24. Would you Be Mine

Mulai dari awal
                                    

Kadang saat bibir kita keu dan hanya berucap sepatah kata. Hati tidak pernah bisa berbohong. Hati selalu memaparkan apa yang sebenarnya harus dikatidakan. Alvin juga seperti itu alasannya singkat namun tujuannya banyak kenapa Alvin ingin sekali tau tentang Airin.

" Aku SMP di Surabaya dan..." ucapan Airin terpotong oleh pertnyaan Alvin.

" Kenapa di surabaya jelas-jelas bunda sama Noval di sini, oh kamu sama ayah kamu yahh" rasa penasaran Alvin terlalu tinggi hingga penyakin sok taunya itu keluar.

" Jangan potong ucapanku, tidak ayahku meninggal saat aku kelas enam SD " Alvin merutuki hal bodohnya barusaan saat Alvin mendengar penjelasan Airin.

" Maaf" ucap Alvin pelan.

" Tidak apa" Airin tersenyum." Dulu kita semua, ah tidak. Aku, Bunda dan Johan tinggal di rumah Kakek dan Nenek kami di Surabaya. Ayah berkerja di Jakarta dan Kak Noval sekolah di sini, namun dia selalu membuat masalah dan tidak di perhatikan Ayah karena sibuk dengan pekerjaanya jadi Bunda pindah kejakarta itu waktu aku kelas lima SD" Airin menunjukan lima jarinya kedepan wajah Alvin.

" Terus apa hubungnnya dengan itu" tanya Alvin kembali

" Kamu ngga sabaran ya, aku belum selesai ngomong loh" Airin mulai memasang wajah kesal" jadi gini. Sebenarnya tuhh Johan lebih tua dari ku"

" Iya aku tau kan Johan 18 tahun sekarang terus barusaja kan dia ulang tahun noh pestanya " Alvin menunjuk kesekeliling pesta. Airin geram dengan sikap Alvin sekarang, kenapa laki-laki ini menyebalkan sekali. Airin meremas tangannya tepat di depan Alvin membuat Alvin diam dan minta maaf. " Aku akan diam sampai akhir, serius" Alvin membenarkan posisi duduknya tangannya terlipat seperti duduk siap.

" Dulu saat Johan kelas satu SMP dan aku kelas enam SD" sebelum Alvin memotong ucapannya, dengan segera Airin mengaungkan lima jari dihadapannya." Johan mengalami kecelakaan, dia koma selama setengah tahun dan saat dia sadar kami semua senang, namun kenyataanya Johan mengenal kami tapi keceriaanya hilang dia seperti orang linglung. Jadi bunda memutuskan untuk mengobatinya di jakarta. Berhubung waktu itu aku petukaran pelajar jadi aku nggak bisa ikut ke Jakarta aku SMP di Singapore" Alvin mangut-manggut mengerti dengan perkataan Airin barusan.

" waktu SMA kan aku masuk sekolah perempuan baru pindah 6 bulan yang lalu kan" Airin mengambil minumannya, meminumnya dengan niat membasahi kerongkongannya yang sedikit kering karena bercerita barusan.

" Terus waktu aku main kerumah kalian, kok aku gak pernah lihat kamu yahh?" tanya Johan dengan tenang.

" Aku selalu pulang sore, atau ngga malam. Entahlah sekolahku yang dulu hobi sekali menyiksa mudridnya dengan harus terus belajar. Dan kamu tahu, waktu kalian bermalam di rumah terus heboh main PS tiba-tiba lampu mati" Alvin mengngguk seakan tau apa yang dimaksud Airin. " aku yang mematikan listriknya, karena kalian terlalu berisik, kalian mengganggu waktu belajarku" ucap Airin sebal. " dan aku terlalu bodo amat jadi tidak penting bagiku untuk menghampiri kalian dan bersikap manis"

" Sampai saat aku tahu kalau kamu sahabat Johan yang selalu main kerumah, aku menyesal karena terlalu bodo amat dan tidak bersikap manis kepadamu"

" Terus kenapa kalian tidak menjelaskan bahwa kalian adalah saudara" tanya Alvin

"karena aku dan Johan tidak pernah akur terus kan aku bilang saudaraku juga bersekolah di sini, emangnya kurang jelas" Alvin hanya mengangguk, benar sekali, dulu waktu Airin memperkenalkan dirinya, Airin bilang kalau gadis itu satu sekolah dengan kakanya.Johan.

" Lalu kenapa kamu bersikap dingin kepadaku" tanya Alvinlagi.

" Ya karena aku memang sepeti itu"

" karena aku menyukaimu, saat pertama kau menolongku dari botol sialan itu. jadi aku tidak mau kau mengetahui kalau aku menyukaimuu, makanya aku bersikap dingin"

" Kenapa kamu termakan omonganku waktu April mop" entah Alvin sadar atau tidak Alvin telah menggali luka yang telah lama terkudur, Airin mematung dunianya sekan terhenti saat putaran kejadian itu terlintas di kepalanya. Namun tanpa basa-basi Airin menjawabnya, menahan kepedihan yang kini muncul kembali kepermukaan.

" Karena Aku mengagumi sebagai kapten basket" ucapnya bohong lagi, semua jawaban yang keluar dari mulut Airin tidak pernah sesuai dengan kenyataan hatinya.

" Karena aku mencintaimu, aku gak bisa menahan rasaku yang terus meletup-letup saat melihatmu tertawa, karena aku cape harus bermuka dua. Bersikap dinging di depanmu dan menjadi fans dibelakangmu, karena aku cape terus melihatmu dari jauh, aku ingin sekali meraihmu meski aku harus berjinjit atau berlari, aku ingin sekali saja rasa itu terbalas maka dari itu, aku dengan bodoh tertipu oleh candaan gilamu"

Entah sejak kapan pikirannya bermonolog dengan hati Airin, kini tangan Alvin meraih tang Airin dan menggenggamnya lembut. Airin termangu melihat perlakuan Alvin. Meskipun Airin terbiasa dengan jantung yang berpacu cepat kini tarapnya meningkat bahkan darahnya seakan berdesir sekarang.

" Aku mencintaimu Airin" kata-kata itu keluar tanpa hambatan dari mulut Alvin. Genggamannya semakin erat tatapannya menatap lekat mata indah Airin. sangat jelas terlihat Airin kaget dengan ucapan yang keluar dari mulut Alvin barusan. Gadis itu tidak bergeming, tatapanya seakan kosong, mulutnya diam seakan bisu, dan tidak bereaksi seakan tuli. Airin masih menganggap ini mimpi.

" Aku tau aku banyak salah sama kamu, kejadian itu ya aku tau itu cukup membuatmu trauma dan malu, aku minta maaf dan berkarta seperti ini bukan karena kamu ade nya Johan. Tapi karena aku serius aku cinta aku sayang sama kamu" suaranya pelan dan lembut hingga menusuk telinga Airin dan sampai kedasar hati gadis itu. kini Airin menatap mata Alvin lekat, sekan menacari ketulusan disana. Dan benar Airin mendapatkannya. Ketulusan dari seseorang yang selama ini ia perjuangkan dengan Cinta dalam diamnya.

" Sejak kapan .." tanpa mendengar pertanyaan Airin lebih lama Alvin langsung menjawabnya.

" Sejak kamu datang kesekolah besama Johan untuk pertama kalinya" Airin membulatkan matanya, tidak percaya jadi saat itu, saat Airin mati matian melupakannya karena terluka oleh setiap perkataanya ternyata Alvin mencintai Airin.

"Ta-tapi ka-kamu" Airin benar-benar tidak percaya dengan omongan Alvin, entah Airin harus bahagia atau tidak yang jelas dia tidak mengerti situasi yang mereka alami.

" Aku tau, aku kasar sama kamu. Bahkan mungkin banyak perkataanku yang jelas menyakiti hati kamu. Itu semua karena aku bodoh aku tidak mengerti dengan perasaanku sendiri. Saat aku marah sama Johan karena bersamamu ternyata aku mulai sadar itu adalah rasa cemburu, dan saat aku memarahimu karena mama di rumah sakit, aku takut kamu benci karena mama ku buta" saat paparan Alvin dari tadi dengan Nada normal dan lemah diperkataan bagian akhir, bukan Alvin malu, tapi Alvin terlalu sakit jika harus mengingat penyebab kebutaan mamanya itu.

Airin tersenyum, semuanya terdengar logis sekarang, bahkan dari sorot mata Alvin Airin tidak menemukan sebuah keraguan sedikitpun, semuanya terlihat serius dan tulus. Ternyata selama ini cintanya tidak sia-sia. Hanya saja waktu yang mencoba Airin apakah gadis itu bisa bertahan atau tidak, apakah Airin mampu mengalahkan kajamnya waktu saat Airin harus jatuh bangun melawan panas nya matahari, dan dinginnya hujan saat bejuang mencintainya dalam diam. Dan ternyata sekarang, Airin menang. Airin mampu mengalahkan waktu yang sempat membuatya jatuh dan putus asa. Airin mampu mendapat jawaban yang memuasakan dari pertanyaan yang menjadi segunung beban di hati dan pikirannya.

" Would You be mine" ucap Alvin menegaskan, tidak ada sedikitpun keraguan yang tersirat di dalamnya. Usai sudah perjuangan Airin, karena Airin sudah mendapatkan apa yang di impikannya. Airin mengangguk membuat Alvin girang dibuatnya.

" Serius" tanya Alvin memastikan.

Airin tersenyum dan mengangguk kembali, " Bisa kamu melepaskan tannganku sekarang, tanganku panas dan berkeringat" dengan sekertika Alvin melepaskan tangannya. Alvin mulai salah tingkah dengan seseorang di hadapannya. Bukan lagi teman atau ade dari sahabatnya, melainkan seseorang yang telah resmi menjadi pacarnya. Mereka berdua tertawa bahagia. Namun tanpa mereka tahu, ada seseorang yang sangat terluka menyaksiakn kebahagiaan mereka. 





vote dan coment yaaaa

Am I Wrong (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang