"Kamu..."

"Kamu kenapa Mark?"

"Kamu udah beneran maafin aku kan karena kejadian waktu itu?"

"Iya Mark. Aku marah kalau kamu bahas itu."

"Iya iya. Jangan marah dong. Nanti cantik, imut, manisnya wajah kamu hilang seketika." Mark merayu.

Alisha tersenyum tipis meskipun hatinya tak merasakan getaran sedikitpun dengan Mark karena terasa begitu hambar.
"Ya kali. Paket komplit ya aku." Alisha terkekeh geli.

"Mark!" Alisha menatap Mark lekat membuatnya sedikit risih karena detak jantungnya tak terkendali hanya dengan tatapan maut seorang Alisha.

"Iya Alisha." Jawab Mark dengan mimik wajah tampak gugup.

"Makasih ya buat semua ini. Kamu udah jadi teman baik aku sekarang. Selalu ada buat aku, setia menghibur, dan pastinya all the best for you. I love you!" Alisha menggenggam tangan Mark membuat suara degub jantungnya semakin bergerak tak seirama dengan hatinya yang teramat bahagia mendengar pernyataan i love you dari Alisha.

"Maksud kamu?"

"Maafin aku juga ya. Bukan bermaksud PHP. Cuma aku bukan tipikal orang yang mudah jatuh cinta. Semua butuh proses, aku sekarang ini lebih nyaman dengan kita yang begini." Alisha menatap wajah Mark sendu.

"Iya Lish. Santai aja." Mark menghindar dari tatapan Alisha.

"Kalau takdir berpihak pada kita pasti pintu untuk bersama terbuka lebar kan? Kamu perlu bersabar menunggu waktu itu tiba. Tapi jika hati ini tak pernah tersentuh maka jangan salahkan aku terlebih takdir." Matanya terpejam sejenak.

"Karena sejatinya cinta tumbuh berdasarkan getaran dalam jiwa ketika kita memandang seseorang, merindukan senyum juga tingkah lakunya, selalu ingin bersama, dan takut kehilangan Mark."

Mark hanya bungkam mendengar pernyataan Alisha. Hatinya terasa begiti sempit untuk bernapas.

"Bukan melulu soal perasaan jatuh cinta tapi juga mempersiapkan hati jikalau ujian cinta itu hadir menjelma menjadi luka. Jadi intinya jalani saja segala proses hingga akhirnya sampai pada titik dimana hati ini dengan mudahnya menempatkan dia dalam hati, menguncinya rapat dan jangan biarkan dia pergi meskipun dia telah menyakiti kita." Alisha menggigit bibir bawahnya sendiri menahan perih dalam dada.

"Karena menurut aku cinta itu bukan hanya rasa bahagia belaka tapi juga kesedihan yang kerap kali membuat kita tegar dalam menghadapi sikapnya." Tanpa Alisha sadari ucapannya pada Mark itu gambaran hatinya saat ini. Ketika bibir berkata benci tapi hati kerap kali mencintainya tulus. Dan juga logika kian memprotes tapi hati tetap tegar berusaha bertahan.

Mata Alisha terasa perih.
"Jadi kamu hanya perlu menunggu takdir Mark." Alisha mencoba tersenyum agar air matanya tak lolos begitu saja.

Mark terpaku mendengar penuturan Alisha tentang cinta. Dan ia tahu betul kalimat itu diperuntukan untuk Lardo. Kini Mark semakin yakin bahwa Alisha tak akan sedikit pun membuka celah baginya masuk dalam kehidupan gadis itu.

"Kamu benar Lish. Sekarang yang penting kita jalani aja apa adanya. Makasih telah mengajarkan aku untuk percaya dan memahami takdir. Must be positive thinking of destiny in my life. Always smile and be patient wait the moment make me feel thinking out loud with this love for you. Aku juga gak akan pernah memaksa kamu kok Alisha." Mark tersenyum penuh arti sembari mempererat genggaman tangan Alisha.

Di tempat lain pada waktu yang bersamaan.

"Lardo aku cocok gak sama baju ini?" Tanya Carissa semangat.

"Cocok." Jawabnya singkat.

"Emh kalau ini bagus gak?" Carissa kembali bertanya tapi Lardo malah sibuk dengan ponselnya melihat potret kebersamaannya dengan Alisha.

"Do kamu dengar gak sih?" Carissa tampak kesal.

"Iya bagus. Bawel banget sih lo. Beli baju tinggal beli gak usah tanya gue." Tegas Lardo

Carissa tampak sedih.
"Ya aku kan cuma nanya aja. Emang salah ya?"

"Pake nanya lagi. Yaiyalah. Masih untung gue temenin lo." Lardo kembali menggeser foto dirinya dan Alisha selanjutnya.

"Loh kok jadi marah sih. Tadi katanya mau anterin aku. Pake panggil sayang segala lagi. Labil tahu gak." Saking emosimya Carissa hingga menangis.

Lardo hanya bergeming sembari tersenyum lebar memperhatikan wajah Alisha yang menggemaskan ketika mereka selfie di ruang kelas yang sepi kala itu.

"Yaudah aku gak nanya lagi. Sibuk terus sama ponselnya." Carissa memberengut kesal.

"Udah ngomongnya." Lardo menaikan alisnya sebelah.

"Ih jahat dasar. Aku ini tunangan kamu Lardo bukan cuma pacar. Kamu ingat gak sih"
"Sayangnya engga tuh." Jawab Lardo santai.

Mata Carissa membelalak sempurna. "Kamu keterlaluan ya Do. Aku bakalan bilang ke papa kamu."

Lardo beranjak dari kursi dan berjalan menghampiri Carissa. Mendekatkan jarak mereka hingga Carissa bisa merasakan deruan napas khas seorang Lardo.
"Udah ngomongnya. Lo sadar gak sih setiap lo ancam gue itu buat gue tambah ilfeel sama lo." Lardo menyeringai.

"Cuma karena baju ini?" Lardo mengambil paksa dress itu dan menjatuhkannya begitu saja ke lantai.

"Gue muak sama lo Carissa Anastasya. Gue gak suka lo selalu ancam gue bilang ke bokap buat nurutin kemauan lo." Bentak Lardo membuat Carissa bergidik ngeri karena ketakutan.

"Lo pikir lo siapa hah?" Lardo terkekeh.

"Kita tunangan terpaksa. Catet baik-baik dalam memori lo sekarang ya." Lardo tersenyum miring sembari membelai rambut Carissa dengan tatapan kesal.

Carissa tak dapat lagi menahan sesak dalam dadanya perihal perkataan Lardo yang menohok hingga ke dasar hatinya.
"Lardo aku minta ma-"

"Gue gak butuh maaf lo. Sekarang lo diem aja dan jangan pernah lapor ke papa atau gue bakal bersikap kasar kayak gini sama lo." Kini Lardo berbalik mengancam. Dirinya merasa hilang kendali hingga membentak Carissa, untung saja Butik tersebut sedang tak berpenghuni. Jikalau ada orang pun Lardo tak akan mengurungkan niatnya bersikap dingin ke Carissa.

Tangis Carissa pecah. Tapi Lardo tak peduli. "Gak guna tahu gak air mata lo. Asal lo tahu. Setiap kali lo deketin gue itu rasanya HAMBAR. Maaf Carissa tapi gue mending jujur daripada buat lo sedih terus karena sampai kapan pun cuma Alisha yang gue mau."

"Apa sih yang kamu lihat dari dia Do. Jelas-jelas dia putusin kamu, sekarang sama Mark. Dan asal kamu tahu ya. Kita udah tunangan dan kamu milik aku bukan Alisha lagi. Sekarang aku tanya sama aku. Apa sih istimewanya dia, aku juga cantik. Alisha itu gak ada apa-apanya dibanding aku Do. Aku rasa emang akal-akalan dia aja marah ke kamu padahal udah tahu kalau Axel kembaran kamu biar bisa sama Mark. Dia itu rakus tahu gak. Dia sama Axel aja sana kalau nggak sama Mark Apuila. Dan kamu sama aku. Lagipula aku bisa kasih kamu apa aja termasuk uang."

"Cukup!"

Carissa menutup mulut rapat melihat Lardo tampak murka.

"Jangan lanjutin lagi atau gue bakal pergi jauh sampai lo gak bisa lagi lihat gue. Dan jangan pernah sekalipun lo bilang Alisha yang faktanya lo gak tahu apa-apa. Pulang sendiri gue mau pergi dari lo. Muak gue dengan keadaan gue sekarang. Gue sayang dan cinta sama Alisha. Males debat sama cewek kayak lo. Gak penting." Lardo berlalu begitu saja meninggalkan Carissa di Butik.

"Lardo kamu tega sama aku. Dari dulu aku suka sama kamu bahkan cinta Do tapi kamu gak pernah ngelirik aku. Apa aku salah mau dapat reapon dari kamu. Kita udah tunangan Do. Hiks..." Carissa menangis tergugu merasakan patah hati untuk yang keberkian lagi.

Author balik lagi...
Voment ya... Ahhhhh dikit lagi End...So sad...

TBC

Trust MeWhere stories live. Discover now