2. Cinta Sendirian

1.6K 70 6
                                    

Aku berlari sekuat-kuatnya , meski sebenarnya aku sudah tidak mampu berdiri, bukan hanya hati ini yang sakit, tapi seluruh tubuhku juga sakit mendengar semua ucapan Alvin, aku berhenti ditengah persimpangan koridor sekolah, kutatap pintu UKS nampaknya aku tidak akan tenang disana, disana pasti ada Guru kesehatan, atau PMR dan siapalah itu, dan itu tidak akan membuatku menjadi lebih baik. Aku mengurungkan niatku untuk pergi ke UKS, aku berbelok kearah gudang, air mata ini masih saja mngenak sunai di pipiku, aku berjalan gontai menaiki tangga. Aku berpapasan dengan Mang Edi,tukang kebun sekolah yang sangat akrab dengan ku. Sejak awal aku pindah kesekolah ini, Mang Edilah orang pertama yang membantu ku, mencari ruangan Kepala Sekolah sekaligus menunjukan dimana kelasku, Mang Edi juga selalu membantuku membawakan air bersih jika aku piket kelas, membantu menyiram bunga-bunga, yang aku tanam di rumah hijau. Melihat keadaanku seperti ini Mang Edi kaget dia menarik lenganku dan menahan langkahku.

" Neng cantik kenapa menangis to, ada apa? Ada masalah?" Mang Edi bertanya dan menatapku Khawatir.

" Ah tidak mang, Aku tidak apa-apa," jawab ku aku berusaha tertawa , meski aku tau Mang Edi menyadari bahwa tertawa ku sangat dibuat-buat.

" Et jangan bohong Neng Cantik, jelas-jelas Neng itu nangis loh" Mang Edi bertanya penasaran.

" ohh, ini Mang aku nangis itu udah latihan Drama, yah latihan Drama. Aku kebagian part yang harus nangis jadi aku nangis dehh. Udah yah mang aku ada urusan" ucapku mencari alasan supaya dia tidak curiga.

"oh begitu yasudah kalo begitu Neng"

Aku meninggalkan Mang Edi, melanjutkan langkahku, aku tau Mang Edi masih diam di tempatya menatap ku tak percaya. Tapi aku tidak peduli dengan semua itu, hatikku terlalu sakit untuk memikirkan orang-orang yang ingin tau tentang urusan ku. Dan sekarang aku sampai di rooftop sekolah, aku segera membuka pintu itu dengan kasar, berlari dan berdiri ditengah rooftop. Air mataku terus berontak membasahi pipiku dan sekarang bukan mengalir lagi tapi tumpah air mataku benar-benar tumpah aku menangis sejadi-jadinya kakiku tidak dapat lagi menopang lemahnya tubuh ku. Aku tersungkur itu membuat lututku lecet dan berdarah namun aku tidak peduli. hati ku lebih sakit daripada lututku yang lecet. pikiran ku mencoba memutar ulang kejadian beberapa waktu lalu, dimana setiap tindakan yang dilakukan Alvin kepadaku, setiap kata yang diucapkan alvin kepadaku.

"aissshhhhhh kenapa harus begini" aku membentak diriku kesal

Aku lebih suka jika aku terus mengaguminya tanpa diketahuinya biarlah aku menjadi penggemar nya yang berwujud dan tanpa nama, aku lebih nyaman seperti itu. Aku lebih senang jika tersenyum dibelakangnya, melihat setiap ulahnya, mencerna semua kata-katanya,saat dia mengejek orang lain. Aku lebih nyaman jika merindukannya hanya dengan mentapa fotony,a dan menyisipkannya dalam doaku, aku lebih nyaman seperti itu. Dari pada aku harus tau bahwa kenyataan, dia tidak pernah mencintaiku, jangankan mencintaiku bahkan menyukaiku pun tidak, dia membenciku, dia selalu membenciku. Dia menggangguku bukan karena aku gadis aneh yang lucu jika di ganggu ,tapi dia memang benar tidak menyukaiku, dia membenciku, oh tuhan kenapa aku tidak menyadari semua ini. Jadi ini rasanya jika cinta dalam diam itu tidak berbalas?. Rasanya dadaku sesak tak tahan membayangkan setiap ulasan kenangan yang terlintas dipikiranku. Aku menunduk meremas rokku menangis sejadi-jadinya. Kurasakan ada tetesan air membasahi ubun-ubunku, dan mulai menetes memasahi bajuku, hujan. Baiklah aku menangis bersama langit, mungkin langit merasakan sakit yang sama denganku sekarang. Aku menangis diiringi hujan, mungkin biar aku tidak terlalu sendiri untuk merasakan sakit hati ini. Bumi mengerti aku untuk sekarang.




untuk yang ini chapnya pendek yaaa...

jangan lupa vote n coment :D

Am I Wrong (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang