22. Kupu-kupu

919 27 0
                                    

Biasanya matahari sedang berada di atas kepala, udara sedang panas-panasnya dan polusi sedang parah-parahnya. Namun berbeda hari ini langit mendung , hanya gumpalan awan yang menghitam sedang bersiap menurunkan hujan. Udara juga sedikit sejuk kala angin sepoi-sepoi menyeruak membuat daun-daun kering terbang. Menambah kesan ramai siswa kelas tiga yang bersorak sorai karena Ujian Nasional telah selesai. Ya, ini hari terahir mereka UN dan mereka nampak dalam keadaan baik setelah empat hari berjuang menjadi pahlawan untuk dirinya sendiri. Mengalahkan beberapa puluh lawan yang berbentuk soal-soal mematikan.

Hujan turun membasahi kota jakarta membuat siswa yang selesai Ujian berlari ketengah lapang melepaskan semua beban yang di tanggungnya empat hari ini, membiarkan hujan kembali menyejukan kepala mereka yang seakan pecah karena soal-soal sialan itu. semua orang berjingkrak riya, menikmati setiap tetesan yang jatuh membasahi tubuh mereka. Begitu juga dengan Alvin,Johan,Nando,Airin,dan Raniya mereka berlima sekarang sangat dekat bahkan saat beberapa hari sebelum ujian mereka telah beberapa kali belajar bersama. Dan sampai beres pun mereka berbahagia bersama, bepegangan tangan menikmati setiap tetes hujan yang memberikan ketenangan te rutama buat Alvin. Alvin yang selalu bisa melempiaskan kesedihannya dibalik hujan.

***

Kelap-kelip lampu menghiasi malam yang sunyi ini, menambas kesan indah yang bersemayam pada hati mereka berdua. Alvin menebus kesalahannya kepada Airin waktu itu. alvin mengajak Airin jalan-jalan di Taman Kota, menikmati indahnya malam meski tanpa kelap-kelip bintang.

" Kau mau tetap disini?" ucap Alvin pelan, matanya menatap langit yang gelap tanpa bintang.

Airin mengangguk mengiyakan pertanyaan Alvin, karena banginya malam ini seperti mimpi. Mimpi yang berhasil membuat hatinya terbang karena bersama dengan orang yang Airin cintai. Ini memang bukan kali pertama Alvin dan Airin bersama, tapi yang terjadi sebelumnya kalau bukan pertengkaran, rasa canggung. Dan sekarang semuanya terasa berbeda, Alvin begitu tenang duduk di samping Airin. sama halnya dengan Airin, gadis itu mulai bisa mengendalikan hatinya yang selalu berpacu lebih cepat jika bersama Alvin.

" Apa yang kau lihat disana?" Airin menunjuk langit, berusaha mencari sebuah titik terang dalam kegelapan. " Bintang tidak muncul malam ini" ujar Airin lagi.

" Iyalah langit gelap orang bintangnya bersinar di sini " Airin seketika menoleh setelah mendengar apa yang diucapkan Alvin barusan. Gadis itu memegang dadanya merasakan dentuman jantungnya yang mungkin terdengar keluar. Airin tidak boleh goyah, ia harus bisa menahan perasaannya sekarang karena gadis itu tidak mau malu untuk kedua kalinya. Melihat Airin menepul-nepuk dadanya, Alvin terperanjat lalu menahan tangan Airin dan mengenggamnya dengan lembut. Perlakuaanya benar-benar lembut membuat Airin semakin tidak bisa menahan dentuman detak jantunya.

" Kau sakit?" tanya Alvin khawatir. Airin hanya menggeleng rautnya datar, gadis itu sedang berusaha menyeimbangkan detak jantungnya. " Jangan bohong Rin?" kini Alvin menatap Airin sendu berharap gadis itu bisa jujur tentang apa yang dirasakannya sekarang.

" Memangnya aku kenapa?" bukannya jawaban yang Airin berikan, Airin malah balik bertanya. Gadis itu juga heran ada apa dengan Alvin, kenapa tatapannya berubah menjadi sendu.

" Jangan terus berbohong Rin, kamu ada masalahkan dengan jantung kamu" Alvin mentapnya dalam, meraih tangan Airin yang satunya lagi, Alvin memegang tangan Airin erat.

Airin mengerjapkan matanya beberapa kali, ia benar-benar tidak tau harus apa sekarang. Kenapa Alvin mengetahui keadaan jantungnya yang bermasalah. Ah jelas, jantung Airin selalu berpacu lebih cepat jika bersama Alvin, bahkan sekarang jantungnya seakan sedang konser terus berdetum tanpa henti. Apa dentumannya terdengar keluar hingga Alvin mengetahui keadaan Airin.

Am I Wrong (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang