14. Cinta Sepihak

Start from the beginning
                                    

" Cukup Tur cukup, Itu semua buka urusan lo. Lagian gue yang salah, seharusnya waktu itu gue gak terima ajakan lo buat makan. Seharusnya gue tau kalo lo sama johan musuhan. Johan gak nerima penjelasan gue karena dia terlalu sakit lihat gue sama lo" Suaranya bergetar, kata-katanya sedikit tercekat, Shera menangis. Artur tersentidak ia langsung menarik Shera dan menenangkan gadis itu di pelukannya.

" Ra gue rela lo lupain gue sebagai sahabaat lo, saat lo sama Johan, tapi gue gak rela lihat lo berjuang sendirian, mempertahankan cinta sepihak lo. Lo harus nya sadar Johan tidak pernah benar-benar sayang sama lo. Lihat, bahkan sibrengsek itu berani buat lo nangis seperti ini" Artur menatap kosong tembok di depannya, Mengelus lembut surai hitam milik Shera, Hatinya sakit saat melihat Shera seperti ini, Begitu juga dengan Airin, yang masih bersembunyi di balik tembok. Sekarang Airin tau, ternyata di balik sikap kasarnya, Shera sangatlah rapuh.

" Tante lo bilang lo belum makan dari tadi pagi. Dasar gadis bodoh, jelas hati lo udah sakit, sekarang lo mau buat badan lo sakit juga" Artur melepaskan dekapannya, Sedang Shera menatap Artur datar.

" Kenapa lo ngeroyok Johan?" Shera tidak menggubris perkataan Artur tatapannya berubah tajam, begitupun nada suaranya, dingin. Airin yang berada di balik tembok juga membolakan matanya, tidak percaya.

" Karena gue" Artur menggantungkan ucapannya.

Sedangkan Airin sudah sangat penasaran, kenapa Artur melalukan semua itu kepada Johan. Airin tidak akan membiarkan siapa pun melukai seseorang  yang selalu melindunginya. Airin mengepalkan tangannya, melangkah mendekati keduanya.

" Karena apa? Johan salah apa sama kamu?? " rasa penasarannya, bercampur dengan emosi yang merasukinya sekarang, Tangannya masih terkepal melangkan menempatkan dirinya di tengah-tengah mereka. Membuat Artur dan Shera kaget, melihat Airin tiba-tida datang meminta penjelasan.

Artur menatap Airin tajam, laki-laki itu menyeringai seakan puas dan tidak peduli atas apa yang telah dia lakukan. " Bukan urusan lo" ucapnya singkat, lantas pergi dengan menyenggol kasar bahu Airin membuat sang empunya terdorong kasar kebelakang. Emosi Airin memuncak gadis itu tidak terima dengan perlakuan Artur, Airin juga melangkahkan kakinya berniat mengejar pria itu, namun langkahnya terhenti saat tangan Shera menahan lengannya.

" Mau kemana lo? Lo nguping hah? " ucap Shera sakartis. Sedangkan Airin menatapnya sendu, ada rasa bersalah di raut wajah Airin. Mengingat semua perkataan Artur tadi, Airin bisa merasakan bagaimana sakit, dan rapuh seseorang yang pura -pura tegar di hadapannya.

"Aku minta maaf" ucap Airin pelan, namun suaranya masih bisa terdengar oleh gadis di depannya. Tangan Airin tetap erat menggenggam kotak makanannya itu. Dadanya mulai sesak saat tau Johan menyakiti hati orang lain karena melindungin Airin. "Aku minta maaf atas semua perlakuan Johan sama kamu" ucap Airin kembali tatapannya masih belum berubah, sendu.

Tatapan Shera berubah sendu saat nama Johan terngiang di telinganya, Dadanya sesak saat kata-kata Artur berlalu dipikirannya, Shera berdecak pinggang berusaha menenangkan dirinya. Menatap langit-langit berusaha menenggelamkan kembali buliran bening, yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Shera tidak mau terlihat lemah di hadapan Airin. Lantas Shera mengeluarkan nafas kasar " Lo minta maaf karena Johan? lucu sekali. Saat Johan sakit lo malah berangkat bareng sahabatnya, Dan sekarang lo bilang, lo minta maaf atas kesalahan johan. Ke gue" Shera menunjuk dirinya sendiri, dengan tawa meremehkan. Tapi Airin tau kalau tawa Shera menjadi tameng kerapuhannya saat ini.

" Aku minta maaf karena aku membiarkan Johan membuatmu menangis, membuat waktu bersama kalian terkikis, maaf telah membiarkan Johan Menyakitimu terlalu jauh, Maaf Johan lebih memilih menjemputku, dari pada menjemputmu waktu itu" Airin tidak bisa menahan emosinya, ia terus menjelaskan dengan Air mata yang membanjiri pipinya. Membuat seseorang di depannya tertegun.

" Maksud lo? " Shera yang benar-benar tidak mengerti maksud dari ucapan Airin, mengerutkan keningnya mencerna semua yang diucapkan Airin. Namun Airin hanya menunduk menatap lekat sneaker putihnya. Airin tidak bisa manahan rasa sakit yang timbul dari rasa bersalahnya. " Jangan bilang lo? " Shera menggantungkan kata-katanya.

" Aku adenya, aku orang yang membuatmu selalu di nomor duakan oleh Johan. "Airin menghapus kasar jejak bulir bening di pipinya, suaranya terdengar parau. "maaf jika Johan membuat mu kasar dan menyendiri seperti ini" Airin berani menatap Shera sekarang. Meski mungkin rasa bersalahnya tidak akan hilang hanya dengan kata maaf.

Jantung Shera berpacu cepat, setelah tau orang yang dibencinya selama ini adalah orang yang berarti buat Johan. Bagaimana tidak, Johan pernah membentak Shera, saat Shera mengeluh karena Johan terus membahas adiknya. " Tapi kenapa kalian gak mirip? " nada bicara Shera jadi lebih tenang , meski tatapannya masih sendu seperti beberpa menit yang lalu.

" Kami memang tidak mirip, Johan beda satu tahun dari ku. " Airin tersenyum, Ini pertama kalinya Airin tersenyum kepada Shera. " Nih, ku dengar tadi kamu belum makan" Airin menyerahkan kotidak makananya, ia harus merelakan roti selai nanas itu sekarang, Rasa laparnya hilang saat emosinya datang.

" Tapi Rin? " belum juga Shera melanjutkan kata-katanya, Airin memotong ucapaan gadis itu.

" Akan kupastikan Johan minta maaf" Airin tersenyum menepuk lembut bahu Shera, dan berlalu meninggalkan Shera. Sedangkan Shera tersenyum menatap punggung Airin yang hilang bersama angin. Ini pertama kalinya hati Shera menghangat, setelah membeku selama satu tahun. Senyum Airin barusan menepis rasa sepi yang selalu menginggapi Shera selama ini. Menurut Shera, Airin dan Johan itu Mempunyai kesamaan, sama-sama bisa menghancurkan karang yang bersemayam kuat di hati Shera Selama ini.     











jeng jeng jeng jenggg

jangan lupa vote dan komen yahhhh


Am I Wrong (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now