aku dan Johan turun dari motornya, dia membantuku melepaskan helm yang aku kenakan. tampak beberapa pasang mata melihat aksi kami berdua, bukan kami, lebih tepatnya aku. Aku yang jadi pusat perhatian disini, mereka menatapku tidak suka. Entahlah, mungkin aku berangkat bersama Johan. Secara, Johan dan kedua temannya sangat terkenal di sekolah.

" Kenapa? Aku tampan hari ini? Membuatmu menatapku tanpa berkedip" Johan tertawa memecah lamunanku, selalu saja seperti itu, menyebalkan.

" Enak saja! Bukan,mereka menatap ku tidak suka?" aku menunjuk dengan dagu, kepada beberapa orang yang memperhatikanku.

" sejak kapan kamu peduli dengan sama orang?" Johan menautkan alisnya, mengingat bahwa sebelumnya aku orang yang tidak pernah peduli dengan semua itu.

Aku menepuk jidatku, dan tertawa membuat johan mengacak rambutku, berjalan mendahuluiku. Seperti biasa dimana pun itu aku hanya biasa mengekorinya dari belakang, layaknya seekor kucing mengikuti majikannya, lega rasanya bisa seperti dulu lagi.

Johan mengentikan langkahnya, membuat langkahku juga terhenti dibelakangnya. Johan menoleh kebelakang menarik tanganku hingga aku maju selangkah dan mendarat disampingnya.

" Ayo" Johan terrsenyum dan akupun membalasnya. Kami berjalan beriringan di sertai beberapa pasang mata yang menatap tidak suka, mengiringi setiap langkah kami.

***

Johan dan Airin masuk ke dalam kelas , sesekali mereka tertawa . Membuat semua teman-teman di kelasnya penasaran, berbagai tatapan kini tertuju pada mereka berdua, entah tatapan apa saja. Yang jelas, banyak sekali yang menatapnya tidak suka. Apalagi gadis blasteran yang duduk di bangku paling depan. Yang menatap tidak suka mantan pacarnya tertawa bersama Airin, Shera adalah matan Johan, dulu mereka pasangan sangat populer di sekolah. Kini tangan Shera mengepal menarik nafas panjang, Shera berdiri dengan penuh emosi berniat akan menyerang gadis yang bersama johan sekarang. Belum sempat Shera melangkah Bel masuk sudah berbunyi, membuatnya mengurungkan askinya, dan meredam emosinya sampai istirahat nanti.

Sementara orang yang membuatnya emosi sedang tertawa berbagi cerita dengan tengan sebangkunya membuat Shera semakin geram melihatnya.

Bu Fannny datang dengan setumpuk sajak yang akan dibahas hari ini. Setiap patah kata dalam sajak yang di bacakannya membuat semuanya termangu jatuh kedalam suasana sajak tersebut, sampai-sampai ada murid yang menitikan air mata mendengarnya.

Dua pelajaran ini mereka habiskan dengan sajak yang mengharu biru. Tidak terasa bel istirahat berbunyi, memecahkan kepiluan yang membekas pada mereka..

" Baiklah, kita bertemu lagi rabu depan. Jangan lupa tugasnya" Bu Fanny lantas tersenyum dan melangkah menjauhi ruang kelas.

Airin melentangkan tangannya, menarik nafas panjang dan mengeluarkannya santai. " ke kantin yu?" Airin menopang dagu menatap Raniya, memohon.

" yuk, tumben ngajak? ga bawa bekal hari ini" Raniya merapikan bukunya dan memasukan kedalam tasnya. Sedangakan Airin hanya menggeleng dan tersenyum. Gadis itu enggan memberikan penjelasan sekrang dia tidak bertenaga untuk hanya sekedar bersuara. Airin beranjak dari tempat duduku, berjalan santai memandangi sepatunya lekat-lekat. Perasaanya mulai tenang.

Plaaaaaaaakkkkkkkkkk

Senyum Airin memudar,mimiknya berubah kecut setelah merasakan pipi kanannya panas dan perih. Membuat Raniya menatap tajam, gadis yang menapar Airin, untung saat ini tidak semua teman-teman kelasnya menyaksikan kejadian ini, mereka lebih memilih mengisi perutnya dari pada harus menjadi kuncen di kelas. Hanya beberapa orang saja, namun Alvin, Johan, Nando juga ada disana. Berbeda dengan Alvin dan Nando menatap mereka penasaran, seperti nonton drama yang sering mereka tonton, Johan mengepalkan tangannya menatap Airin khawatir.

Am I Wrong (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now