1. Aprilmop

3.9K 83 2
                                    


Namanya Airin Faza Febrianti, gadis cantik yang berpipi cabi itu, terlihat asik sendiri menatap keluar jendela kelasnya. memperhatikan seseorang diam-diam adalah kegiatan rutinnya selama beberapa bulan ini. Entah bagaimana perasaan itu dimulai, membuat Airin tidak bisa menyembunyikan perasaannya lebih lama.

Airin sering kali mendapat ejekan, karena ketahuan sedang menatap harap laki-laki yang disukainya. Namun, Airin berusaha tetap bergeming, dan tetap berjuang dalam cinta sendiriaanya. Gadis cukup sadar, bahwa kasta ketenaran dalam kehidupanya dengan laki-laki itu sangat jauh berbeda. Dia juga takut, cintanya tidak mendapat balasan yang sama dari laki-laki itu. Jadi prinsipnya, sebelum pria itu memilih dimiliki orang lain. Airin akan mencintainya, menyimpan namanya diruang hatinya, menjadikan alasan atas sebuah rasa rindunya, dan menjadi alasan dari setiap berkas senyuman yang terpancar dari bibir mungilnya. Meski dia sadar, bahwa dia hanya berjuang sendirian, dengan cinta dalam diam.

Airin terlalu asik dengan lamunannya, membuatnnya tidak menyadari kelas mulai riuh dengan teman-temanya yang mulai berdatangan, mengisi setiap bangku yang kosong. Bel masuk berbunyi, memecah lamunan Airin, membuat gadis itu beranjak dari bangkunya dan berjongkok, membenarkan tali sepatunya yang lepas. Saat matanya fokus memandang tangan mungilnya, yang sedang membenarkan tali sepatu. Tiba-tiba seseorang mendekatinya, membuat Airin menoleh mencari tahu, siapa seseorang yang barada di depannya.
Saat Airin melihat kedepan ternyata ada sepasang sepatu yang menarik penasarannya . Airin mengernyitkan dahi mendongak dengan kaget, Airin berdiri mundur membiarkan posisinya sedikit berjarak dengan laki-laki di hadapannya.

"Kau?" ucapnya dengan kaget.

"Kenapa kamu kaget melihatku, Airin?" pria itu dengan santai tersenyum kepada Airin. Membuat perasaan Airin tidak karuan.

"A a anu Alvin ada apa?" tanya Airin gelagapan, lelaki yang sangat disukainya sedang berdiri dihadapannya dan tersenyum kepadanya.

Tanpa berkata apapun Alvin duduk setengah berjongkok di depan Airin, dan memberikan bunga mawar untuk Airin. Membuat seisi kelas heboh, menyaksiakan moment mereka berdua. Bagaimana semua orang tidak kaget dengan sifat alvin yang tiba-tiba baik dan lembut kepada Airin. Padahal sebelumnya, Alvin sama sekali tidak suka terhadap Airin. Alvin hanya mengganggu Airin. Namun Raniya teman sebangku Airin, berharap bahwa itu bukan kebohongan. Pasalnya Airin harus berpura-pura tidak kenal dengan seseorang gara-gara Alvin, Raniya juga jengah mengantar Airin ke Perpustakaan, padahal yang dilakukan gadis itu hanya melihat Alvin dari jendela, bukan membaca. Namun di sisi lain, Raniya juga kasihan melihat sahabat barunya itu, harus terus berjuang dalam cinta dalam diamnya.

"Ayolah, aku tau kamu menyukaiku." Alvin kembali tersenyum dan meraih tangan Airin, supaya Airin dapat menerima bunga dari Alvin. Sementara Airin hanya mematung dan mencerna, apakah ini mimpi atau nyata.

"Tapi Al, ini maksudnya apa? " jawab Airin dengan tegang , maniknya masih menatap Alvin tidak percaya.

"Aku mau minta maaf atas semua perlakuanku, terhadap kamu selama ini. Aku ketelaluan" Alvin meraih tangan Airin yang satunya lagi, lalu Alvin menciumnya dengan lembut membuat semua anak-anak heboh menyaksikan keduanya tidak percaya. Terutama Airin, yang dibuat lebih kaget dengan perlakuan Alvin, tubuhnya kembali menegang, dadanya berdebar bertalu.

"Kenapa kamu malah menatapku, bukan menjawab permintaan maafku?" Alvin berdiri kembali memamerkan senyumnya yang manis. Membuat siapapun yang melihatnya, akan tenggelam bersama senyum indahnya Alvin.

"Engg ya, aku memaafkan mu" Airin tersenyum bahagia, entah mimpi apa gadis itu semalam. Orang yang selama ini Airin sukai berada dihadapannya untuk memberi bunga, serta mencium tanganya. Membuat Airin berpikir, bahwa ini adalah jawaban dari semua doannya untuk berhenti berjuang sendiri dalam menyayangi seseorang. Mungkin ini jawaban dari semua alasan-alasan Airin bertahan dengan cinta dalam diamnya.

Am I Wrong (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang