17. Masa Lalu

Mulai dari awal
                                    

***

Kelas mulai riuh dengan aktifitas siswa kelas dua belas, ini minggu terakhir mereka berlajar. Karena minggu depan mereka harus berjuang mempertaruhkan masa depan mereka berperang dengan selembar kertas bersenjata soal-soal yang bisa menaklukan nasib masa depan mereka. Namun hal itu sepertinya tidak menjadi masalah buat Alvin dan Nando.mereka seakan tidak takut untuk Ujian Nasional nanti. Lihat saja ini masih pagi, pajar masih besarang di timur. Alvin dan Nando sudah memulai aksinya kembali.

Seperti biasa mangsa mereka kali ini adalah Raniya, karena hanya Raniya yang berani menyerang mereka dan membalas perlakuan mereka tanpa rasa tidakut sedikitpun. Alvin dan Nando mengambil bekal dari tas Raniya, dan memakannya tanpa peduli perasaan pemiliknya.

" Hei jangan dimakan, itu buatan nyokap gue" Raniya berjinjit berusaha mengambil bekalnya ditangan Nando, namu laki-laki itu tidak menggubrisnya. Nando malah menyuapi Alvin seperti ibu yang sedang menyuapi anaknya. Namun saat Nando mau menyuapi Alvin kembali tiba-tiba gerakannya tertahan di udara seseorang berhasil menahan tangannya.

" Lo jangan ngambil makanan cewe galak seperti dia, bunda buatin makanan buat kita" Johan melepaskan tangannya yang menahan tangan Nando barusan, dan menepuk-nepuk tasnya antusias. kakinya masih dilapisi gips, berjalan dengan bantuan tongkat dan Airin, bahkan luka lebam masih belum hilang sepenuhnya dari wajah tampannya . Tapi lihat sekarang, Johan benar-benar antusias. Laki-laki itu bersikap seperti biasa bahkan raut wajahnya tidak menunjukan bahwa Johan sedang sakit.

" Ohh sijagoan kita suda bersekolah hari ini" Alvin mengambil bekal Raniya dari tangan nando dan mengambil potongan roti, dari kotidak itu " Aaaaa lo mesti coba ini, enakk broo" belum sampai roti itu nyampe di mulut Johan kegiatannya terhenti.

"Alvin katanya gak mau ganggu aku dan Raniya lagi, katanya mau berteman baik" Airin mengangkat kedua alisnya, membuat Alvin kembali menyimpan roti itu kedalam tempatnya. Alvin lupa kalo Johan datang bersama Airin. Alvin juga lupa waktu di Rumah sakit dirinya pernah berjanji, tidak akan berbuat seenaknya lagi kepada Airin ataupun Raniya.

Raniya menatap Airin tidak percaya, bagaimana mungkin. Airin bisa bisa setenang itu saat berhadapan dengan Alvin, kemana wajah dingin Airin. Raniya mengangkat tangannya mencari kepastian disana.

" Kalian berdua" Raniya menunjuk Alvin dan Airin. Namun Airin hanya tersenyum dan berjalan santai kebangkunya. Membiarkan Johan berjalan tertatih di belakangnya. Tidak hanya Raniya, Nando juga meminta penjelasan dengan yang terjadi barusan. Mungkin terlihat sepele, tapi bagi Raniya dan Nando itu hal yang sangat menakjubkan. Raniya sangat tau, Airin akan menjadi dingin saat di depan Alvin, dan Nando sangat tau Alvin akan terlihat sangat menakutkan jika berhadapan dengan Airin. sekarang Raniya dan Nando melihat mereka berdua bersikap biasa saja.

" Sudah lah, gue sama Airin udah baikan. Jadi kita temenan" ucapan Alvin barusan membangunkan lamunan Raniya, dan Nando. Alvin berlalu meninggalkan mereka, yang berusaha mencerna ucapan Alvin.

" Kita udah temenan jadi sekarang balikin bekal gue" Raniya menghampiri Alvin yang kini tengah duduk manis disamping Johan, bersama bekal Raniya ditangannya.

Alvin mengeser bekalnya kedepan Johan supaya Raniya tidak mengambil bekal tersebut. " justru itu, kan kita semua udah temenan nih" Alvin mengangguk-ngangguk kepada Johan, Airin,Nando,dan Raniya yang menatap Alvin Antusias. " Jadi lo harus ikhlas ngasih bekal ini kegue" dengan wajah tanpa dosa Alvin melehap habis potongan roti yang tersisa, membuat Raniya mendecih sebal dan kembali kebangkunya dengan wajah tertekuk, membuat Airin tertawa melihatnya. Johan tersenyum melihat Airin tertawa begitu lepas, beban dipundaknya seakan rontok, saat melihat gadis yang disayanginya tersenyum bahagia. Begitu juga Alvin, ini adalah momen langka, karena Alvin melihat sosok asli Airin, benar kata Johan, meskipun berwajah dingin, Airin menyimpan keceriaan yang amat mendamaikan. Rasanya seperti menikmati malam bersama bulan purnama ,begitu damai dan menenangkan.

Am I Wrong (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang