17. Masa Lalu

982 38 0
                                    


" Cepat dorong yang kuat" anak perempuan itu tertawa tanpa bisa menyembunyikan raut bahagianya. Matanya berbinar menatap langit yang membentang biru.

" Hati-hati ini sudah kencang, " anak laki-laki mendorong ayunannya dengan kuat.

" Sedikit lagi, aku seperti terbang"anak perempuan itu melepaskeun pegangannya lalu merentangkan tangnnya antuias.

" Pegangan nanti kamu jatuh"

...............

Airin menyeka Air matanya, melihat lukisan yang terpampang nyata dihadapannya. Lukisan dua ayunan disebuah tempat bermain. Airin tersenyum tipis, disela air matanyanya yang menyerbu keluar membasahi pipi cabinya. Lantas matanya tertuju kepada seseorang yang sedang tertidur pulas di sampingnya.

" Bahkan sampai sekarang, kamu masih saja melindungiku, membiarkan orang lain yang mencintaimu dan menghabiskan waktu denganku" Airin menyeka air matanya dan menarik lembut tangan Johan, menggenggamnya menyalurkan kerinduannya, dan kekhawatirannya karena telah meninggalkannya daritadi.

Setelah pulang dari rumah sakit, Airin menemukan Johan tertidur di ruang atas. Rautnya tampak lesu, dengan kuas yang masih digenggam kuat tangannya. Sebenarnya Airin berniat untuk membahas Shera saat pulang, dan bertemu dengan Johan. Namun niatnya ter urungkan, saat melihat keadaan Johan yang seperti ini. Nampaknya ada sesuatu yang Johan sembunyikan, hingga Johan melukis sesuatu yang terjadi dimasalalu. Dengan hati-hati Airin mengambil kuas dari genggaman tangan Johan, berharap supaya laki-laki itu tidak terbangun karena ulahnya.

" Kamu kapan pulang?" Johan mengerjapkan matanya,mengumpulkan kembali kesadarannya yang tenggelam karena mimpinnya.

" Ah aku membuatmu bangun, maaf" Airin membantu membenarkan cara duduk Johan.

" Hmmm engga, kamu nangis ya?" Johan mengerutkan dahinya, membenarkan apa yang dilihatnya. Dengan segera Airin menghapus sisa jejak Airmata di pipinya. " Kamu kenapa? Ada masalah?" tatapan Johan mulai terlihat khawatir dengan sikap Airin.

" Lukisan itu" Airin menunjuk lukisan ayunan itu. Johan hanya tersenyum mengerti, apa maksud Airin. Johan adalah orang yang selalu mengerti tanpa diberi tahu, memahami tanpa dipinta, melindungi tanpa menunggu bahaya, menemani kala sepi, datang melanda Airin.

" Itu ayunan yang di taman bermain sana" Johan menunjuk ke luar, tempat dimana taman bermain itu berada.

" Bohong, kamu merindukan om dan tante kan" Airin tau johan selalu pintar menyembunyikan sesuatu. Tapi Airin juga tahu, apa yang Johan sembunyikan kali ini, gadis itu tau kalau Johan melukis hal berbau masa lalu, itu berarti ada hal yang Johan rindukan.

Johan mengangguk lemah, menatap nanar lukisan yang dibuatnya. Sementara Airin hanya tersenyum lemah. " Aku mengerti, itu tidakan mudah. Tapi aku yakin om dan tante baik-baik saja di atas sana, bersama ayah" mata Airin mulai berkaca-kaca kembali. Sebenarnya, Airin juga sangat merindukan sang Ayah, namun rindu itu tersimpan rapi ,karena takut melukai hati bunda dan Noval. Johan yang menyadari perubahan ekspresi Airin segera menepuk bahunya lembut.

" Sudah jangan dipikirkan, ini hal yang biasakan. Mending kamu nyiapin Air panas biar nanti bunda pulang tinggal masak" Johan tersenyum, rautnya berubah menjadi lebih tenang, ya karena laki-laki itu tidak mau melihat Airin sedih, karena ulahnya. Airin memutar bola matanya, saat sikap manis mereka keluar pasti, berakhir dengan keributan, atau hal yang tidak terduga yang dibuat Johan ataupun Airin.

Airin menghentidakan kakinya, berjalan malas meninggalkan Johan. "bukan hanya mereka yang kurindukan, ada seseorang yang lebih kurindukan" batin Johan bermonolog bersamaan dengan matanya yang menatap langkah Airin yang tenggelam di rentetan tangga.

Am I Wrong (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now