54. Tidak Semudah Itu

Start from the beginning
                                    

"Apa yang kau lakukan?"

Dila tak meninggikan nada suaranya, namun sebenarnya suara pelan itu yang menunjukkan bahwa ia benar-benar kesal.

"Kita saling mencintai tapi mengapa kau menolak?"

Tuntutan dari suara Rivan membuatnya jengah. Ia menempatkan kedua tangannya di pinggang dan mengembuskan napas keras-keras lalu melemparkan tatapan matanya ke langit-langit. Ia tak menyangka bahwa Rivan akan sebegitu keras kepalanya. Yah memang normal karena pria itu tidak makan. Kekurangan makanan akan menyebabkan hormon yang membuatmu emosi semakin meningkat.

Dengan dirinya yang mengontrol emosi, Dila menyalakan lampu dan mulai mengerjakan tugasnya untuk membersihkan pecahan-pecahan mangkuk. Tak lama ia mendengar ketukan pintu dan Ibu Rivan mengintip ke dalam dengan wajah khawatir.

"Tenang saja Tante. Tadi ketika aku menyerahkan mangkuk pada Rivan, tanganku gemetar dan mangkuk ini jatuh begitu saja."

Tanpa percakapan lebih lanjut Ibu Rivan menutup pintu dan membiarkan Dila melakukan apapun yang harus ia lakukan. Seolah bisu, Dila tak mengucapkan apapun pada Fadli dan fokus pada pecahan-pecahan mangkuk di lantai. Dengan tatapan paling datar, Dila berdiri dan bersiap untuk meninggalkan kamar Rivan.

"Tidak bisakah kau mencintaiku lagi?"

Tahan Rivan sembari memegang sebelah tangan Dila, berharap perempuan itu akan kembali duduk dan menyatakan perasaannya secara langsung.

Tapi yang ia dapatkan hanyalah tatapan dingin juga beku dari Dila. Perempuan yang posisinya kini sedang berdiri itu memandang Rivan tanpa ada kata ampun.

"Terkadang, hidup tak akan semudah itu. Sebuah nilai akan muncul dari sesuatu yang sudah kau lakukan. Kata mundur sudah tak berarti, maju merupakan pilihan sulit. Pikirkan itu."

Dengan napas yang berat, Dila membuka pintu secara perlahan. Ia tak ingin keluar dari kamar itu namun ia tak memiliki hak untuk tinggal lebih lama.

"Setidaknya bisakah aku melihatmu tersenyum?"

"Pikirkan saja tentang Amara."

Karena dulu, saat aku masih merupakan remaja yang naif, aku pernah berada di posisi Amara. Aku tak ingin gadis itu merasakan apa yang aku rasakan.

***

Hujan deras sudah menguyur kota di tempat Dila tinggal. Tamparan-tamparan keras air yang menghantam jendela mobil terdengar begitu sadis di telinganya. Memaksanya untuk mengingat suasana dirinya yang dulu.

Ia merupakan seorang perempuan yang sulit untuk menyukai lawan jenis. Namun ketika ia menyukai seseorang, ia akan tetap menyukai orang itu. Tipe yang begitu setia pada pasangannya. Dan Angga memanfaatkan hal itu.

Dulu tentunya ia pernah menyukai Angga. Seorang laki-laki berprestasi yang humble beserta banyaknya kemampuan yang ia miliki. Begitu ramah dan telaten. Sosok kakak kelas yang patut diacungi jempol karena keaktifannya.

Itulah yang ia pikirkan dulu.

Dila memang tidak merasakan apapun terhadap Angga. Ia bahkan bersikap pasif pada laki-laki itu. Namun seiring waktu banyaknya acara yang Dila lalui dengan Angga juga Dila yang mengenal hampir keseluruhan ruang lingkup pertemanan Angga begitu pula sebaliknya, Dila secara perlahan menyukai laki-laki itu.

Angga begitu memberikan kesan mengayomi dan perhatian pada Dila. Ia yang kekurangan kasih sayang dari seorang ayah pastinya merasa begitu senang diperlakukan seperti itu.

Mulai dari pulang bersama, ia yang perhatian ketika Dila sedang sakit, membantunya mengerjakan tugas, tiap pesan-pesan malam yang membuatnya merasa begitu berharga. Semua ia rasakan bersama Angga. Semua orang selalu menganggap Dila dan Angga merupakan pasangan yang cocok. Saling melengkapi satu sama lain.

Namun siapa yang tau bahwa Angga menyembunyikan hubungannya dengan seorang perempuan? Bahkan teman-temannya berakting seakan mendukung Dila dengan Angga.

Apa yang ia rasakan?

Pengkhianatan.

Seorang perempuan muncul di hadapannya ketika pulang sekolah. Perempuan yang menggunakan seragam yang berbeda dengannya, berdiri dihadapan Dila dengan pandangan paling menyebalkan. Dila hanya menatapnya polos lalu ia mendapatkan tamparan yang cukup kuat hingga ia terjatuh. Bukan sebuah tamparan main-main dari seorang perempuan, namun sebuah tamparan sarat akan kebencian yang mendalam.

Itu merupakan sebuah drama yang paling memalukan yang pernah Dila lalui.

Ia masih ingat dengan jelas tatapan mata orang yang melihatnya. Entah itu terkejut atau penasaran, namun ia tahu betul bahwa mereka tak berniat untuk membantunya.

Terlebih saat Angga datang. Ia pikir Angga akan membelanya, lalu semua ekspektasinya lenyap ketika Angga mengatakan bahwa perempuan bajingan itu adalah kekasihnya. Lalu selama ini apa hubungannya dengan Dila.

Bahkan teman-teman Angga tak ada yang membantunya, mereka hanya menatap Dila seakan mempermainkannya. Ingin tertawa namun tertahan juga meremehkan Dila. Yang ia ketahui selanjutnya adalah perasaannya itu dipermainkan dan dijadikan sebuah ajang perlombaan.

Apa yang akan kau rasakan ketika diperlakukan serendah itu oleh seorang laki-laki?

"Nona, kita sudah sampai. Selamat menikmati istirahat anda."

Dila menggigit bibir bawahnya karena membayangkan Amara yang sedih jika mengetahui bahwa dirinya dan Rivan memiliki hubungan lebih. Perempuan itu pantas mendapatkan yang terbaik, bukan untuk dibuang seperti itu. Saat membuka pintu utama, tangannya segera menggenggam ujung rak sepatu.

"Dila, Maya ada di sini untuk memeriksa kondisimu." Teriak Lina dari dalam rumah.

Tangisannya tak bisa ditahan lagi dan ia terisak cukup keras ketika mendengar suara Lina. Ia merasakan sesuatu yang menusuk ulu hatinya ketika bayangan Angga yang menatapnya rendah muncul lagi di benaknya. Kepalanya kembali berdenyut tak karuan.

"Dila? Ada apa?" Maya berlari ke arahnya dengan segenggam box paper bag. Ketakutan jika Dila mengalami panic attack seperti biasa.

"Ma-Maya..." Dila menggenggam tangan Maya dengan erat, terbata-bata dan begitu kesulitan untuk berbicara.

"Mengapa aku mengingat Angga?"

***

A/N

Oh! Tidak seperti yang diharapkan ya~

Will get more complicated from now on xD

Jika kalian suka dan penasaran lanjutan ceritanya, silahkan vote, comment, share, masukkan ke library dan reading list kalian ^^

See ya!

Warm regards,

Matsushina Miyura

Love? Trust? Work? or Hobbies? [Dalam Revisi]Where stories live. Discover now