20. Malam Minggu

788 24 0
                                    


Mobil melaju kencang membelah jalanan yang lumayan sepi, melawan hujan yang mengguyur tanpa henti, bukan lagi emosi kini rasa Khawatir timbul di benak Johan. Sesekali Johan menyipitkan matanya berusaha mencari sosok yang dikhawatirkannya.

" lu balik lagi"

"tunggu Al bukannya Airin jalan sama lo?"

" Ah iya, gue udah batalin dan kirim sms tadi" ucap Alvin mengacungkan ponselnya. Johan kembali lagi kedalam mobil.

Johan mengutuk dirinya sendiri setelah Noval bilang Airin belum kembali kerumah, jadi sebenarnya kemana gadis itu. Bukannya Alvin sudah membatalkan acara jalan mereka malam ini. Airin berangkat dari rumah jam setengah 7 dan sekarang sudah jam setengah delapan. Johan terus memacu cepat laju mobilnya mengeratkan pegangan kepada setir kemudinya. Dan mobil johan berhenti saat melihat seseorang duduk diam di ayunan di bawah hujan.

" Dasar gadis bodoh" gumam Johan mengepalkan tangannya emosi.

***

" Gue gak terima penolakan, nanti malem gue jemput di depan komplek"

Airin tersenyum miris saat mengingat perkataan Alvin tadi sore. Matanya menatap lekat sepatu putih yang sekarang sudah basar karena hujan. Bukan hanya sepatu putihnya, semua yang dikenakannya bahkan tubuhnya juga basah karena berdiam diri di bawah hujan. Ini sudah satu jam saat Airin memutuskan untuk menunggu, namun Alvin tidak kunjung datang. Sampai setengah jam yang lalu hujan datang berusaha menyadarkannya bahwa laki-laki itu tidak akan datang. Namun tekadnya kuat, Airin tetap menunggu meski badannya sedikit mengigil karena kedinginan.

" Aku yakin kamu pasti datang, hanya sedikit terlambat saja" ucap Airin senyumnya tipis namun tetap terlihat manis. Sesekali kakinya menekan mendorong kebelakang membiarkan ayunan itu mengayun dengan sendirinya. Tanpa peduli hujan sudah membanjiri dirinya.
Airin melihat keatas saat sebuah payung melindunginya dari hujan.

" Benarkan dugaan ku, kamu pasti datang" ucap Airin antusias, gadis itu tersenyum senang dan berbalik kebelakang. Namun senyumnya seketika hilang saat tau bahwa yang di depannya sekarang bukan laki-laki yang dicintainya, bukan seseorang yang dia tunggu dari tadi . bukan seseorang yang diyakininya akan datang.

" Kenapa? Aku bukan Alvin yah, " Johan menatap Airin tajam. Namun jauh di lubuk hatinya Johan sangat khawatir sekarang. " Dasar gadis bodoh, ngapain kamu hujan-hujanan seperti ini" Nada suara Johan dingin, matanya masih tajam. Johan menarik tangan Airin membawa Airin menuju mobil. Namun baru beberapa langkah Airin mengepaskan tangan Johan membuatnya menatap gadis itu tidak percaya.

" Ngapain kamu kesini" ucap Airin tidak kalah dingin, bibirnya bergetar menahan dingin. Kata-kata Airin barusan menusuk telinga Johan tembus hingga kedasar hatinya. Hingga Johan melepaskan payungnnya membiarkan payung itu terbang dan jatuh ketanah, menjadi saksi kesakitan hatinya sekarang. Airin menatap Johan lekat setelah payung itu lepas dan hujan kini menyentuhnya lagi, bukan hanya Airin, Johan juga terkena hujan. Hujan membasahi mereka berdua, membiarkan mereka berkelut dengan perasaan masing-masing. Hingga Airin melanjutkan kata-katanya kembali " Aku menunggu Alvin bukan kamu!".

Daarrr. bagai petir yang menyambar dan membakar perasaan Johan sampai hangus. Johan mengepalkan kedua tangannya, kenapa gadis ini bodoh sekali Johan berani bolak-balik mencari tempat bermain dengan perasaan kalut dan khawatir hanya karena memikirkannya. Tidak peduli bahwa kakinya masih merasa nyilu, tidak peduli bahwa dirinya sudah makan atau belum. Bahkan Johan menyakiti gadis lain hanya karena perempuan di depannya. Tapi apa katanya, dia menunggu Alvin bukan Johan. Emosi Johan memuncak, ia menarik kasar tangan Airin membuat Airin meringis kesakitan.

