21. BELAJAR MENCINTAIMU

42K 2.7K 86
                                    

Zahra sudah duduk di kursi meja makan saat Revan dan Agni menghampiri. Lagi-lagi Agni bergandengan mesra dengan Revan yang memakai baju yang bukan dipilih Zahra. Zahra masih diam saat Revan dan Agni duduk di hadapannya.

Mereka makan dalam diam. Zahra berbeda hari ini. Tidak seperti biasanya yang selalu ceria, kali ini dia hanya menampilkan wajah datarnya. Revan menyadari itu. Namun, dia memilih diam. Tak ingin lagi melihat Agni berbuat hal yang akan menyakiti Zahra lagi.

"Mas, aku sepertinya mau resign aja deh, Mas," ucap Agni memecah keheningan.

"Lho, kenapa?" tanya Revan.

"Aku ingin jadi istri yang hanya melayani keluarganya. Melayanimu dan anak kita kelak. Dengan begitu, aku juga jadi bisa mengurus cafe, 'kan?" jawab Agni sambil mengusap perut ratanya. Pembicaraan mereka tidak lepas dari pandangan dan pendengaran Zahra yang masih setia dengan diamnya.

"Aku tidak memaksamu untuk melakukan apa pun. Apa saja yang menurutmu baik, silakan kamu lakukan."

"Terima kasih, Mas...." Revan hanya tersenyum.

"Mas, aku minta izin pergi hari ini," ucap Zahra setelah Revan dan Agni mengakhiri perbincangannya.

"Ke mana?"

"Hanya bertemu teman lama."

"Baiklah, yang penting jangan sampai lupa waktu." Zahra mengangguk masih dengan wajah datarnya.

Setelah mereka menyelesaikan sarapannya, seperti biasa Agni mengantar Revan sampai ke pintu. Saat Revan akan memasuki mobil, Zahra keluar berniat ke garasi untuk mengambil mobilnya. Namun, Revan mencegahnya.

"Apa tidak sebaiknya kita satu mobil saja?" tanya Revan.

Zahra menengok ke arah Revan.

"Tidak usah, aku ingin bawa mobil sendiri," jawab Zahra.

"Baiklah." Akhirnya Revan hanya pasrah dengan keinginan Zahra

***

Sementara itu di rumah Fattan,

"Gimana, Tan?"

"Gimana apanya, Mi?"

"Gadis itu?"

"Gadis yang mana?"

"Halah, kamu ini. Jangan pura-pura lupa. Gadis yang sudah buat kamu melajang sampai saat ini?"

Fattan menghela napas sebelum menjawab pertanyaan uminya.

"Sudah terlambat, Umi."

"Terlambat? Maksud kamu?"

"Dia udah nikah. Dijodohkan katanya...."

"Oh, ya? Kapan?"

"Tujuh bulanan yang lalu, Mi. Salah Fattan juga."

"Kenapa salah kamu?"

"Fattan nggak ngehubungin dia selama ini. Kita juga nggak ada komitmen waktu Fattan ninggalin dia."

"Belum jodoh kamu, Nak, walaupun lost contact kalau kalian jodoh, pasti tetap akan bersama. Tapi dia nggak mutusin tali silaturahmi, 'kan?"

"Nggak kok, Mi, kita masih temenan."

"Kalau begitu, kapan-kapan ajak dia main ke sini. Apa dia masih imut-imut?"

"Sekarang udah cantik banget, Umi. Udah keliatan dewasanya."

"Wah, umi jadi penasaran. Beneran ya, kapan-kapan ajak main."

Cinta SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang