25. KEBAHAGIAANMU

38.7K 2.9K 134
                                    


Setelah mama Revan pulang dari luar kota, Revan, Zahra dan Agni segera menemui wanita itu. Begitu sampai di rumah mamanya, Revan segera memberi tahu mamanya tentang Agni. Di luar dugaan, mama Revan sangat menerima Agni. Terlebih saat tahu bahwa Agni sedang hamil. Tidak hanya mama Revan, adik Revan juga sangat welcome dengan Agni.
Revan tersenyum lega akhirnya masalah terbesar dalam hidupnya dapat terselesaiakan.

Hal itu tidak luput dari pandangan Zahra. Zahra hanya bisa tersenyum miris melihat kebahagiaan keluarga suaminya.
Lain keluarga Revan, lain keluarga Agni. Jika keluarga Revan menerima Agni dengan tangan terbuka, maka keluarga Agni benar-benar tidak terima dengan apa yang dilakukan Agni. Bagaimana bisa, Agni mengkhianati keluarga Zahra, saudara yang sudah terlalu banyak membantunya. Bahkan biaya sekolah dan kuliah kedua adik Agni, ayah Zahra juga yang membantu.

Dengan tegas ibu dan adik Agni menolak saat Agni meminta mereka untuk datang ke Jakarta, untuk syukuran peresmian pernikahan Agni dan Revan.
Tidak ada resepsi. Mereka hanya mengundang keluarga dekat mereka untuk datang ke rumah orang tua Revan.

Orang tua Zahra juga diundang. Namun, mereka sama sekali tak berminat untuk hadir.
Sementara Fattan dan uminya datang ke sana. Meskipun awalnya umi Fattan menolak. Karena ia kecewa dengan sikap keponakannya. Ditambah lagi wanita yang Revan sakiti adalah wanita yang awalnya akan menjadi menantunya.

Semua sanak saudara bersuka cita atas pernikahan kedua Revan, saat Zahra hanya bisa memperhatikan mereka dari taman belakang rumah Revan.

"Kenapa di sini sendirian?" tanya suara laki-laki yang datang menghampiri Zahra.

"Di dalam gerah, Bang."

"Gerah apa panas?" sindir Fattan.

Zahra hanya tersenyum.

"Masih mau bertahan?"

"Kenapa harus berhenti?"

"Abang tahu apa yang kamu rasakan."

"Jangan sok tau ah, Bang ...."

"Memangnya mata kamu bisa bohong?"

"Memangnya Abang bisa baca mata seseorang ya, Bang?"

"Bisa, kalau orangnya kamu."

"Jangan buat aku jadi merasa bersalah!"

"Kenapa harus merasa bersalah?"

Zahra diam. Memperhatikan lagi keadaan di dalam rumah. Namun, tak melihat keberadaan Revan dan Agni di sana.

"Carilah jodoh Abang!"

"Abang bakalan nyari jodoh Abang, kalau kamu memang sudah benar-benar bahagia."

"Aku sudah bahagia."

"Itu menurut kamu, tapi abang tidak melihat kebahagiaan itu di mata kamu."

"Terserah Abang, aku ingin istirahat." Zahra bangkit dari duduknya, saat akan berjalan Fattan mencekal pergelangan tangan Zahra.

"Bahagialah, agar pengorbananku melepas kamu tidak sia-sia!"

"Jangan khawatir, Bang!" Setelah itu Zahra meninggalkan Fattan yang masih memandangnya dengan perasaan iba.

***

Kebahagiaan Revan karena Agni dapat diterima keluarga besarnya, membuat Revan sedikit melupakan keberadaan Zahra. Saat ini Revan sedang berada di kamarnya. Mamanya yang menyuruhnya untuk menemani Agni beristirahat di kamar. Karena takut sesuatu terjadi pada janin yang dikandung Agni karena kelelahan.

Bukannya beristirahat, Agni hanya duduk sambil bersender di kepala ranjang. Sementara Revan merebahkan tubuhnya dengan paha Agni sebagai bantalan.

Setelah pergi dari Fattan, Zahra memutuskan untuk beristirahat di kamar. Tentu saja kamar Revan pilihannya. Dia lupa bahwa bukan hanya dia pemilik kamar suaminya itu. Dia juga tidak menyangka jika Revan sedang ada di kamarya. Sampai Zahra berada di depan pintu kamar yang sedikit terbuka, pandangan yang sedikit menggores hatinya terpampang nyata.

"Hhhhh, romantis," ucapnya nyaris berbisik. Zahra memang ikhlas, tapi dia hanya wanita biasa. Wajar jika cemburu hinggap di hatinya.

"Sedang apa kamu di sini?" Suara mama mertuanya mengagetkan Zahra. Sikap mama Revan memang sedikit berubah pada Zahra. Tetapi Zahra tidak ambil pusing akan hal itu.

"Tidak sedang apa-apa, kok, Ma."

"Biarkan Rara istirahat. Kalo terjadi apa-apa dengan kandungannya, memangnya kamu mau tanggung jawab?!" ucap mama Revan sambil menutup pintu kamar Revan. Kemudian pergi meninggalkan Zahra.

Merasa tak ada yang harus dikerjakan, Zahra memilih untuk pergi meninggalkan rumah Revan. Dengan meminta izin pada Revan melalui ponselnya.

Zahra : Aku pulang dulu naik taksi ya mas, tiba-tiba pusing. Ingin istirahat.

Lima menit menunggu tak ada balasan. Akhirnya Zahra keluar dari rumah Revan tanpa menunggu pesan balasan dari Revan.

Fattan yang terus saja mengamati Zahra, mengikuti Zahra sampai di gerbang rumah Revan.

"Kamu mau ke mana?"

"Pulang. Ingin istirahat."

"Biar Abang antar."

"Nggak usah, aku bisa naik taksi," jawab Zahra sambil memalingkan wajahnya.

Fattan tahu. Ada hal yang disembunyikan oleh Zahra. Dengan keberanian, Fattan menangkup kedua pipi Zahra agar menghadapnya.

"Kamu kenapa lagi?" tanya Fattan dengan lembut. Karena melihat mata Zahra yang berkaca-kaca.

Zahra menggeleng. Dengan cepat Fattan membawa Zahra ke dalam pelukannya. Air mata Zahra langsung berjatuhan tanpa bisa dibendung. Zahra pun balas memeluk Fattan.

"Oh, jadi gini kelakuan kamu di belakang suamimu? Pantas saja dia memilih untuk menikah lagi."

Tbc.

26.05.17
📝04.08.18
Repost, 19 Maret 2024

Cinta SendiriWhere stories live. Discover now