14. Cinta Sepihak

1K 33 0
                                    


Para siswa menatap jengah jam yang menempel rapi di dinding kelas mereka. Meskipun bel pelajaran terakhir sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Mereka malah duduk lesu di bangkunya masing-masing, tidak jarang ada siswa yang menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya, mengikis denyutan yang menyerang kepala mereka daritadi. Inilah resiko jadi siswa kelas tiga, suara bel tidak berarti buat mereka sekarang. Percuma saja meskipun bel pelajaran terakhir berbunyi, mereka tetap tidak bisa pulang. Karena harus lanjut bimbingan belajar untuk persiapan Ujian Nasional, yang sudah di depan mata.

Nando mengambil gitarnya menepis rasa bosan, karena menunggu guru yang dari tadi tidak kunjung menampakan batang hidungnya. Sementara Alvin, Lelaki itu tidur. Mengingat semalam dia tidak bisa tidur, memikirkan semua yang telah di perbuatnya terhadap Airin, Alvin begitu merindukan Lusia dan Alsa. Pasalnya sudah hampir seminggu Alvin tidak mengunjungi mereka, atau hanya mengantar Lusia chek up di rumah sakit.

" Ada rapat guru, Kalian bisa istirahat dulu dan kembali ke kelas setengah jam lagi" suara merdu Shera memecahkan semua kegelisahan teman sekelasnya. Shera adalah orang pertama yang selalu mendapat informasi dari para guru, berhubung Shera ketua kelas. Meski tidak jarang banyak teman-temannya yang tidak menganggapnya. Shera sudah biasa hidup tanpa teman, setelah kejadian satu tahun lalu. Gadis blasteran itu menatap lekat bangkunya sekarang, Shera terus memiirkan Johan yang sudah menjadi mantannya sekarang. Shera khawatir saat Airin berkata, kalau Johan tidak bisa masuk karena dikeroyok, dan kakinya patah. Sepertinya Shera tau siapa yang membuat kaki Johan patah.

***

Airin menolak saat Raniya mengajaknya pergi ke kantin. Ia lebih nyaman makan di rooftop, itu sesuatu yang menenangkan untuknya. Apa lagi, bunda selalu membekalinya dengan roti selai nanas yang sangat Airin dan Johan sukai. Airin melangkahkan kakinya, koridor sangat sepi. Senyum tipisnya menghiasi wajah cantiknya saat ini, sesekali matanya menatap kotak makanan yang Airin genggam, seakan tidak sabar ingin memakanya.

Baru saja Airin mau mempijakan kakinya di tangga, suara tinggi seorang pria menggema di belakang tangga di dekat gudang, Airin mengurungkan niatnya menaiki tangga. Gadis itu melangkah pelan mendekati suara yang memancing rasa penasarannya.

" Apa lo gak cape menyendiri seperti ini hah" suara itu tetap tinggi, tapi tatapannya tenang. Itu yang Airin lihat saat Artur berbicara dengan lawan bicaranya. Ya, Airin mengintip di balik tembok di dekat tangga. Suara yang menarik perhatiannya barusan, adalah Artur. Lelaki itu berbicara dengan seseorang di depannya, namun Airin tidak bisa melihatnya, karena orang itu ada di bawah tangga. Hanya sepatu sneaker pink yang setengah terlihat, Airin biasa ambil kesimpulan, bahwa Artur sedang berbicara dengan seorang perempuan.

Airin mengangkat kedua bahunya, Berusaha tidak peduli. Bagi Airin, menguping pembicaraan orang seperti Artur adalah buang-buang waktu. Artur kan terkenal playboy di sekolah. Mungkin saat ini, Artur sedang membujuk calon pasangan kencannya. Airin melangkahkan kakinya kembali, Namun langkahnya terhenti saat Artur berbicara kembali.

" Gara-gara sibrengsek Johan, lo jadi gak punya temen seperti ini " Airin berdiri tegang, memasang pengarannya tajam-tajam.

" Berhenti menyebutnya brengsek, Dia tidak seberengsek yang lo pikir tur" gadis itu terdengar emosi. Membuat Airin semakin penasaran siapa sebenarnya gadis yang ada di bawah tangga itu. Siapa yang berani membawa nama Johan, apa yang dilakukan Johan kepada gadis itu. Kenapa Artur terdengar sangat marah membahas Johan.

" Dia itu brengsek, Dia ninggalin lo tanpa menerima penjelasan dari lo. Dia buat lo menyendiri seperti ini, Dia buat lo masuk ke kelas lukis padahal lo benci melukis, Dia buat lo tau masa lalunya, tapi tidak mendengarkan atau berusaha mencari tau masa lalu lo, Bahkan saat pacaran pun, dia bahkan lebih mementingkan adenya di banding jemput lo, apa itu kurang untuk menyebutnya seperti seorang brengsek, Shera!" suara Artur jelas membuktikan bahwa lelaki itu sangat kesal saat ini. mendengar kata Shera Airin yang ada di balik tembok mengeratkan genggamannya pada kota makan siangnya. Ternyata gadis iitu Shera, gadis kasar yang membuat Airin marah waktu itu, gadis yang selalu menatap tidak suka saat Airin bersama Johan.

Am I Wrong (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang