1. AWAL (Zahra)

129K 4.7K 156
                                    



Pagi sekali Bunda sudah membangunkanku. Padahal hari Minggu, waktu yang tepat untuk bermalas-malasan. Tapi gagal sudah semua rencana yang sudah dibuat, karena pagi ini aku harus menemani Bunda untuk menghadiri pengajian di rumah sahabatnya. Aku yang terbiasa menggunakan celana jeans dan kaus oblong, harus rela menggantinya dengan gamis dan kerudung yang terlalu kedodoran. Tapi tidak bagi Bunda.

"Bun, nggak bisa ya aku pakai kaus saja?" rengekku pada Bunda.

"Aneh kamu, ya nggak matching lah, masa mau ke pengajian pakai kaus."

"Tapi aku nggak nyaman, Bun, apalagi kerudungnya kegedean."

"Itu bukan kegedean, memang modelnya seperti itu. Masa nggak bisa membedakan mana kedodoran, mana yang disebut syar'i. Sudah, nurut saja sama Bunda."

Dengan berat hati, akhirnya aku menuruti Bunda. Hari ini Ayah masih ada pekerjaan di luar kota. Karena anak tunggal, akhirnya aku dan Bunda hanya pergi berdua ke pengajian itu.

***

Setibanya di sana, aku langsung berkenalan dengan sahabat Bunda. Namanya Tante Maryam. Aku juga mengenalkan diri. Oh iya, namaku Zahra Ayunda. Bunda biasa memanggil Rara. Sekarang usiaku 21 tahun. Sedang kuliah di jurusan kedokteran. Aku itu sedikit tomboy, dan sedikit cuek. Makanya waktu Bunda menyuruh memakai gamis, aku sedikit tidak setuju.

"Rara, Tante," ucapku sambil menjabat tangan Tante Maryam.

"Rara cantik ya, pengen deh punya menantu seperti Rara." Ucapan Tante Maryam langsung membuat pipiku memanas. Entah kenapa aku merasa demikian. Tidak mungkin kan, aku ke-geer-an berharap dijodohkan dengan anak lelakinya. Belum tentu juga beliau punya anak laki-laki.

Setelah mengobrol, aku putuskan untuk membantu Tante Maryam. Begitu juga dengan Bunda. Tepat bada Zuhur, pengajian selesai. Setelah semua sudah kembali rapi, kami duduk di ruang tengah. Sambil bercerita, dan sesekali diselingi gurauan.

"Kamu kuliah ambil jurusan apa, Ra?" tanya Tante Maryam.

"Kedokteran, Tante."

"Wah, hebat. Calon dokter dong, ya?"

"Insya Allah, Tante."

"Nanti kalau sudah lulus, ambil praktek di rumah sakit kami saja, Ra."

"Keluarga Tante punya rumah sakit?"

"Alhamdulillah iya, kebetulan kan suami dan anak Tante dokter. Makanya, karena hari ini pas jadwal mereka jaga, jadinya nggak bisa ikut pengajian. Tapi sebentar lagi pasti mereka pulang," jelas Tante Maryam panjang lebar.

"Oh. Tapi itu juga masih lama kok, Tan. Masih harus koas juga."

"Makanya Tante kasih tahu kamu dulu, Ra ...."

"Iya, Tante."

Tidak sampai setengah jam, terdengar mobil berhenti di depan rumah. Tante Maryam pun langsung berdiri dari duduknya untuk menyambut anak dan suaminya.

Kami yang berada di ruang tengah langsung berdiri begitu melihat mereka mendekat. Terutama aku dan Bunda. Suami Tante Maryam terlihat semringah. Tapi tidak dengan anaknya. Dia terlihat, kaget?? Entahlah, ini adalah pertemuan pertama kami. Aku langsung menjabat tangan Om Surya, suami Tante Maryam. Begitu juga dengan Bunda.

Setelah itu, aku menjabat tangan Revan, anak Tante Maryam. Sambil mengucapkan namaku, "Rara ...." Entah kenapa aku merasa pandangan matanya mengunci mataku. Untuk sekian detik aku terpesona pada ketampanannya. Sampai ucapan Tante Maryam mengagetkan kami.

"Wah, wah, wah, kayaknya ada yang saling terpesona, nih." Aku salah tingkah. Tapi tidak dengan Revan. Malahan dia tak hentinya menatapku sampai membuatku jengah.

"Bagaimana kalau kalian kami jodohkan?" Ucapan Tante Maryam sontak membuat mataku membola.

"Aku setuju, Ma ...."
Tbc.

💔💔💔

MARET 2017
Repost ll, 09.07.18

Cinta SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang