10. Kapas-kapas Putih

1.1K 33 1
                                    

Johan kemana, sebentar lagi Guru Fisika datang. Biasanya dia paling semangat dalam pelajaran Fisika, Fisika adalah pelajaran kedua setelah matematika yang ditidakuti para siswa. Tapi Johan laki-laki paling antusias jika dalam berhitung. Bahkan waktu ujian Johan mendapatkan nilai paling sempurna di antara teman-temannya yang lain. Johan memang sering bolos dalam plajaran. Tapi tidak dengan fisika, anak itu akan duduk manis di bangkunya meski kedua sahabatnya memaksanya membolos. Tapi kemana dia sekarang, kelas sudah dimulai dari sepuluh menit yang lalu, tapi masih belum datang juga.

" Buka halaman 125, dan tugas yang saya kasih kemarin kumpulkan di meja saya sekarang juga!" suara Guru itu menggema, memenuhi setiap sudut kelas memecahkan lamunanku sekarang.

Aku mengambil tas ku, merogoh buku tugas yang aku kerjakan bersama Johan semalam. Ya, kami selalu belajar bersama, karena kalau tidak, bunda tidak akan memberi kami uang jajan. Dengan malas kulangkahkan kakiku untuk menyimpan buku itu di atas meja . Lantas kembali duduk disamping Raniya.

" Eh si Johan mana? Dia bolos di pelajaran Fisika tumben" Raniya bertanya kepadaku, tapi matanya fokus membolak balik buku fisika.

" Entahlah, sayang sekali padahal tugas itu kita kerjakan bersama" aku menatap bukuku kecewa. Pasalnya Johan dengan keras memecahkan soal dengan rumus-rumsu yang membuatku pusing tujuh keliling. Tapi sekarang dia tidak ada, kerjaannya jadi sia-sia.

Aku menoleh kebelakang, bangku mereka masih kosong tanpa penghuni. Mereka memang benar-benar bersahabat, lihat saja bahkan bolos saja kompak. Aku membuang nafas kasar lalu mulai mengerjakan satu persatu soal yang aku bisa.

Pintu kelas terbuka, sontidak membuat semua siswa menoleh penasaran. " Maaf pak saya terlambat" Nando melangkah memasuki kelas dengan wajah tanpa dosanya.

Kelas sudah dimulai dari setengah jam yang lalu, dan Nando baru masuk. Nando juga sendiri, Johan dan Alvin tidak bersamanya.

" Kali ini saya maafkan, tapi sekali lagi kamu seperti itu jangan masuk kelas saya" kali ini Nando bisa lolos. Tidak ada hukuman untuk kesalahannya, tapi untuk kali ini saja, tidak dengan kedepannya." Tunggu, kedua teman kamu mana?"

" Saya tidak tau pak" Nando menjawab dengan malas, lantas kembali meneruskan langkahnya tanpa peduli semua mata memperhatikannya, terlihat jelah di raut wajahnya, jika sekarang anak itu sedang tidak bersemangat. Aku menatapnya berusaha mencari tau kemana Johan dan Alvin. Tapi, Nando malah memanatapku tajam, dan jika saja tatapan itu mematikan mungkin aku sudah lenyap ditatapnya barusan.

Ada apa dengannya, kenapa dia menatapku seperti itu. Mengingat Cuma Alvin yang menatapku seperti itu. Terus kenapa Nando jadi seperti itu, apa aku buat kesalahan lagi. aku berbalik kebelakang berusaha mencari tau kenapa Nando seperti itu. Namun hasilnya nihil Nando meyembunyikan kepalanya dilipatan tangannya. Membuatku mengurungkan niat untuk mencari tau.

***

Akhirnya bel pulang membebaskan siswa yang terpenjara dengan rumus Fisika. Semua siswa berkemas untuk pulang. sepertinya mereka sudah tidak sabar menghirup dunia luar, setelah beberapa jam berkutat dengan dunia teory. Airin menatap ponselnya gusar, dari tadi gadis itu terus menghubungi Johan, meskipun tau nomor yang dihubunginya tidak aktif. Airin mengembuskan nafasnya kasar, matanya menatap sayu ponsel yang dipegangnya sekarang. Airin mulai khawatir.

" Gimana, bisa dihubungi Johannya?" Raniya menatapnya penasaran. Sedangkan Airin hanya menggeleng kecewa. Airin melihat Nando melewatinya. Wajahnya masih tertekuk seperti tadi, raut kekesalan masih menempel di wajahnya, ada yang aneh dengan mereka bertiga hari ini.

" Nando tunggu" namun laki-laki itu tidak menggubrisnya, langkahnya cepat saat Airin berniat untuk menghampirinya. Namun semua tau bahwa Airin tidak pantang menyerah. Airin berlari menarik kasar ransel Nando, hingga laki-laki itu dengan terpaksa menghentikan langkahnya.

Am I Wrong (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang