5. TANDA MERAH ITU

48K 3.1K 107
                                    

Setelah tamu dan keluarga pulang, Zahra dan Revan memutuskan untuk beristirahat di salah satu kamar hotel yang WO siapkan. Zahra mencoba bersikap tenang, seolah-olah tidak tahu apa yang terjadi.

Setelah berada di dalam kamar,
"Mas atau aku dulu yang mandi?" tanya Zahra pada Revan yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Kau saja duluan!"

"Baiklah."

Tidak sampai setengah jam, Zahra telah selesai mandi. Begitu keluar dari kamar mandi, ia melihat Revan masih sibuk dengan ponselnya. Zahra menduga, jika Agnilah orang yang sedang berbalas pesan dengan Revan.

Benar saja, saat Revan berada di kamar mandi, Zahra mendengar ada notifikasi masuk ke ponsel Revan. Dan ya, itu pesan dari Agni. Ia tidak lancang membuka pesan itu. Tapi dari notifikasinya,  Zahra dapat melihat isi dari pesannya. Agni sedang menunggu Revan di cafe yang berada di lantai bawah hotel.

Sakit, tentu saja itu yang Zahra rasakan. Tetapi ia akan melihat, seberapa jauh Revan akan membohonginya.

Revan keluar dari kamar mandi. Ia hanya melilitkan handuk di pinggangnya. Saat Revan sedang mencari pakaian dari tas yang mereka bawa untuk dikenakannya, Zahra beranikan diri untuk memeluknya dari belakang. Namun, Revan terus saja bergerak mencari pakaiannya, tanpa menghiraukan pelukan wanita yang telah sah menjadi istrinya itu.

"Kalau kamu mengantuk, tidur saja. Aku akan keluar. Teman-temanku mengajakku untuk bertemu."

"Apa harus malam ini?"

"Iya, mumpung mereka masih di sini. Karena sebagian ada yang sudah menetap di luar kota."

"Sampai jam berapa?"

"Aku tidak tahu. Jangan menungguku!"

"Baiklah." Zahra pura-pura mempercayainya.
Begitu Revan hendak membuka pintu, ia memanggilnya.
"Mas ...."

"Hm?"

Zahra menghampiri Revan, mencium bibirnya sekilas lalu berkata, "Aku mencintaimu ... tolong, jangan kecewakan aku ...," ucap Zahra. Baginya tak apa jika Revan mengecapnya sebagai perempuan yang agresif. Ia akan mempertahankan suaminya, apa pun yang terjadi.

Revan hanya diam. Kemudian melanjutkan langkahnya keluar kamar hotel.

Setelah Revan pergi, Zahra menumpahkan tangisnya. Benar-benar sakit. Bukan ini yang ia harapkan. Bukan malam pertama seperti ini yang ia mau. Entah apa yang akan Revan dan Agni lakukan. Zahra hanya berharap, semoga mereka tidak melakukan hal-hal yang tak seharusnya mereka lakukan.

***

Revan menemui Agni yang telah menunggunya di cafe.

"Maaf lama."

"Nggak masalah, Mas."

"Sudah pesan?"

"Aku masih kenyang."

"Di mana ya, asyiknya kita ngobrol?"

"Terserah Mas saja ...."

"Baiklah, kalau begitu kamu harus menurut kemana pun aku ajak kamu pergi."

"Iya, Mas."

Revan tersenyum meraih tangan Agni, menggenggamnya. Kemudian membawa Agni ke mobilnya. Tak henti Revan menciumi punggung tangan Agni.

"Kita mau kemana, Mas?"

"Ke Apartemenku."

"Tapi bagaimana kalau keluarga Mas tahu?"

"Tidak akan. Aku jarang sekali ke Apartemen." Agni hanya diam.

Sesampainya di basement Apartemen, Revan memarkirkan mobilnya. Lalu membawa Agni ke apartemennya.

"Ayo, masuk!" ajak Revan setelah membuka pintu. Lalu menutupnya kembali setelah Agni masuk. Revan menyalakan televisi, dan menyuruh Agni untuk duduk di sampingnya.

Awalnya Agni ragu. Namun, akhirnya Agni menuruti Revan.

Revan menatap mata Agni lekat. Begitu juga dengan Agni.

"Aku takut, Mas," ucap Agni.

"Takut kenapa?"

"Aku takut menyakiti Zahra."

"Kita akan bicarakan baik-baik."

"Tapi, Mas, kalian baru menikah."

"Yang penting kamu mau menunggu."

"Bagaimana kalau mereka marah?"

"Kita akan hadapi sama-sama." Revan menempelkan keningnya ke kening Agni. Entah siapa yang memulai, mereka saling mencium. Revan membawa Agni ke kamarnya, sambil terus menciumi Agni dalam gendongannya.

Cinta telah membutakan mereka. Malam di mana seharusnya Revan menghabiskan malam pertamanya bersama Zahra istrinya, justru dia habiskan dengan wanita lain. Dan wanita itu adalah sepupu dari istrinya sendiri, orang yang sebenarnya ia cintai.

Malam itu mereka benar-benar melakukan dosa itu. Dosa yang memberikan rasa nikmat. Dosa yang seharusnya menjadi pahala jika dilakukan oleh pasangan yang telah menikah. Mereka benar-benar melakukannya untuk yang pertama kali dalam hidup mereka.

Jam tiga pagi Revan terbangun dari tidurnya. Senyum bahagia tersungging di bibirnya. Perlahan ia mencium puncak kepala Agni. Tak berniat membangunkan Agni, tetapi Agni justru terbangun.

"Enghhh , Mas ...." Perlahan Agni membuka mata, dan menatap Revan. Kemudian tersenyum.

"Apa kamu menyesal?"

Agni menggeleng. "Asal, Mas memenuhi janji Mas, dan tidak mengecewakanku."

"Kamu jangan khawatir, Sayang. Oh ya, kamu di sini dulu ya, nanti siang aku jemput kamu. Udah jam tiga pagi, aku harus kembali ke hotel."

"Tapi, beneran ya, harus ke sini!"

"Iya, aku nggak mungkin lepas kamu lagi, apalagi kamu sudah menyerahkan harta yang paling berharga milik kamu buat aku." Revan mencium kening Agni. Agni mengangguk.

"Baiklah, kamu lanjutkan tidur kamu. Nanti aku akan suruh orang untuk membelikan makanan dan baju buat kamu. Sementara, kamu bisa pakai kausku yang ada di lemari, tubuh kamu kan mungil, pasti bisa kamu pakai sebagai daster." Revan tersenyum dengan ucapannya sendiri.

"Yang penting, Mas jangan sampai lupa, ada aku sedang menunggumu, Mas"

"Iya ... dan ini, aku tinggal ATMku, takut kamu butuh sesuatu. Pinnya udah aku simpan di hp kamu."

"Apa perlu, Mas?"

"Iya, kamu tanggunganku sekarang. Nggak ada penolakkan!"

Setelah itu Revan mencium bibir Agni. Kemudian turun dari ranjang dan mengenakan kembali pakaiannya. Memperhatikan Agni yang kembali tidur, lalu meninggalkannya di Apartemen untuk kembali ke hotel, di mana ada istrinya yang tanpa ia tahu sedang terluka hatinya.

***

Revan membuka pintu hotel. Ia mendapati Zahra meringkuk di atas sofa. Revan mendekatinya. Sesaat, rasa bersalah menyelimuti hatinya. Saat melihat mata Zahra yang sembap. Dia mengira mata sembap Zahra, karena dia ditinggal sendiri. Karena mama mertuanya pernah bercerita, bahwa Zahra adalah sosok yang sangat manja.

Revan menggendong Zahra, memindahkannya ke ranjang. Lalu dia putuskan untuk membersihkan tubuhnya. Jangan sampai, Zahra mencium bekas percintaanya dengan Agni.

Zahra menggeliat dalam tidurnya. Sadar bahwa dirinya bukan lagi tidur di sofa, lantas dia terbangun. Dia tersenyum begitu mendengar suara gemericik air di kamar mandi. Karena dia tahu, pasti itu suaminya yang sedang mandi.

Revan keluar dari kamar mandi. Kali ini dia menggunakan boxer, dengan bertelanjang dada.

"Kamu sudah bangun?" tanya Revan pada Zahra sambil mengeringkan rambut dengan handuknya.

Zahra hanya mengangguk.
Lagi-lagi Zahra memeluk Revan dari belakang, saat Revan sedang mengambil baju. Namun, kemudian matanya terbelalak melihat beberapa tanda merah di pundak belakang Revan. Tanda yang tidak Revan sadari. Seketika Zahra langsung berlari ke kamar mandi untuk menyembunyikan tangisnya.

Tbc.

18.03.17
Repost ll, 17.07.18
Repost, 19.10.23

Cinta SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang