Ck! Bodo amat. Yang terpenting hari ini ia harus sendiri. Tak ingin dulu berhubungan dengan duo saudara itu.

Menurutnya, ini adalah hari tergalau selama hidupnya. Ia ingin merasakannya sendiri. Tak ingin ada yang merecokinya. Sungguh tak bohong. Kepalanya masih terasa nyeri, bekas benturan sudut meja yang menusuk jidatnya masih membekas jelas. Terpaksa slayer bintang bintang nya masih melingkar di jidatnya. Sempat di tegur guru kesayangannya, tapi Zia tak peduli. Bu siska memang sangat pengertian. Dia tidak memaksanya, melainkan hanya memberi poin 10 saja.

Bahagianya di perhatikan.

Zia terkekeh pelan. "Perhatian gundulmu Zi. . .Zihhmmp." Disaat sedang menggumam sendiri, tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya dengan kain. Zia tidak bisa melihat siapa orang itu dengan jelas karena pandangannya mulai mengabur. Samar-samar Zia mendengar tawa seorang perempuan. Detik selanjutnya, pandangannya sudah gelap dan tawa cewek sialan yang sudah berani mengganggunya lenyap seketika. Kesadarannya sepenuhnya menghilang.

***


Brak!

Aldo membanting stik PS nya sampai remuk. Dengusan kasar dan geraman sudah kesekian kalinya lolos dari bibirnya. Tangannya mengacak rambutnya frustasi, lalu membanting tubuhnya ke tempat tidur dengan posisi terlentang. Pandangannya menatap lurus langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos.

Moodnya hari ini benar-benar buruk. Aldo sendiri tidak tahu apa yang membuat ia segelisah ini. Yang jelas, sejak ia berangkat sekolah, bawaannya ingin mukulin orang mulu. Farel sendiri sampai tak berani menyenggolnya. Sedangkan Candy yang mencoba bertanya ada apa dengannya? Malah Aldo menjawabnya sangat ketus. Sontak saja Candy langsung menutup mulutnya rapat-rapat, lalu menarik Farel agar membiarkan Aldo Sendiri dulu. 

Kemarahannya kembali memuncak ketika mengingat pesannya yang beruntun tak satupun di balas oleh bocah itu. Apalagi saat berpapasan dengannya waktu ia baru saja menginjakkan kaki di koridor bersama Delio. Bocah itu dengan tampilan aneh dan wajahnya yang sedikit pucat, tak berani menatap kearahnya, dia seperti menghindar dengan beralasan untuk mengantar murid baru. Dan sejak pagi itu, bocah itu benar-benar lenyap.

Tunggu!

Sejak pagi? Waktu berpapasan dengan bocah itu? Moodnya rusak?

Oh! Itu tidak mungkin!

Aldo meraup wajahnya kasar, lalu merubah posisinya menjadi duduk. Raut wajahnya berubah panik. Kepalanya menggeleng cepat, berusaha mengusir pikiran anehnya.

"Gak mungkin karna bocah itu. Ini gilak!" Aldo mmemijat pelipisnya.

"Kepala gue kayaknya butuh di siram air dingin." Lantas Aldo bangkit dari tempat tidurnya, menyeret kakinya ke dalam kamar mandi. Aldo harus menyiram kepalanya dengan air dingin agar kesadarannya kembali.

***

Tawa membahana dari dua orang cewek menggema di dalam mobil mewah berwarna merah cherry. Dendam yang dia miliki akan segera terbalaskan untuk bocah belagu yang kini tergeletak tak sadarkan diri di jok penumpang. Rencananya, dia akan membuat gadis itu hancur di lahap cowok-cowok brengsek yang haus dengan makhluk bernama wanita.

"Ah, gue gak sabar ngeliat bocah itu nangis kejer. Mamiihhhh aku gak perawan...." katanya dengan suara yang di buat-buat, lalu tawanya kembali keluar dari bibirnya. Saking ketawanya, ia sampai memukul-mukul stir mobilnya.

Tak berbeda dengan temannya yang ikut tertawa seperti orang gila. "Kak Nanda kok jahad banged cih, apa salahku kak??" temannya —Firda, menirukan suara gadis belagu yang mereka sekap. Lalu kembali tertawa.

Naughty Kiss (A & Z) [COMPLETED]Where stories live. Discover now