" Ayo pulang"

" Lepasin Jo!" bentak Airin, Airin memegang tangannya yang kini memerah. " Aku gak mau pulang, Alvin akan kecewa kalo aku pulang sebelum dia datang" ucap Airin pelan. Johan mulai geram dengan gadis di depannya. Johan menarik bahun Airin dan menyeratnya kemobil, ia tidak peduli bahwa gadis itu sekarang meronta-ronta meminta di lepaskan. Johan membantunya masuk ke dalam mobil dan membanting pintu mobil hingga gadis itu diam membisu. Johan kini masuk dan berada di tempat kemudi.

" Apa kamu sebegitu jauh mencintainya hingga kamu rela hujan-hujannan hanya karena menunggunya!" bukan hanya membentak, kini Johan juga berteriak. Emosinya sudah tidak tertahan sekarang. Johan menundukan kepalanya menyembunykannya dinbalik lipatan kedua tangannya. Yang bertumpu pada setir kemudi. " Alvin tidak akan datang, ia harus merayakan ulang tahun suaminya Mbak dewi" ucap Johan lirih.

Airin menatap hujan yang membasahi jendela mobil, dadanya sesak mendengar perkataan Johan barusan. Saat tadi Airin dengan pusing memikirkan baju apa yang harus dia kenakan untuk pertemuan pertamanya dengan orang yang Airin sayangi, kini hanya terbuang sia-sia. Saat Airin lelah dan rela berdiam diri di bawah hujan hanya untuk menunggunya kini yang di dapati hanya rasa kecewa. Airin harus menelan kembali pahitnya berjuang sedirian.

" Ya aku mencintainya, aku sudah berusaha untuk lupa dan biasa saja. Tapi hati ini terus terisi olehnya pikiran ini terus terbayang-bayang dirinya bahkan bibir ini selalu menggumamkan namanya. Aku tetap mencintainya" nada suaranya pelan dan bergetar. Johan bisa merasakan ada sakit yang amat dalam dibalik ucapaan Airin barusan.

Johan bangun saat mendengar airin terisak, dengan segera Johan merengkuhnya dan menenangkan Airin. johan menyesal karena telah meneriakinya.

" Maaf Rin, aku tadi emosi" ucap Johan lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Maaf Rin, aku tadi emosi" ucap Johan lembut. Tangannya menepuk-nepuk lembut bahu Airin. Airin tidak bisa lagi menyembunyikan kesakitannya, tangis Airin pecah saat Johan melepaskan rengkuhannya.

" Aku benci saat aku seperti ini, Jo. Kenapa aku harus merasa sakit saat tau aku mencintainya sendirian. tapi kenapa kenapa rasa ini selalu datang saat mati-matian aku buang" suara Airin tercekat. Johan menatapnya sendu perlakuannya tadi memang menyakitkan hati Johan. Tapi kerapuhan yang ada dalam diri Airin sekarang lebih menyakitkan bagi Johan. Beruntung sekali Alvin dia mendapatkan cinta seseorang yang Johan sayangi. Bahkan saat Johan berjuang untuk Airin, Airin memilih berjuang untuk Alvin.

" Sudahlah, suatu saat kamu akan tau jawabannya." Ucap Johan singkat."Baju kita basah, dan Noval akan ngamuk kalo tau kursi mobilnya juga basah" ucap Johan datar. Benar sekali, yang di pakai Johan adalah mobil Noval, dan Noval sangat menyayangi mobilnya ini. Dokter itu akan mengamuk jika tau kursi mobilnya basah.

Johan melajukan mobilnya sedikit cepat. Hujan sudah berhenti sejak Airin menangis tadi, dan sekarang hanya sunyi, tidak ada yang bersuara. Johan fokus pada benda yang di kemudikannya sekarang. Begitupun Airin, gadis itu mulai kedinginan matanya tertuju keluar kaca mobil. Menikmati indahnya kelap-kelip lampu jalan di malam minggu. Airin baru sadar kalau ini malam Minggu, malam Minggu yang berhasil membuatnya mengharu-biru.








jangan lupa vote dan komennya yaaaaaa

Am I Wrong (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang