"Gue suka lihat lo ketakutan gitu Lish, imut bat sumpah." Lardo tersenyum miring.

"Ishhh. Apa coba Do? Mang gue imut. Barj ngeh apa ya? Oh iya Do, lo kenal Mark ga anak 10 IPA 1?"

"Kenal, kenapa?"

"Engga, gue baru lhiat dia kemarin pas lewat kelasnya."

"Lo suka sama anak kayak dia?" Lardo tertawa hambar.

"Kayaknya, secara dia ganteng, ramah, ga nyebelin, keren, and maco bat orangnya. Cowok idaman deh, gue dengar dia juga pinter." Alisha sengaja membandingkan Lardo dengan Mark karena kesal telah dipaksa ikut bersamanya dan merasa terkurung dalam mobil sialan ini.

"Bodo amat! Ya masih gantengan gue lah. Nak kecil juga tahu. Rabun mata lo mah. Dia ga se perfect yang lo pikir."

"Maksudnya?"

"Gue ga mau bahas dia." Balasnya dingin.

"Coba dia deketin gue, pasti gue terima deh dia. Badannya atletis ga kayak lo." Alisha menjulurkan lidahnya.

Lardo tersenyum ke arah Alisha dan muncul ide kejahilan di otaknya. "Ohh jadi lo pikir gue ga maco gitu. Oke!" Lardo menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.

"Ihhh, nyetir yang bener kek. Bikin gue jantungan tahu ga."
Alisha menatap Lardo kesal dengan wajah yang memerah karena kaget yang seketika menyerang jantungnya.

Lardo memandang wajah Alisha dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Lo kok diem si Do? Minta maaf kek malah liatin gue."

"Lo perlu bukti kalau gue jauh lebih maco dari dia."

"Maksud lo? Ish, makin sarap lo ya lama-lama. Heran gua. Tirunin nggak gue sekarang!"

Lardo melepas ikat rambut Alisha. "Eh, lo mau ngapain. Ngapain buka kunciran gue."

"Lo diem aja, gue bakal tunjukin ke lo gimana maconya gue." Tercetak senyum miring di wajah lelaki itu.

Alisha semakin bingung. "Lo ngapain lepasin kancing baju lo. Ih, jan macem-macem sama gue ya. Lardo turunin gue sekarang."

Alisha mencoba membuka pintu mobil namun terkunci. Lardo terus menatap Alisha sambil tersenyum jahil.

"Lo bilang gue ga maco. Yakin!" Lardo membuka kancing bajunya hingga memperlihatkan dadanya yang bidang.

Alisha spontan menutup mata. "Do lo gila ya. Cepet kancingin baju lo!"

"Kalau gue ga mau gimana?" Lardo menarik paksa tangan Alisha dan merengkuh tubuhnya dalam dekapannya.

"Ih lo ngapain peluk gue. Dasar mesum lo. Lepasin!" Alisha mencoba meronta dari pelukan Lardo yang membuat dirinya sesak.

Lardo mengurai pelukan mereka. "Gue mau cium lo ya. Boleh kan?" Tanyanya santai.

"Kalau berani kena bogem mentah gue tahu rasa lo."

"Ya ampun tangan lo kecil gitu yang ada lo yang sakit."

"Mau bukti!" Ranpa pikir panjanh Alisha mendaratkan tangannya ke pipi Lardo namun secepat kilat di tangkis olehnya.

Lardo mencium punggung tangan Alisha layaknya seorang kekasih. "Ewh. Jijik gue sama lo. Lepasin!"

Lardo mengunci pergelangan tangan Alisha dan mendekatkan wajahnya ke Alisha. "Lo jangan macem-macem sama gue Do. Lepasin tangan gue. Lo mau ngapain? Papi tolongin Qory." Alisha menangis dengan wajah ketakutan yang membuat Lardo semakin gencar mengerjainya.

Lardo melepaskan tangan Alisha dan kembali mengancingi baju seragamnya. "Kita lanjutin permainan kita yang tertunda. Ga asik di dalem mobil mah, sempit. Kita ke apartment gue ya sayang." Lardo melaju mengendarai mobilnya.

Trust MeWhere stories live. Discover now