereka.
"Iya dah yang abis dari Bandung. Oleh-oleh bisa kali blay. Jebol lu." Alva meletakan tasnya di laci meja.

"Auuu lo Do, Lish bisa begitu bibir lo. Anjirr gak nahan Do cewek lo. Ahhh pen gue cium aja rasanya Lish. Wah lo parah Do ngajarin anak orang dandan kek tante-tante." Celetuk Adlan dan di ikuti gelak tawa temannya.

"Enak aja lo bilang pacar kesayangan gue kek tante-tante. Tai lo. Berani cium nih!" Lardo mengepalkan tangannya tepat di hadapan Adlan.

"Sans ae bego. Ya kali, sorry gue gak level nikung blay. Emangnya gue si brengsek Mark yang main cium aja. Yah jebol lo Bi. Bibir Dania gak perawan lagi." Adlan tertawa puas.

"Bodo Lan bodo, yang penting gue selalu sayang sama Dania.  Kok masih sepi kelas. Gak biasanya. Mana lagi Dania. Kangen gue sama dia, masuk gak ya dia. Gara-gara tuh orang Dania jadi sering nangis kalau jalan sama gue." Abi terduduk di atas meja.

"Ya maklum lah. Bayangin lo jadi cewek. Iya gak Lish?" Azka.

"Iyalah Ka. Gue mau bersihin muka gue ya Do di toilet."

"Biar gue aja sini yang bersihin." Lardo dengan telaten membersihkan make up di wajah Alisha menggunakan tisu basah.

"Udah Do gue aja sini."

"Gak perlu cantikku. Jujur gue suka lo yang gak dandan, natural lebih adem liatnya."

"Bodo amat ah. Do gue mau ke toilet."

"Ngapain sih? Kan udah bersih muka lo. Ngaca apa makanya."

"Gue kebelet sayang."

"Yaudah gue anterin ya."

"Yeeeeeh." Serentak mereka menyoraki Lardo.

"Modus tai lo." Adlan menoyor kepala Lardo.

"Ih Adlan jangan! Enak aja lo bikin Lardo sakit." Alisha mengusap kepala Lardo lembut.

"Wahhh Lish tumben dah lo begitu ke Lardo."

"Alva itu taktik gue biar nih anak izinin gue ke toilet." Alisha terkekeh.

"Yah kirain beneran Lish. Ah suka gitu kamu mah, malu malu tai kucing."

"Tahu lo Do. Kasian cewek lo kebelet." Tukas Abi.

"Sayang si sayang Do. Ya kali pacar mau ke toilet di anterin. Emangnya udah nikah apa. Yang ada lo bisa khilaf ntar." Azka terkekeh geli.

"Ya gue mah bisa nahan bro. Gak kayak Adlan si jebol bray."

Alisha berlari kecil keluar kelas karena sudah tidak tahan dengan panggilan alam. Lardo tersenyum melihat Alisha seperti itu layaknya anak kecil.

Trust MeWhere stories live. Discover now