21. Look at me

898 25 0
                                    


Udara malam yang hening membuat Alvin melayang dan melamunkan sesuatu, setelah acara ulang taun suaminya Dewi. Alvin langsung menuju kamar Alsa untuk istirahat. Namun setelah membaringkan tubuhnya, bukan rileks yang dia dapat melainkan rasa khawatir yang dia dapat.

'kau serius telah memberinya pesan'

Helaan nafas meluncur dari kedua bibirnya. Dia ingat perkataan seseorang yang tidak sengaja bertemu dengannya tadi. Apa pesan yang dikirimnya sampai, atau apa gadis itu sudah membacanya.

' Lo tau, Noval barusan telepon harus jemput Airin. berarti Airin belum pulangkan'

' Mana gue tau, gue udah mengiriminya pesan Jo'

' Awas aja kalo Airin kenapa-kenapa!'

Apa benar perktaan Johan tadi, kenapa Airin belum pulang. Apa Airin menunggu Alvin di taman bermain, tapi tadikan hujan. Masa iya Airin rela ujan-ujanan hanya buat nunggu Alvin. Helaan nafas kembali terdengar, memikirkan ini membuat kepalanya berdenyut. Alvin meraih ponselnya.

" Apa gue telpon aja kali ya?" ucap Alvin, tangannya mencari sebuah nama di kontak ponselnya. " Ah engga, engga " Alvin menghentikan jari jempolnya saat mau menekan nama tersebut. " Tapi, kalau gue gak minta maaf si Johan bakal ngamuk-ngamuk" Alvin mengerutkan kening berusaha berpikiir lebih jernih. Alvin membiarkan jari jempolnya menekan nama yang akan dihubunginya.

" Halo Rin?"

" Iya All kenapa?"

" Gue minta maaf ya, gue gak jadi ngajak lo jalan malam ini"

" Iya gak papa"

" Tapi lo gak nunggu gue kan, tadi hujan loh?"

" Enggak ko"

" Syukurdeh, udah dulu yahh daahhhhhhh" alvin menutup teleponnya. Dan menyimpan kembali ponsel itu. hatinya sedikit tenang setelah mendengar jawaban Airin barusan.

***

" engga ko" Airin tersenyum tipis saat sambungannya terputus, menatap ponsel yang di genggamnya sekarang melihat siapa yang barusan sudah menelponnya.

Setelah tadi diseret Johan pulang. Kini Airin duduk di kursi di ruang atas, tadinya malam ini Bunda berniat untuk berbincang bersama, namun setelah melihat Airin dan Johan datang dengan basah kuyup. Bunda mengurungkan niatnya, Bunda menyuruh mereka untuk menyelesaikan apa yang terjadi dengan mereka. Bunda memang khawatir, tapi wanita paruhbaya itu cukup mengerti apa yang tengah dialami keduanya.

" Siapa yang nelepon" ucap Alvin, tangannya memegang erat teh hangat yang dibuat bunda tadi, berharap teh itu bisa menghangatkan tubuhnya juga hatinya.

" Alvin" Airin menjawab dengan santai, seakan lupa dengan apa yang telah terjadi sebelumnya.

" Hah, Alvin barusan nelpon? Dan kamu gak marah sama sekali? " Johan melepas genggamanya, merebahkan tubuhnya di kursi yang di dudukinya.

" Engga, lagian Alvin udah minta maaf ko. Harusnya kan aku yang minta maaf karena tidak tau kalo malam ini ulang tahun suaminya Mbak Dewi" Airin menopang dagunya.

" Terserah kamu ah, segitu mengertinya kamu sama dia ckckck" Johan membalikan badannya memunggungi Airin.

'jika aku yang melakukan ini, apa kamu juga akan bersikap seperti itu rin' gumam hatinya. Mata johan terpejam namun tidak dengan kesadarannya. Karena sangat sulit untuknya meredam kesakitan hatinya.

" Jo?"

"hmm ?" sebenarnya Johan enggan untuk menjawabnya, tapi dia juga tidak tega harus membiarkan Airin mematung sendirian.

Am I Wrong (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang