28.Semua Sudah Tersurat

816 25 0
                                    


                   Suara motor berhenti di depan rumah, bunda sudah menduga itu adalah Johan. Anak itu pulang lebih awal lagi hari ini, sebenarnya bunda khawatir dengan sikap anak itu seminggu ini. Johan jadi lebih pendiam, bahkan lebih sering mengurung diri di kamar. Johan hanya keluar pada waktu makan saja. Pernah sekali bunda dan Noval masuk kekamar Johan, tapi anak itu sedang tidur. Entahlah, Noval tau kalau Johan hanya pura-pura tidur. Dia seperti menghindari semua orang di rumah terutama Airin. Bunda hanya takut sesuatu teradi seperti enam tahun lalu. Namun kali ini berbeda, samar-samar terdengar suara Johan tertawa dari luar. Bunda langsung menyimpan majalah yang sedang di bacanya. Dan beranjak dari duduk segera menghampiri sumber suara.

" Kalian sudah pulang?" bunda tersenyum didepan pintu melihat Airin dan Johan tertawa bersama. Sadar dengan adanya Bunda yang sudah didepan pintu Airin langsung menghampiri bunda dan memeluknya.

" Bunda tidak kerja hari ini" Airin melepaskan pelukannya.

" hari ini entah kenapa bunda kangen kalian" bunda tersenyum kearah Johan. Johan menghampiri mereka berdua mencium tangan bunda dengan lembut. Johan rindu dengan bunda yang selalu memanjakannya.

" kamu baik-baik saja nak?" bunda menangkup kedua pipi Johan dan menatapnya lekat, mencari tau apa yang sebenarnya terjadi selama seminggu ini. Johan memeluk bunda membagi semua beban yang ditanggungnya selama ini.

" Bunda " Johan masih memeluk bunda dengan erat. Suaranya terdengar parau, membuat bunda dan Airin khawatir.

" Hmmm apa sayang?" bunda membelai lembut rambut hitam Johan. Airin memegang ujung tasnya, gadis itu mulai khawatir karena dari tadi siang saat Johan menghampirinya Johan terlihat baik-baik saja. Tapi sekarang saat didepan Bunda, ia terlihat rapuh dan begitu mengkhwatirkan.

" Aku lapar" ucap Johan singkat. Dan itu berhasil membuat Bunda dan Airin membelalakan matanya. Bunda melepaskan pelukan Johan menatapnya dan tertawa. Sedangkan Airin mengepalkan tangannya bersiap meninju Johan saat itu juga. Sadar dengan apa yang akan dilakukan Airin Johan segera masuk kedalam rumah.

" Heiii tunggu kau, awas ya orang khawatir juga!" Airin menghentidakan kakinya bersiap menyusul Johan masuk kedalam rumah. Sedangkan bunda tertawa dan geleng-geleng kepala. Akhirnya Johan kembali lagi seperti biasa, rumah tidak lagi sepi jika mereka kembali ribut seperti ini.

.......................

***

" Lo lulus Ndo?" tanya Johan dengan wajah dasar tanpa dosanya itu.

" gila lo ya lulus lah gue, noh tanya si Alvin lulus ngga dia. Secara kan semua tugasnya tergantung sama lo" Alvin melayangkan tatapan tajamnya setelah mendengar perkataan Nando.

" Enak aja, lo juga sama kali" ujar Alvin dengan menendang bokong Nando .

Mereka bertiga tertawa di depan mading di dekat Perpusatakaan, semua siswa kelas tiga begitu ramai di koridor. Rautnya tampak ceria, diselingi dengan suara tawa yang menggema memenuhi seluruh koridor. Semuanya larut dalam kebahagiaan karena seluruh siswa kelas tiga telah dinyatakan lulus seratus persen.

" Haiiii " Raniya dan Airin datang ikut bergabung bersama mereka bertiga.

" Udah selesai kan lo pada? Cabut yu" ucap Nando yang sudah tidak sabar untuk makan-makan di cafe Bunda.

" Jadi nih sekarang ?" tanya Airin.

" Ya jadilah, kan Bunda udah janji mau ngasih makanan gratis hehe" Johan mencubit pipi Airin, membuat gadis itu mendelik.

Am I Wrong (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang